I’RAB
A. KAIDAH I'RAB
الإعْرابُ هو تَغْيِيْرُ أَواخِرِ الْكَلِمِ لاخْتِلافِ الْعَوامِلِ
الدَّخِلَةِ عليها تقديرًا أو لفْظًا
“I’rab adalah perubahan akhir kalimat disebabkan
karena berbeda-bedanya ‘amil yang masuk padanya, baik secara kira-kira atau
jelas”
Manusia
adalah salah satu ciptaan Sang Kholiq, beberapa fase perjalanan hidup manusia
tidaklah begitu sulit untuk dipahami oleh kita, namun diri kita sering lupa
akan hal yang sedemikian rupa, entah tersibukkan atau tak tersadarkan sama
sekali. Bintang dan planet berjalan sesuai orbit mereka masing-masing, begitu
juga kita manusia.
Pada
kali ini ada beberapa gambaran dan pesan yang diberikan para ulama ahli nahwu
melalui kaidah-kaidah nahwu yang telah mereka susun dalam beberapa kitab-kitab
mereka. Diantaranya adalah melalui pembahasan mengenai kaidah i’rab yaitu
i’rab rafa’, nashab, jar, dan jazm. Disinilah kita akan sedikit
diberikan ilustrasi menganai fase perjalanan manusia sebagai ciptaan Sang
Kholiq. Sebelumnya kita perlu memahami apa itu i’rab dan apa saja yang
ada didalamnya.
I’rab bisa kita
artikan sebagai PERUBAHAN. Mengapa pembahasan i’rab dimasukkan oleh para
ulama pada ilmu nahwu, bukan pada ilmu sharaf? Hal ini dikarenakan i’rab yang
dikatakan sebagai perubahan hanya terlaku pada akhir sebuah kalimat saja,
sesuai dengan inti pokok yang dibahas dalam ilmu nahwu, yaitu membahas
perubahan pada akhir kalimat atau kata. Dari sini pelajaran dan pesan yang bisa
kita fahami, bahwa kebutuhan pokok bagi setiap manusia adalah pendidikan, dan
didalam pendidikan itu pastilah akan terjadi yang namanya perubahan, entah
lebih baik atau lebih buruk. Demikian juga fase perjalanan manusia pastilah
akan terjadi yang namanya perubahan, dan perubahan itu hanya bisa kita saksikan
dan kita nikmati pada akhir perjalanan kita, dan bisa dikatakan mustahil
terjadi pada permulaan.
I’rab atau perubahan
suatu kalimat itu tidaklah bisa dihitung dengan sama rata, sebagaimana yang
telah kita ketahui bahwa i’rab satu kalimat dengan kalimat yang lain
tentulah berbeda, karena i’rab suatu kalimat itu menyesuaikan pada ‘amil
yang ada didepan kalimat tersebut. Jika ‘amil suatu kalimat
berbentuk ‘amil rafa’, maka kalimat itu akan terbaca rafa’i.
Demikian juga apabila ‘amilnya nashab, maka kalimat itu akan terbaca nashab,
dan seterusnya. Contoh:
جاء adalah ‘amil rafa’, maka lafadz زيدٌ jadi terbaca rafa’ جاء زيدٌ
رأيتُ adalah ‘amil nashab, maka lafadz زيدًا jadi terbaca nashab رأيتُ زيدًا
بــــ adalah ‘amil jar,
maka lafadz زيدٍ jadi terbaca jar مررتُ بزيدٍ
لمْ adalah ‘amil jazm, maka lafadz يضربْ jadi terbaca jazm لمْ يضرِبْ
Dari
contoh-contoh diatas dapat bisa kita lihat bahwa i’rab akhir kalimat
akan berubah sesuai dengan ‘amil yang ada didepannya. Perubahan
kehidupan dan diri manusia hanya akan terjadi pada akhir, dan perubahan itu
adakalanya lebih baik dan adakalanya lebih buruk, sesuai dengan ‘amil (usaha-usaha)
yang mereka lakukan diawal setiap perjalanan mereka, jika usahanya baik, maka
hasilnya bisa dipastikan akan baik juga, demikian sebaliknya. Sebagaimana
firman Allah Ta’ala:
وأَنْ لَيْسَ للإنسانِ إلاّ ما سَعَى. وأنَّ سَعْيَهُ سَوْفَ يُرَى (
)
“Dan bahwa
manusia hanya akan memperoleh apa yang telah diusahakannya. Dan sesungguhnya
usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya)” (QS. An-Najm: 39-40).
B. ALAMATUL I’RAB
Kita telah mempelajari apa itu I’rab? Dan sekarang kita akan
mepelajari seputar alamat-alamat I’rab tersebut. Alamat asal I’rab
Rafa’ adalah dhommah (ُ), sedangkan nashab adalah fathah (َ), jar adalah kasrah (ِ), jazm adalah sukun (ْ).
1. Dhommah terletak diatas huruf berbentuk seperti
posisi bayi ketika masih ada didalam kandungan
2. Fathah terletak diatas huruf, simbol kedewasaan
3. Kasrah terletak dibawah huruf, simbol penuwaan
4. Sukun atau tanda mati terletak diatas huruf,
simbol kematian
Itulah gambaran fase perjalanan manusia yang diawali
dari fase didalam kandungan ibu (dommah-rafa’), setelah itu lahir sebagai
seorang bayi yang kemudian bertumbuh dewasa dan bias berdiri (fathah-nashab),
kemudian mereka akan mengalami penurunan metabolisme tubuh dan berubah menjadi
nenek-nenek atau kakek-kakek dan semakin tua (kasrah-jar), dan akhirnya
mereka akan mengalami fase kehidupan dunia yang terakhir, yaitu kematian (sukun-jazm).
Demikianlah para ulama’ nahwu menyusunnya secara
berurutan sesuai dengan fase kehidupan manusia yaitu, rafa’, nashab, jar dan
kemudian jazm. Akhir dari fase kehidupanlah inti dari sebuah perjalnan
hidup yang kemudian akan terjadi sebuah perubahan sesuai dengan yang kita
usahakan selama perjalanan hidup kita.