Anda sering mendengar kata “Asma’ul Husna”?
Atau
Anda sering mengatakan kata “Asma’ul Husna”?
Nah, pada kesempatan kali ini kita akan belajar bersama mengenai
kata tersebut. Sebelum mengupas tuntas kata tersebut mari kita minilik sedikit
salah satu kaidah dalam bahasa Arab, yaitu “na’at” (النعت).
Na’at berkaitan
dengan masalah sifat+maushuf (sifat+sesuatu yang disifati).
Contoh:
1.
“Andi
adalah seorang laki-laki yang tampan”.
2.
“Buku
itu bagus sekali”
Pada contoh pertama terdapat kata sifat (الصفة) yang berupa
“tampan”, sedangkan yang disifati/pemilik sifat (الموصوف) adalah “Andi”. Dan pada contoh kedua
kata sifatnya adalah “bagus”, sedangkan yang disifati adalah “buku”.
Asma’ul
Husna = أسماء
الحسنى
Kata
tersebut biasa diartikan “Nama-nama yang paling indah”. Arti kata
tersebut terdiri dari sifat dan yang disifati. “Yang paling indah” adalah
sebagai kata sifat, sedangkan “nama-nama” adalah yang disifati.
Setelah
bisa membedakan antara sifat dan maushuf, mari kita belajar
mengenai kaidah penyusunan sifat+maushuf dalam bahasa Arab.
Dalam kaidah bahasa Arab sifat dan maushuf adalah dua
pasang kata yang selalu seragam, baik harakat akhirnya, jenis kelaminnya
(laki-laki atau perempuan), jumlahnya (tunggal, dua atau jamak) dan spesifikasinya
(ma’rifat atau nakirah).
Namun pada kesempatan kali ini kita akan belajar dua kriteria
keseragaman saja, yaitu kriteria keseragaman dalam hal jenis kelamin dan
spesifikasinya.
1.
Kriteria
jenis kelamin biasa ditandai dengan beberapa cirri-ciri, sebagai berikut:
a.
Ta’
ta’nits (تاء
التأنيث) atau ta’ yang
berfungsi menunjukkan suatu kata adalah berjenis kelamin perempuan (mu’annats).
Contoh: أستاذ (guru laki-laki)-أستاذة (guru perempuan).
b.
Bentuk
jamak. Setiap bentuk jamak dari benda mati dianggap berjenis kelamin perempuan.
Contoh: أسماء (nama-nama) bentuk jamak dari kata اسم (nama).
Mari kita tengok contoh gabungan kata “أسماء
الحسنى”. Pada contoh tersebut
kata أسماء
dianggap berjenis kelamin perempuan, oleh karena itu kata sifatnya dibuat dalam
bentuk berjenis kelamin perempuan (الحسنى), bukan dalam bentuk berjenis kelamin
laki-laki (الأحسن). Perlu diketahui bahwa kata “الحسنى” merupakan bentuk perempuan dari kata “الأحسن”.
2.
Kriteria
spesifikasi. Pada kriteria ini mencakup dua jenis, yaitu ma’rifat (spesifik)
dan nakirah (tidak spesifik atau umum). Biasanya untuk membedakan antara
keduanya diletakkan atribut “ال” pada awal kata ma’rifat, sedangkan untuk kata nakirah tidak terdapat atribut “ال” pada awalnya. Contoh:
أُرِيْدُ أَنْ أَبِيْعَ كِتَابًا = saya ingin membeli sebuah buku
الْكِتَابُ
عَلىَ المَكْتَبِ = buku itu ada di atas meja
Pada contoh pertama kata “كتاب” berbentuk nakirah (umum). Tidak
ada spesifikasi buku apa yang dimaksud. Sedangkan kata الكتاب pada contoh kedua
berbentuk ma’rifat (spesifik), karena buku yang dimaksud sudah jelas,
yaitu buku yang ada di atas meja.
Sekarang
saatnya kita mengupas gabungan kata “أسماء الحسنى”. Jika yang dimaksud dengan kata “asma’ul
husna” adalah “nama-nama yang paling indah”, maka gabungan kedua kata
tersebut harus sesuai dengan kaidah النعت sebagaimana kita pelajari tadi.
1.
أسماء:
a. Berjenis kelamin mu’annats (perempuan), karena ia adalah
kata jamak.
b. Kata ini seharusnya berbentuk ma’rifat (spesifik), karena أسماء (nama-nama)
disini ditujukan untuk Allah SWT yang sudah pasti berbentuk ma’rifat,
karena tiada Tuhan selain Allah. Jadi yang benar adalah “الأسماء”.
2.
الحسنى:
a.
Berjenis
kelamin perempuan. Kenapa tidak dibuat dalam bentuk jenis kelamin laki-laki?
Karena jenis kelamin sifat (الحسنى) harus diseragamkan dengan jenis kelamin
yang disifati (الأسماء), tidak sebaliknya.
KESIMPULAN
1.
Jika
yang dimaksud adalah “nama-nama yang paling indah”, maka gabungan kata yang
benar adalah “الأسماء الحسنى”.
2.
Namun
jika yang dikatakan adalah “أسماء الحسنى”, maka jangan sekali-kali menyandarkannya
pada الرحمن، الرحيم، المالك، القدوس dst. Alasannya karena perbedaan jumlah
huruf akan berpengaruh pada makna atau artinya.
a.
الأسماء الحسنى = Nama-nama yang paling indah
Gabungan dua kata ini membentuk ikatan النعت (sifat+maushuf)
b.
أسماء الحسنى = Nama-nama sesuatu yang paling indah
Gabungan dua kata ini membentuk ikatan إضافة (penyandaran)
Selain
kata asma’ul husna, terdapat juga beberapa istilah lain yang mempunyai
permasalahan yang sama. Contoh:
Tidak Sesuai Dengan
Kaidah Tata Bahasa Arab
|
Sesuai Dengan
Kaidah Tata Bahasa Arab
|
أخلاق
الكريمة (akhlaqul
karimah)
|
الأخلاق
الكريمة (al-akhlaqul
karimah)
|
موعظة
الحسنة (mau’idhotul
hasanah)
|
الموعظة
الحسنة (al-mau’idhotul
hasanah)
|
خلفاء
الراشدين (khulafa’ur
rasyidin)
|
الخلفاء
الراشدين (al-khulafa’ur
rasyidin)
|