Ada 3 bersaudara: "si A kelas 3 SMA, si B kelas 3 SMP, si C kelas 6 SD"
kemarin mereka bertiga baru saja
menyelesaikan UAN. Pada saat mereka sedang berkumpul di halaman rumah, mereka
berbincang-bincang hingga pada akhirnya terjadilah adu argumen.
A: "Kemarin soal ujianQ susah banget.
aQ sampe kualahan mengerjakannya"
B: "Makanya sebelum ujian belajar dulu
kak biar mudah ngerjakan ujiannya"
A: "Enak aja kamu ngomong begitu. Asal
kamu tau aja, sebelum ujian aQ sudah belajar selama 2 hari 2 malam, tapi tetap
saja soalnya susah-susah. Masih mendingan soal-soal ujian anak SMP yang lebih
mudah dari pada soal ujian anak SMA" (sambil menyindir si B)
B: "Mudah bagaimana maksud mu. aQ yang
sudah belajar 1 minggu sebelum ujian saja masih kualahan ngerjakan soal-soal
ujianQ. huuuuh..."
A: "MAna aQ mau lihat soal-soal ujian
kamu?"
B: "Ini kak coba lihat, kerjakan juga
kalau bisa. hehe"
A: "Mudah banget begini kok dibilang
susah" (Sambil membaca soal-soal ujian si B)
B: "Kakak ngomong mudah karena kakak
dulu sudah pernah mempelajari materi2nya waktu SMP. Lalu kenapa dulu waktu
kakak habis ujian SMP sukanya ngeluh mulu kalau soalnya susah-susah. haha"
(menyindir si A)
A: "Awas kamu ya. itu dulu..."
Saat keduanya sedang berdebat, tiba-tiba
adik mereka si C datang dan menyela perdebatan kedua kakanya tersebut.
C: "Makanya kak, belajar jangan waktu
mau ujian saja. Seharusnya belajar itu sejak awal sekolah. haha"
(menyindir kedua kakaknya)
A: "Enak saja kamu kalau ngomong dek,
kamu belum lihat soal-soal ujian kakak. Pasti kamu terkejut kalau
melihatnya."
B: "Biarin saja dia ngomong begitu,
besok kalau SMP dan SMA pasti kamu ngerasain sendiri susahnya soal-soal ujian
SMP dan SMA"
A: "Oiya, bagaimana dengan soal-soal
ujian kamu dek? Pasti kamu gak bisa ngerjainnya kan. haha"
C: "Emm jujur saja kak, sebenarnya aQ
soalnya susah-susah. hehe Tapi... berhubung aQ belajarnya sejak awal sekolah,
jadi... sesusah apapun soalnya, aQ coba menjawabnya dengan bekal materi yang
sudah aQ pahami sejak awal sekolah. Dan hasilnya pun cukup memuaskan, semua
soal bisa aQ kerjakan dengan lancar"
C: ""
Cerita
di atas hanyalah sebuah ilustrasi semata untuk dapat memahami problem2 yang dialami oleh
manusia di dunia
Ada beberapa poin yang dapat kita pelajari lewat ilustrasi cerita di atas sebagai berikut:
1. Tuhan memberikan cobaan dan ujian sesuai dengan level atau derajat hambanya. Semuanya mempunyai tingkat kesulitan yang sama, hanya saja bentuknya saja yang berbeda. Sebagaimana cerita di atas, si A, B dan C sama-sama menjalankan UAN dengan soal-soal yang tentunya berbeda antara ketiganya. Si A mendapat soal-soal ujian sesuai dengan tingkatnya, yaitu SMA. Si B mendapat soal-soal ujian sesuai dengan tingkatnya, yaitu SMP. Begitupun juga Si C mendapat soal-soal ujian sesuai dengan tingkatnya, yaitu SD. Si A bisa menganggap soal-soal si B dan C sebagai soal-soal yang mudah karena soal-soal tersebut tidaklah sesuai dengan tingkatannya sebagai siswa SMA, disamping itu ia juga sudah pernah melalui tingkatan SD dan SMP. Si A mengatakan bahwa soal-soal ujian anak SMA lebih sulit dari pada soal-soal ujian anak SMP. Namun demikian, dulu waktu SMP ia mengatakan bahwa soal-soal ujiannya sangatlah susah, dan sekarang waktu ia menginjak tinggak SMA ia mengatakan bahwa soal-soal ujian anak SMP lebih mudah dari pada soal-soal ujian anak SMA.
Ada beberapa poin yang dapat kita pelajari lewat ilustrasi cerita di atas sebagai berikut:
1. Tuhan memberikan cobaan dan ujian sesuai dengan level atau derajat hambanya. Semuanya mempunyai tingkat kesulitan yang sama, hanya saja bentuknya saja yang berbeda. Sebagaimana cerita di atas, si A, B dan C sama-sama menjalankan UAN dengan soal-soal yang tentunya berbeda antara ketiganya. Si A mendapat soal-soal ujian sesuai dengan tingkatnya, yaitu SMA. Si B mendapat soal-soal ujian sesuai dengan tingkatnya, yaitu SMP. Begitupun juga Si C mendapat soal-soal ujian sesuai dengan tingkatnya, yaitu SD. Si A bisa menganggap soal-soal si B dan C sebagai soal-soal yang mudah karena soal-soal tersebut tidaklah sesuai dengan tingkatannya sebagai siswa SMA, disamping itu ia juga sudah pernah melalui tingkatan SD dan SMP. Si A mengatakan bahwa soal-soal ujian anak SMA lebih sulit dari pada soal-soal ujian anak SMP. Namun demikian, dulu waktu SMP ia mengatakan bahwa soal-soal ujiannya sangatlah susah, dan sekarang waktu ia menginjak tinggak SMA ia mengatakan bahwa soal-soal ujian anak SMP lebih mudah dari pada soal-soal ujian anak SMA.
Begitu juga dengan si B
dan si C, mereka berdua tidak akan menganggap soal-soal ujian mereka sebagai
soal-soal yang mudah, karena memang soal-soal tersebutlah yang pantas dan
sesuai untuk mereka.
Kesimpulan pertama,
ketiganya merasa soal-soal ujian mereka masing-masing susah. “TIDAK DIBENARKAN
JIKA SESEORANG MENGATAKAN BAHWA UJIAN DAN COBAANNYA LEBIH BERAT ATAU LEBIH
RINGAN DARI PADA COBAAN DAN UJIAN ORANG LAIN”
2. Penyelesaian ujian dan
cobaan tidaklah bergantung pada seberapa tingkat kesulitan dan tingkat
kemampuan menyelesaikannya, namun seberapa tingkat kemauan untuk
menyelesaikannya.
Pada ilustrasi cerita di
atas, si C adalah anak SD yang masih kecil, namun ia mempunyai kemauan untuk
menyelesaikan soal-soal UAN dengan cara belajar sejak awal masuk sekolah. Berlawanan
dengan si C, kedua kakaknya si A dan B hanya mengandalkan kemampuan saja dengan
cara belajar pada saat-saat akan ujian saja.
Kesimpulan kedua, si C
mendapatkan kemampuan dari kemauannya. Sedangkan si A dan B hanya mendapatkan
kemampuan saja, sehingga walaupun sudah belajar, mereka tetap kualahan dan
tidak bisa mengerjakan soal-soal UAN. “ORANG BIJAKSANA AKAN MENCARI KEMAMPUAN
LEWAT KEMAUANNYA, BUKAN SEBALIKNYA”
Saya memberikan judul cerita
ini “Cerita Sejagad” karena saya berharap dengan cerita ini orang-orang yang
membacanya akan bisa menghadapi dan menyelesaikan segala problem dan cobaan
yang ia hadapi sepanjang hidupnya.
Demikianlah kisah tiga
bersaudara dalam “Cerita Sejagad” semoga cerita ini dapat memberikan manfaat
bagi kita semua.