A. Pengertian
Hadis Nabawi dan Qudsi
1. Hadis Nabawi
a. Secara bahasa
Kata “Hadis Nabawi” dalam bahasa Arab ditulis
dengan: “الحديث النبويّ”. Kata “الحديث” berkedudukan sebagai maushuf (yang disifati), sedangkan
kata “النبويّ” merupakan sifat dari kata “الحديث”. Kata “النبويّ” berasal dari kata “النبي” yang mendapatkan
imbuhan ya’ nisbah “يّ”. Penambahan ya’ nisbah ini bertujuan agar kata “النبي” dapat
dijadikan sebagai sifat untuk kata ”الحديث”, yang mana kemudian kata “الحديث” disandarkan
(dihubungkan atau dikaitkan) kepada “النبي”.
Melalui analisis kebahasaan di atas, maka
secara bahasa “Hadis Nabawi” dapat diartikan sebagai hadis yang bersifat
ke-Nabi-an.
b. Secara istilah
Sedangkan secara istilah, Hadis Nabawi dapat
didefinisikan sebagai berikut:
ما قاله النبي صلّى الله عليه وسلّم أو فعله دون التصريح
بنسبته إلى الله عزّ وجلّ[1]
Sesuatu yang diucapkan atau dikerjakan oleh
Nabi Muhammad SAW, tanpa adanya pernyataan bahwa itu dikaitkan kepada Allah
SWT.
ما أضيف إلى النبي صلّى الله عليه وسلّم من قول أو فعل أو
تقرير أو صفة خِلْقية أوخُلُقية أو سيرة سواء كان قبل البعثة أو بعدها [2]
Perkataan, perbuatan, ketetapan, perangai,
budi pekerti atau perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW, baik sebelum beliau
diangkat sebagai Rasul maupun sesudahnya
2. Hadis Qudsi
a. Secara bahasa
Seperti halnya dengan istilah “Hadis Nabawi”, istilah
“Hadis Qudsi” yang di dalam bahasa Arab ditulis “الحديث
القدسيّ” merupakan rangkain “sifat
(القدسي)+maushuf
(الحديث)”.
Kata “القدسيّ” berasal dari kata “القدس” yang mendapatkan imbuhan ya’ nisbah “يّ”. Dengan
demikian secara bahasa, Hadis Qudsi dapat diartikan sebagai hadis yang dinisbatkan
(dihubungkan atau dikaitkan) kepada القدس (Allah Dzat Yang Maha Suci).
b. Secara istilah
Sedangkan secara istilah, Hadis Qudsi dapat
didefinisikan sebagai berikut:
ما رواه النبي
صلّى الله عليه وسلّم عن ربّه تعالى[3]
Sesuatu yang diriwayatkan oleh Nabi Muhammad
SAW dari Tuhan-Nya (Allah SWT)
الوحي المروي
عنه صلّى الله عليه وسلّم عند ربّه عزّ وجلّ[4]
Wahyu yang diriwayatkan oleh Nabi Muhammad SAW
dari Allah SWT
ما أضاف فيه رسول الله صلّى الله عليه وسلّم قولًا إلى الله
عزّ وجلّ بقوله صراحة: "قال الله" أو "يقول الله" أو
"إنّ روح القدس نفث في روعي" أو ما شبه ذلك من الألفاظ[5]
Sesuatu yang di dalamnya terdapat sebuah perkataan
yang disandarkan oleh Nabi Muhammad SAW kepada Allah SWT, yang mana dengan jelas
Nabi mengatakan: “Allah telah berkata” atau “Allah berkata” atau “Sesungguhnya
Ruh Qudus (Allah SWT) telah menghembuskan (membisikkan) sesuatu di dalam hatiku”
atau menggunakan lafal-lafal lain yang serupa dengannya.
B. Perbedaan dan
Persamaan Hadis Nabawi dan Qudsi
1. Perbedaan
a. Hadis Nabawi: Lafal (redaksi) dan maknanya (isi
materi) dari Nabi Muhammad SAW, sedangkan Hadis Qudsi: redaksinya dari Nabi SAW
dan isi materinya dari Allah SWT.[6]
b. Di dalam redaksi Hadis Qudsi Nabi mengatakan:
“Allah berkata”, sedangkan dalam Hadis Nabawi Nabi tidak mengatakan seperti
itu.
c. Tema dari Hadis Qudsi pada umumnya berkaitan
dengan Dzat Allah dan Sifat-sifat-Nya, sedangkan tema dari Hadis Nabawi lebih
umum dari tema Hadis Qudsi seperti; pembahasan tentang hukum-hukum,
berita-berita, budi perkerti, akhlak dan lain sebagainya.
d. Asbabul wurud (sebab datang) Hadis Qudsi berupa perkiraan,
sedangkan asbabul wurud Hadis Nabawi ada yang bersifat perkiraan dan ada
juga yang bersifat pasti (positive).[7]
2. Persamaan
a. Keduanya sama-sama menggunakan redaksi dari
Nabi Muhammad SAW.
b. Materinya sama-sama untuk Nabi Muhammad SAW
dan umatnya.
C. Contoh Hadis
Qauliyah, Fi’liyah dan Taqririyah
1. Hadis Qauliyah
حدّثنا عبد الله بن يوسف قال أخبرنا مالك عن صفوان بن سليم عن
عطاء بن يسار عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه أنّ رسول الله صلّى الله عليه وسلّم
قال: غسل يوم الجمعة واجب على كلّ محتلم.[8]
(رواه البخاري)
Abdullah bin Yusuf menceritakan kepada kami, ia
berkata bahwa Malik memberikan kabar kepada kami dari Shafwan bin Sulaim dari
‘Atha’ bin Yasar dari Abu Sa’id Al-Khudri, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Mandi hari Jum’at adalah wajib bagi setiap orang dewasa (sudah baligh)”. (HR. Al-Bukhari)
2. Hadis fi’liyah
حدّثنا أبو معْمر قال حدّثنا عبد الوارث قال حدّثنا خالد عن
عكرمة عن ابن عبّاس قال: ضَمّنيْ رسول الله صلّى الله عليه وسلّم وقال اللهمّ
علِّمه الكتاب.[9]
(رواه البخاري)
Abu ma’mar menceritakan kepada kami, ia
berkata: Abdul Warits menceritakan kepada kami: ia berkata: Khalid menceritakan
kepada kami dari ‘Ikrimah dari Ibnu Abbas, ia berkata: “Rasulullah merangkul
saya dan berdoa: Ya Allah, ajarkan kepadanya Al-Qur’an”
3. Hadis taqriri
حدّثنا عبدانُ قال أخبرنا عبد الله قال أخبرنا يونس عن
الزهري قال أخبرني أبو إدريس أنّه سمع أبا هريرة عن النبي صلّى الله عليه وسلّم
أنّه قال: مّن توضّأ فاْيستنثر، ومن استجمر فلْيوتر.[10]
Abdan menceritakan kepada kami, ia berkata: Abdullah
berkata memberikan kabar kepada kami, ia berkata: Yunus menceritakan kepada
kami dari Az-Zuhri, ia berkata: Abu Idris menceritakan kepada kami bahwa ia
pernah mendengar Abu Hurairah dari Nabi SAW, beliau bersabda: “Barangsiapa yang
berwudhu hendaklah ia memasukkan air ke hidung, dan barang siapa yang
menggunakan batu hendaklah ia mengganjilkannya”
D. Contoh Hadis
Qudsi Tentang Akhlak, Aqidah dan Kesucian atau Kebesaran Dzat Allah
1.
Hadis Qudsi tentang akhlak
حدثنا أبو معمر حدثنا عبد الوارث حدثنا جعد أبو عثمان حدثنا
أبو رجاء العطارديّ عن ابن عباس رضي الله عنهما عن النبي صلى الله عليه وسلم فيما
يروى عن ربّه عزّ وجلّ قال: إن الله كتب الحسنات والسيّئات ثم بيّن ذلك، فمن همّ
بحسنة فلم يعملها كتبها الله له عنده حسنة كاملة، فإن هو همّ بها فعملها كتبها
الله له عنده عشر حسنات إلى سبعمائة ضِعْف إلى أضعاف كثيرة. ومن همّ بسيّئة فلم
يعملها كتبها الله له عنده حسنة كاملة، فإن هو همّ بها فعملها كتبها الله له سيّئة
واحدة. (رواه البخاري)[11]
Dari Ibnu Abbas ra. dari Nabi SAW mengenai apa
yang telah beliau riwayatkan dari Allah, beliau bersabda: Sesungguhnya Allah
mencatat kebaikan-kebaikan dan keburukan-keburukan. Kemudian beliau menjelaskan
hal itu: Barang siapa yang bermaksud berbuat baik namun ia tidak mengamalkannya,
maka Allah akan mencatat di sisi-Nya sebagai sebuah kebaikan yang sempurna
untuknya. Jika ia bermaksud baik lalu mengamalkannya maka Allah mencatatnya
sebagai sepuluh kebaikan sampai tujuh ratus lipat banyaknya. Barang siapa yang
bermaksud untuk melakukan perbuatan buruk namun tidak melakukannya, maka Allah
mencatatnya sebagai satu kebaikan yang sempurna. Jika ia bermaksud untuk
berbuat buruk lalu ia benar-benar melakukannya, maka Allah mencatatnya sebagai
satu buah keburukan. (HR. Al-Bukhari)
2.
Hadis Qudsi tentang aqidah
حدثنا عبد الله بن مسلمة عن مالك عن صالح بن كيسان عن عبيد
الله بن عبد الله ابن عتبة بن مسعود عن زيد بن خالد الجهنّي أنه قال: صلّى لنا
رسول الله صلى الله عليه وسلم صلاة الصبح بالحديبية على أثر سماء كانت من الليلة
فلما انصرف أقبل على الناس فقال: هل تدرون ماذا قال ربّكم؟ قالوا: الله ورسوله
أعلم. قال: أصبح من عبادي مؤمن بي وكافر، فأما من قال: مُطرْنا بفضل الله ورحمته
فذلك مؤمن بي وكافر بالكوكب، وأما من قال: بنَوْءِ كذا وكذا فذلك كافر بي ومؤمن
بالكوكب. (رواه البخاري)[12]
Dari Zaid bin Khalid Al-Juhani ra, ia berkata: Rasulullah SAW salat subuh
untuk kami di Hudaibiyah mengiringi langit malam. Ketika Nabi SAW berpaling,
beliau menghadap ke arah orang-orang seraya bersabda: “Apakah kalian mengetahui
sesuatu yang difirmankan oleh Tuhan mu?”. Mereka menjawab: Allah dan Rasul-Nya
lebih mengetahui. Dia berfirman: “Sebagian dari hamba-Ku ada yang menjadi beriman
kepada-Ku dan ada yang menjadi kafir”. Adapun orang yang berkata: Kami diberi
hujan dengan karunia dan rahmat Allah. Itulah yang beriman kepada-Ku dan kafir
kepada bintang. Adapun orang yang berkata: Kami diberi hujan karena bintang ini
dan ini. Maka itulah orang yang kafir kepada-Ku dan iman kepada bintang”. (HR. Al-Bukhari)
3.
Hadis Qudsi tentang Kebesaran Dzat Allah
حدّثنا سعيد بن عُفير قال حدّثني الليث قال حدّثني عبد
الرحمن بن خالد بن مسافر عن ابن شهاب عن أبي سلمة أنّ أبا هريرة قال: سمعتُ رسول
الله صلى الله عليه وسلم يقول: يقبض الله الأرض ويطوي السماوات بيمينه ثم يقول:
أنا الملِك، أين ملوك الأرض؟. (رواه البخاري)[13]
Said bin ‘Ufair menceritakan kepada kami, ia
berkata: Al-Laits menceritakan kepada kami, ia berkata: Abdurrahman bin Khalid
bin Masafir menceritakan kepada kami dari Ibnu Syihab dari Abu Salamah, bahwa
Abu Hurairah berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: Allah menggenggam
bumi dan melipat langit dengan tangan-Nya, kemudian Allah berfirman: “Aku
adalah Raja, di manakah raja-raja bumi?” (HR. Al-Bukhari)
No comments:
Post a Comment