SUGENG RAWUH SEDEREK-SEDEREK
SELAMAT MENIKMATI

Laman

Search This Blog

Saturday, January 25, 2014

PENGERTIAN KORUPSI YANG TERKORUPSI



Akhir-akhir ini di Indonesia Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) banyak mengungkap praktek korupsi yang jamak dilakukan oleh para pejabat pemerintahan mulai dari yang senior sampai yang junior. Para pejabat tersebut tertangkap oleh KPK karena mereka telah mengambil uang milik negara untuk kepentingan pribadi masing-masing, bukan untuk kepentingan masyarakat sebagai pihak yang berhak atas dana atau uang tersebut.
Berawal dari penangkapan dan pembongkaran kasus korupsi dikalangan pejabat pemerintahan, terbentuklah pola pemahaman tentang korupsi yang hanya dititik beratkan pada sebuah perbuatan pengambilan uang rakyat untuk kepentingan pribadi. Dengan demikian pelaku korupsi hanya berkisar pada para pejabat elit pemerintahan yang memegang anggaran negara saja.
Korupsi bisa terjadi pada para pekerja baik negri maupun swasta. Sebagai contoh, oknum PNS yang malas bekerja, yang suka bolos kerja tanpa alasan yang tak penting, atau yang tidak maksimal dalam bekerja. Sebagaimana yang menjadi rahasia umum, bahwa seperti apa pun kerja PNS, gaji mereka tetap sama. Mereka digaji dengan uang negara yang diperoleh dari rakyat selaku sebagai pihak yang mempunyai hak untuk mendapatkan fasilitas dan perlakuan sebagai bentuk hasil kerja mereka. Jika pekerjaan mereka tak maksimal dan cenderung asal-asalan, maka itu termasuk tindakan korupsi.
Mungkin kata korupsi bisa diartikan sebagai tindakan mengambil hak orang lain tanpa seizinnya dengan maksud untuk konsumsi pribadi atau untuk kepentingan yang tidak semestinya.

Tuesday, January 14, 2014

TAKHRIJ HADIS (تخريج الحديث)



TAKHRIJ HADITS

A.    Pengertian takhrij hadits
1.      Secara bahasa
Dalam bahasa Arab kata takhrij merupakan bentuk isim mashdar dari fi’il خَرَّجَ yang berarti “mengeluarkan”[1] atau bisa diartikan إبراز الشيء وإظهاره “menunjukkan atau memperlihatkan sesuatu”[2]. Dengan demikian secara bahasa takhrij hadits berarti “menunjukkan atau memperlihatkan hadits”.
2.      Secara istilah
Sedangkan secara istilah ilmu hadits, takhrij hadits yaitu:
الدلالة على موضع الحديث في مصادره الأصلية التي أخرجته بسنده، ثم بيان مرتبته عند الحاجة.[3]
Menunjukkan letak suatu hadits di dalam buku-buku sumber hadits yang asli yang menampilkannya beserta dengan silsilah sanadnya, dan kemudian memjelaskan bagaimana kualitasnya jika diperlukan.
Jadi secara sederhananya, takhrij hadits merupakan sebuah usaha yang dilakukan oleh sesorang yang ingin mengetahui keberadaan, kejelasan atau kelengkapan dari sebuah hadits yang ia temukan. Dalam proses pencariannya, ia berpegangan pada buku-buku sumber hadits yang asli (المصادر الأصلية) yang terjamin keabsahan kontennya. Setelah ia menemukan hadits yang dimaksud, kemudian ia menunjukkannya kepada pihak kedua sebagai hasil nukilannya dari referensi-referensi tersebut.

B.     Tiga kategori buku sumber hadits asli (المصادر الأصلية)
Yang dimaksud dengan sumber-sumber asli atau yang biasa disebut “المصادر الأصلية” yaitu:
1.      Buku-buku hadits yang di dalamnya terdapat hadits-hadits yang dikumpulkan oleh para pengarangnya dari jalur periwayatan yang mereka ambil dari guru-guru mereka yang mana penyandarannya adalah kepada Rasulullah SAW. Seperti ­al-kutub as-sittah, al-muwatha’, musnad ahmad, mustadrak al-hakim, mushannaf Abdurrazaq.
2.      Buku-buku hadits yang berkiblat pada buku-buku hadits asli (المصادر الأصلية), seperti:
a)      Buku-buku hadits kompilasi yang menghimpun isi dari sejumlah buku-buku hadits asli (المصادر الأصلية), seperti buku karangan Al-Humaidi yang berjudul al-jam’u baina ash-shahihain.
b)      Buku-buku kompilasi yang menghimpun potongan-potongan yang diambil dari sebagian buku-buku hadits, seperti buku karangan Al-Muziy yang berjudul tuhfatul asyraf.
c)      Ringkasan dari buku-buku hadits asli (المصادر الأصلية), seperti buku karangan Al-Mundziri yang berjudul tahdzib sunan abi dawud
3.      Buku-buku karangan yang membahas beberapa tema utama seperti tafsir, fiqih dan sejarah yang dikutip dari hadits-hadits. Dengan catatan hadits-hadits tersebut sepenuhnya diriwayatkan oleh pengarangnya beserta dengan sanadnya, dan tidak ia ambil dari buku-buku karangan lainnya. Seperti buku tafsir ath-thabari, tarikh ath-thabari, dan karangan As-Syafi’i yang berjudul al-‘um.[4]

C.    Enam metode takhrij hadits dan cara menerapkannya
Di dalam melakukan takhrij,  ada lima metode yang dapat dijadikan sebagai pedoman,  yaitu:
1.    Takhrij menurut lafadz pertama matan hadits (التخريج بمطلع الحديث)
Metode ini sangat bergantung pada lafadz pertama matan hadits. Ilmuan yang menerapkan metode takhrij ini menyusun hadits-hadits di dalam bukunya berdasarkan lafadz pertamanya, sehingga di sana akan ditemukan kelompok hadits-hadits yang huruf pertamanya alif, ba’, ta’ dan seterusnya.
Sebagai contoh ketika seseorang ingin mencari sebuah hadits dengan matan “مَن غشنا فليس منا”, maka ia harus menuju pada bab huruf mimالميم” dengan nun النون” untuk mencari kata “مَن” sebagai permulaan (kata pertama) dari hadits tersebut. Kemudian setelah kata “مَن” ditemukan, ia berlanjut meruntutkan pada huruf yang selanjutnya yaitu ghain الغين”, syinالشين”, dan nunالنون” sehingga akan ditemukan kalimat “من غشنا”.[5]
Penerapan metode takhrij ini dapat dilakukan dengan bantuan buku-buku hadits seperti berikut:
a.       Buku-buku karya Jalaluddin Abu Al-Fadhl Abdurrahman bin Abi Bakr Muhammad Al-Khudlri As-Suyuti yang berjudul: Al-Jami’ Ash-Shaghir min Hadits Al-Basyir An-Nadzir dan Jam’ul Jawami’ atau biasa disebut Al-Jami’ Al-Kabir.
b.      Al-Jami’ Al-Azhar, karya Abdur Ra’uf bin Tajuddin Al-Munawa.
c.       Al-Fath Al-Kabir fi Dhammi Az-Ziyadah Ila Al-Jami’ Ash-Shaghir, karya Yusuf An-Nabahani. Buku ini adalah hasil pengombinasian antara buku Al-Fath Al-Kabir karangan As-Suyuthi dengan penambahan konten oleh Yusuf An-Nabahani.
d.      Hidayah Al-Bari, karya Abdur Rahman Ath-Thahthawi.[6]
2.    Takhrij menurut perawi pertama (التخريج بواسطة الراوي الأعلى)
Penggunaan metode takhrij ini adalah berdasarkan pada rawi pertama pada silsilah sanad. Para pengarang buku hadits yang berlandaskan pada asas metode takhrij ini menyusun hadits-hadits berdasarkan rawi pertamanya. Jika hadits yang ingin di-takhrij adalah hadits marfu’, maka rawi pertamanya adalah dari generasi sahabat. Dan jika berupa hadits mursal, maka rawi pertamanya adalah dari generasi tabi’in. Dengan demikian di dalam buku-buku semacam ini akan terdapat klasifikasi hadits dari rawi generasi sahabat, dan klasifikasi hadits dari rawi generasi tabi’in. Metode ini hanya dapat digunakan jika sudah diketahui nama rawi pertama yang meriwayatkan hadits yang ingin di-takhrij.[7]
Sebagai contoh apabila seseorang ingin men-takhrij sebuah hadist dengan rawi pertama أبو بكرة, maka hendaklah ia mencari kata أبو بكرة pada buku hadist yang disusun secara khusus menggunakan asas takhrij الراوي الأعلى sebagaimana akan disebutkan dibawah. Setelah menemukan nama أبو بكرة tersebut, maka di sana akan ditemukan hadist-hadist yang diriwayatkan oleh أبو بكرة sebagai rawi pertamanya. Kemudian dari beberapa hadist tersebut ia bisa mencari matan hadist yang dikehendaki.
Pen-takhrij-an dapat dilakukan dengan bantuan beberapa buku hadits yaitu:
a.       Buku-buku Athraf (buku-buku hadits yang menyusun hadits berdasarkan rawi pertamanya), antara lain:
1)      Athraf As-Shahihaini karya Abu Mas’ud Ibrahim bin Muhammad Ad-Dimasqi
2)      Athraf As-Shahihaini karya Khalaf bin Hamdun Al-Wasithi
3)      Athraf Al-Kutub At-Tis’ah karya Syamsuddin Abu Al-Fadhl Muhammad bin Thahir
4)      Al-Isyraf ‘ala Ma’rifat Al-Athraf karya Abu Al-Qasim Ali bin Abi Muhammad Al-Hasan Ad-Dimasyiqi
5)      Tuhfah Al-Asyraf bi Ma’rifat Al-Athraf karya Abu al Hajjaj Yusuf Abdurrahman Al-Mizzi
6)      Ittihaf Al-Maharah bi Athraf Al-‘Asyarah karya Abu Al-Fadhl Ahmad bin Ali Al-Asqalani
7)      Dakhair Mawaris fi Ad-Dalalah ‘ala mawadhi’ Al-Hadits karya Abd Al-Ghani bin Isma’il An-Nabulusi.[8]
b.      An-Nukat Adh-Dharaf Ala Al-Athraf karya Al-Hafidz Ibnu Hajar
c.       Kutub Al-Masanid (buku-buku musnad), antara lain:
1)      Musnad Al-Imam Ahmad bin Hambal
2)      Musnad Al-Humaidi
3)      Musnad Abi Dawud
4)      Musnad Al-Bukhari Al-Kabir
5)      Al-Musnad Al-Kabir ‘ala Ar-Rijal karya Muslim bin Al-Hajjaj
6)      Musnad Nu’aim bin Hammad
7)      Musnad Abu Ishaq Ibrahim bin Nashr
8)      Musnad Asad bin Musa
9)      Musnad Abu Muhammad Ubaidillah bin Musa
10)  Musnad Yahya bin Abd Al-Humaid Al-Humani
11)  Musnad Musaddad
12)  Musnad Abu Khaitsamah Zuhair bin Harb, dan sebagainya.[9]
3.      Takhrij menurut tema hadits (التخريج بناء على موضوع الحديث)
Metode takhrij hadits ini dilakukan dengan cara melihat pada tema hadits yang hendak di-takhrij. Oleh karena itu sebelum melakukan metode takhrij ini hendaknya menentukan atau memperkirakan terlebih dahulu tema hadits yang bersangkutan. Setelah menemukan tema, barulah hadits tersebut bisa dilacak berdasarkan tema tersebut pada buku-buku yang disusun berdasarkan asas metode takhrij ini.
Adakalanya dalam satu hadits terdapat banyak tema, maka satu-persatu  tema tersebut harus dicari. Misalkan pada hadits dengan matan “بني الإسلام على خمس: أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لااِله الّاالله وأنّ محمّدًا رسوْلُ الله وتُقِيْمَ الصَّلاةَ وتُأْتِيَ الزَّكاةَ وتَصُوْمَ رَمضانَ”, hadits ini berada pada bab iman (كتاب الإيمان), tauhid (كتاب التوحيد), shalat (كتاب الصلاة), zakat (كتاب الزكاة), puasa (كتاب الصوم) dan haji (كتاب الحجّ). Maka untuk menemukan hadits tersebut harus merujuk pada semua tema tersebut, karena barangkali si pengerang buku meletakkan hadits tersebut hanya pada sebagian dari tema-tema tersebut atau bahkan hanya pada satu tema saja.[10]
 Pada dasarnya terdapat 3 kelompok buku yang menggunakan asas penyusunan hadits berdasarkan metode takhrij ini, sebagaimana berikut:
a.       Buku-buku yang tersusun dari tema-tema serta bab-bab yang memuat semua permasalahan agama, seperti berikut buku-buku berikut:
1)      Al-Jawami’, contohnya yaitu:
a)      Al-Jami’ Ash-Shahih karya Al-Bukhari
b)      Al-Jami’ Ash-Shahih karya Muslim
c)      Jami’ Ar-Razaq
d)      Jami’ Ats-Tsauri
e)      Jami’ Mu’ammar
f)       Jami’ At-Turmudzi, dan sebagainya.[11]
2)       Al-Mustakhrajat, contohnya yaitu:
a)      Al-Mustakhrajat ‘ala Al-Bukhari:
(1)   Mustakhraj Al-Isma’iliy
(2)   Mustakhraj Al-Ghithrifiy
(3)   Mustakhraj Ibnu Abi Dzuhl
b)      Al-Mustakhrajat ‘ala Muslim:
(1)   Mustakhraj Abi Awanah A-Asfarayainiy
(2)   Mustakhraj Al-Hiriy
(3)   Mustakhraj Abi Hamid Al-Hurwiy
c)      Al-Mustakhrajat ‘ala Al-Bukhari wa Muslim:
(1)   Mustakhraj Abi Nu’aim Al-Asbahaniy
(2)   Mustakhraj Ibnu Al-Akhram
(3)   Mustakhraj Abi Bakr Al-Barqaniy[12]
3)      Al-Mustadrakat ‘ala Al-Jawami’, seperti; Al-Mustadrak ‘ala Ash-Shahihain karya Abu Abdillah Al-Hakim[13]
4)      Al-Majami’, contohnya yaitu:
a)      Al-Jam’u baina Ash-Shahihain karya Ash-Shaghaniy Al-Hasan bin Muhammad
b)      Al-Jam’u baina Ash-Shahihain karya Abu Abdillah Muhammad bin Abi Nashr
c)      Al-Jam’u baina Al-Ushul As-Sittah karya Abu Al-Hasan Razin bin Mu’awiyah
d)      Al-Jam’u baina Al-Ushul As-Sittah karya Abu As-Sa’adat
e)      Jam’u Al-Fawa’id min Jami’ Al-Ushul wa Majma’ Az-Zawa’id karya Muhammad bin Muhammad bin Sulaiman Al-Maghribiy[14]
5)      Az-Zawa’id, contohnya seperti:
a)      Mashabih Az-Zujajah fi Zawa’id Ibni Majjah karya Abu Al-Abbas Ahmad bin Muhammad Al-Bushairiy
b)      Fawa’id Al-Muntaqiy li Zawa’id Al-Baihaqiy karya Al-Bushairiy
c)      Ittihaf As-Sadah Al-Maharah Al-Khairah bi Zawa’id Al-Masanid Al-Asyarah karya Al-Bushairiy
d)      Al-Mathalib Al-Aliyyah bi Zawa’id Al-Masanid Ats-Tsamaniyyah karya Al-Hafidz Ahmad bin Ali bin Hajar Al-Asqalaniy
e)      Majma’ Az-Zawa’id wa Manba’ Al-Fawa’id karya Al-Hafidz Ali bin Abi Bakr Al-Haitsimiy.[15]
6)      Miftah Kunuz As-Sunnah.
Buku Miftah Kunuz As-Sunnah ini dikarang oleh seorang orientalis (pakar ketimuran) dari Belanda, yaitu Dr. A. J. Wensink. Buku ini ia tulis menggunakan bahasa Inggris, yang kemudian diterjemahkan oleh Dr. Fuad Abdul Baqi ke dalam bahasa Arab, selain menerjemahkannya ia juga mengoreksi dan menyebarluaskannya. Buku ini merupakan daftar isi dari empat belas buku hadits yang disusun secara bertema-tema, 14 buku tersebut yaitu:
a)      Sahih Al-Bukhari
b)      Sahih Muslim
c)      Sunan Abu Dawud
d)      Sunan At-Tirmidzi
e)      Sunan An-Nasa’i
f)       Sunan Ibnu Majah
g)      Sunan Ad-Darimi
h)      Muwaththa’ Malik
i)        Musnad Ahmad
j)        Musnad Abu Dawud Ath-Thayasili
k)      Musnad Zaid bin Ali
l)        Sirah Ibnu Hisyam
m)    Maghozi Al-Waqidi
n)      Tabaqat Ibnu Sadin.[16]
b.      Buku-buku yang tersusun dari tema-tema serta bab-bab yang memuat sejumlah banyak permasalahan agama, seperti berikut:
1)      As-Sunan, contohnya yaitu:
a)      Sunan Abi Dawud karya Sulaiman bin Al-Asy’ats As-Sajistaniy
b)      Sunan An-Nasa’iy karya Abu Abdir Rahman Ahmad bin Syu’aib An-Nasa’i
c)      Sunan Ibnu Majjah karya Muhammad bin Yazid bin Majjah Al-Qazwainiy
d)      Sunan Asy-Syafi’iy karya Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i
e)      Sunan Al-Baihaqiy karya Abu Bakr Ahmad bin Al-Husain Al-Baihaqiy
f)       Sunan Ad-Daruquthniy karya Ali bin Umar Ad-Daruquthniy
g)      Sunan Ad-Darimiy karya Abdullah bin Abdur Rahman Ad-Darimiy[17]
2)      Al-Mushannafat, seperti contoh:
a)      Al-Mushannaf karya Abu Bakr Abdullah bin Muhammad Al-Kufiy
b)      Al-Mushannaf karya Abu Bakr Abdur Razaq bin Hammam Ash-Shan’ani
c)      Al-Mushannaf karya Baqiy bin Makhlad Al-Qurthubi
d)      Al-Mushannaf karya Abu Sufyan Waki’ bin Al-Jarrah Al-Kufiy
e)      Al-Mushannaf karya Abu Salamah Hammad bin Salamah Al-Bashriy.[18]
3)      Al-Muwaththa’at, seperti contoh:
a)      Al-Muwaththa’ karya Malik bin Anas
b)      Al-Muwaththa’ karya Ibnu Abi Dza’b Muhammad bin Abdur Rahman
c)      Al-Muwaththa’ karya Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad.[19]
4)      Al-Mustakhrajat ‘ala As-Sunan, seperti karya Qasim bin Ashbagh yang berjudul Al-Mustakhrajah ’ala Sunan Abi Dawud.[20]
c.       Buku-buku yang secara khusus hanya membahas satu tema agama saja, seperti berikut:
1)      Al-Ajza’[21]
2)      At-Targhib wa At-Tarhib, seperti contoh:
a)      At-Targhib wa At-Tarhib karya Zakiyuddin Abdul ‘Adzim bin Abdul Qawiy Al-Mundziriy
b)      At-Targhib wa At-Tarhib karya Abu Hafdl Umar bin Ahmad.[22]
3)      Az-Zuhd wa Al-Fadla’il wa Al-Adab wa Al-Akhlaq, seperti contoh:
a)      Kitab Dzimmul Ghaibah, Kitab Dzimmul Hasd dan Kitab Dzimmud Dunya karya Ibnu Abi Ad-Dunya Abi Bakr Abdullah bin Muhammad Al-Baghdadiy
b)      Kitab Akhlaq An-Nabiy SAW karya Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad Al-Ashbahaniy
c)      Kitab Az-Zuhud karya Ahmad bin Hanbal
d)      Kitab Az-Zuhud karya Abdullah bin Al-Mubarak
e)      Kitab Adz-Dzikr wa Ad-Du’a’ karya Abu Yusuf Ya’qub bin Ibrahim Al-Kufiy
f)       Kitab Fadla’il Al-Qur’an karya Imam Asy-Syafi’iy
g)      Kitab Fadla’il Ash-Shahabah karya Abu Nu’aim Al-Ashbahaniy
h)      Kitab Riyadl Ash-Shalihin min Kalam Sayyid Al-Mursalin karya Abu Zakariya bin Syaraf An-Nawawiy.[23]
4)      Al-Ahkam, seperti contoh:
a)      Al-Ahkam Al-Kubra dan Al-Ahkam Ash-Shughra karya Abu Muhammad Abdul Haq
b)      Al-Ahkam dan ‘Umdah Al-Ahkam ‘an Sayyid Al-Anam karya Abdul Ghani bin Abdul Wahid Al-Muqdisiy
c)      Al-Imam fi Al-Ahadits Al-Ahkam dan Al-Imam bi Ahadits Al-Ahkam karya Muhammad bin Ali
d)      Al-Muntaqiy fi Al-Ahkam karya Abdus Salam bin Abdullah
e)      Bulugh Al-Maram min Adillah Al-Ahkam karya Ahmad bin Ali bin Hajar Al-Asqalaniy.[24]
4.      Takhrij menurut klasifikasi (status) hadits (التخريج عن طريق النظر في حال الحديث متنًا و سندًا)
Cara kerja dari metode ini adalah dengan cara melihat status dari matan dan atau sanadnya, apakah berupa hadits qudsi, hadits masyhur, hadits mursal, hadits maudhu’, atau yang lainnya. Misalnya hadits yang hendak di-takhrij berupa hadits maudhu’, maka yang dipakai adalah buku-buku himpunan hadits maudhu’.[25]
Buku-buku yang bisa dipakai untuk metode takhrij ini di antaranya yaitu:
a.       Buku-buku tentang hadits mutawatir, seperti buku yang berjudul Al-Azhar Al-Mutanatsirah fi Al-Akhbar Al-Mutawatirah karya Al-Hafidz Jalaluddin As-Suyuthi.[26]
b.      Buku-buku tentang hadits qudsi, seperti:
1)      Al-Ittihafat As-Sunnah fi Al-Ahadits Al-Qudsiyyah karya Muhammad bin Mahmud bin Shalih bin Hasan.[27]
2)      Al-Ahadits Al-Qudsiyyah yang disusun oleh Komite Al-Qur’an dan Al-Hadits pada Majelis Tertinggi Urusan Agama Islam di Mesir.[28]
c.       Buku-buku tentang hadits masyhur, seperti:
1)      Al-Maqashid Al-Hasanah fi Bayan Katsir min Al-Ahadits Al-Musytaharah ‘ala Al-Alsinah karya Al-Hafidz Syamsuddin Abu Al-Khair Muhammad bin Abdur Rahman
2)      Kayfu Al-Khifa wa Mazil Al-Ilbas ‘Amma Isytahara min Al-Ahadits ‘ala Alsinah An-Nas karya Abdur Rahman bin Ali
3)      Tamyiz Ath-Thib min Al-Khabits fima Yaduru ‘ala Alsinah An-Nas min Al-Ahadits karya Isma’il bin Muhammad bin Abdul Hadiy Al-Jarahiy Al-Ajluniy Ad-Dimasyqiy.[29]
d.      Buku-buku tentang hadits mursal seperti buku yang berjudul Al-Marasil karya Abu Dawud Sulaiman bin Asy’ats As-Sajistaniy.[30]
e.       Buku-buku tentang hadits maudlu’
1)      Al-Maudlu’at karya Ibnu Al-Jauziy
2)      Al-‘Ilal Al-Mutanahiyah fi Al-Ahadits Al-Wahiyah karya Ibnu Al-Jauziy
3)      Al-Manar Al-Munif fi As-Shahih wa Adl-Dla’if karya Ibnu Qaim Al-Jauziyyah
4)      Al-Laali’ Al-Mashnu’ah fi Al-Ahadits Al-Maudlu’ah karya As-Suyuthi
5)      Tanzih Asy-Syari’ah Al-Marfu’ah ‘an Al-Akhbar Asy-Syi’ah Al-Maudlu’ah karya Ibnu Iraq
6)      Tadzkirah Al-Maudlu’at li karya Al-Fattaniy Al-Hindiy
7)      Al-Fawa’id Al-Majmu’ah fi Al-Ahadits Al-Maudlu’ah karya Asy-Syaukani
8)      Tadzkirah Al-Maudlu’at karya Muhammad bin Thahir Al-Muqdisiy
9)      Al-Mashnu’ fi Ma’rifah Al-Hadits Al-Maudlu’ karya Ali Al-Qariy.[31]
5.      Takhrij melalui kata-kata dalam matan hadits (التخريج بألفاظ الحديث)
Penerapan metode takhrij ini berdasarkan pada pengambilan kata-kata yang terdapat dalam matan hadits, baik kata tersebut berbentuk isim maupun fi’il, bukan berupa kata sambung (kalimah harf). Para pengarang buku hadits yang menggunakan metode penyusunan hadits berdasarkan metode takhrij ini memfokuskan pada kata-kata asing (الألفاظ الغريبة). Misalkan jika ada seseorang yang hendak melacak hadits dengan matan “إنّ النبي صلى الله عليه وسلم نهى عن طعام المتباريين أن يؤكل”, maka jangan mencarinya melalui kata “نهى”, “طعام”, atau “يأكل”. Namun yang perlu ia cari pertama kali adalah kata “المتباريين”, karena kata tersebut sangat sedikit jumlahnya (غريبة) dibandingkan dengan kata-kata lain dalam matan tersebut, sehingga tidak akan susah untuk menemukannya. Kata tersebut bisa dicari bada kelompok kata “تبارى”, karena “المتابريين” merupakan salah satu bentuk dari derivasinya.[32]
Metode takhrij ini bisa menggunakan buku al-mu’jam al-mufahras li alfadz al-hadits an-nabawi oleh pertama kali disusun oleh A. J. Wensink guru besar bahasa Arab di Universitas Leiden, yang kemudian sejumlah orientalis (pakar ketimuran) lain ikut bergabung dengannya. Buku ini merujuk kepada 9 buku induk hadits,[33] yaitu:
a.       خ=Shahih bukhari
b.      د=Sunan Abu daud
c.       ت=Sunan Tirmidzi
d.      ن=Sunan an-Nasa’i
e.       جه=Sunan Ibnu Majah
f.       دي=Sunan ad-Darimy
g.       م=Shahih Muslim
h.      ط=Muwaththa’ Malik
i.        حم=Musnad Imam Ahmad
Semua kode-kode diatas berlaku pada seluruh juz dari buku al-mu’jam al-mufahras li al-fadz al-hadits an-nabawi kecuali pada juz pertama mulai hal 1-23 khusus Ibn Majah dan Ahmad Ibn Hambal digunakan kode sebagai berikut:
a.       ق=Sunan Ibnu Majah
b.      حل=Musnad Imam Ahmad.[34]
6.      Takhrij menggunakan bantuan komputer
Metode takhrij ini dapat dilakukan ketika sudah tersedia beberapa hal sebagai berikut:
a.       Komputer
b.      Aplikasi atau program untuk melakukan takhrij (pencarian) hadits
c.       Penggunanya mengetahui cara menggunakan komputer dan aplikasi tersebut
Terdapat banyak program yang dapat digunakan untuk melakukan pencarian hadits, di antaranya yaitu:
a.       Program-program yang sudah siap pakai, seperti:
1)      Ensiklopedia hadits (موسوعة الحديث الشريف)
2)      Ensiklopedia keemasaan atau golden encyclopedia (الموسوعة الذهبية)
3)      Ensiklopedia perpustakaan hadits (موسوعة الحديث الشريف)
b.      Program yang harus dipersiapkan terlebih dahulu, seperti:
1)      Program buatan Pusat Layanan Hadits di Universitas Islam di Madinah
2)      Program buatan Dr. Hamam Sa’id di Yordania
3)      Program buatan Pusat Hadits dan Sejarah Nabi di Universitas Qatar.[35]
Salah satu cara penerapan metode takhrij ini yaitu dengan memanfaatkan fitur search yang biasanya sudah disediakan oleh si pembuat program. Fitur search ini adakalanya ditempatkan pada bagian menu atau tab program yang bersangkutan. Selain itu ada juga yang didukung dengan penggunaan tombol pintas berupa “CTRL+F”, setelah tombol tersebut dipencet maka akan terbuka jendela pencarian, pengguna yang ingin men-takhrij tinggal menuliskan kalimat atau kata yang bersangkutan dengan matan atau sanad hadits yang hendak di-takhrij pada tempat yang telah disediakan, dan setelah fitur search dijalankan baru akan terlihat hasilnya.
D.    Manfaat takhrij hadits
Kegiatan takhrij hadits ini mempunyai beberapa manfaat, yaitu:
1.      Membantu untuk mengetahui sumber asli suatu hadits
2.      Membantu untuk mengetahui perawi suatu hadits
3.      Membantu untuk mengklasifikasikan kualitas para perawi suatu hadits, yaitu melalui proses jarh dan ta’dil
4.      Membantu untuk mengumpulkan sejumlah besar silsilah sanad suatu hadits yang kemudian dari sana dapat diketahui kualitasnya, apakah mutawatir, masyhur, aziz, atau gharib.
5.      Membantu untuk mengetahui bentuk asal atau lengkap suatu hadits
6.      Membantu untuk mengetahui kualitas suatu hadits, apakah kuat atau lemah? Apakah maqbul atau mardud?
7.      Menjadikan level atau tingkatan sebuah hadits menjadi naik karena ditemukannya banyak jalur periwayatannya
8.      Dapat membantu untuk mengetahui adanya penambahan riwayat dalam hadits
9.      Dapat membantu untuk memberikan penjelasan makna dari kata-kata yang sulit difahami atau asing
10.  Dapat membantu untuk mengetahui hilangnya kewibawaan atau kebijaksanaan seorang rawi akibat adanya fakta kejanggalan (syadz) pada dirinya.
11.  Dapat membantu untuk mengungkap kesalahan-kesalahan para rawi
12.  Dapat membantu untuk mengungkap sangkaan-sangkaan yang dilontarkan terhadap mereka[36]


KALAU INGIN DOWNLOAD MAKALAH DI ATAS SILAHKAN LEWAT DI SINI