IMTAQ+IPTEK
Mengapa Kita Menua?
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ ضَعْفٍ ثُمَّ
جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً
يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ (٥٤)
Artinya: “Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari Keadaan lemah,
kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah Keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian
Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia
menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah yang Maha mengetahui lagi Maha
Kuasa.” (Ar-Ruum: 54)
Dewasa Mulai Umur 40 Tahun?
وَوَصَّيْنَا الإنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا
وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلاثُونَ شَهْرًا حَتَّى إِذَا بَلَغَ
أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ
الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ
وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
(١٥)
15. Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat
baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah,
dan melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya
adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila Dia telah dewasa dan umurnya sampai
empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri
nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan
supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan
kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku
bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang berserah
diri".
A.
Pengertian
Menurut J.W.
Santrock ada dua pandangan tentang definisi orang lanjut usia atau lansia,
yaitu menurut pandangan orang barat dan orang Indonesia. Pandangan orang barat
yang tergolong orang lanjut usia atau lansia adalah orang yang sudah berumur 65
tahun ke atas, di mana usia ini akan membedakan seseorang masih dewasa atau
sudah lanjut usia. Sedangkan pandangan orang Indonesia, lansia adalah orang
yang berumur lebih dari 60 tahun. Lebih dari 60 tahun karena pada umumnya di
Indonesia dipakai sebagai usia maksimal kerja dan mulai tampaknya ciri-ciri
ketuaan.[1]
Tahun 1980, PBB
menyatakan bahwa usia 60 tahun sebagai usia peralihan ke segmen usia lanjut
dari populasi.[2]
Masa dewasa akhir
(late adulthood), yaitu masa perkembangan yang berlangsung dari
kira-kira usia 60-70 tahun sampai ke kematian. Masa ini merupakan masa
penyesuaian terhadap menurunnya kekuatan dan kesehatan, serta masa pensiun dan
berkurangnya penghasilan. Melihat kembali kehidupan dan menyesuaikan diri pada
perubahan peran sosial juga merupakan ciri masa dewasa akhir, seperti juga
berkurangnya tanggung jawab, meningkatnya kebebasan, dan menjadi kakek-nenek.[3]
Menurut Erikson
mengatakan bahwa integritas versus rasa putus asa (integrity versus despair)
adalah teori tahap perkembangan yang ke delapan dan terakhir, yang dialami
individu pada masa dewasa akhir. Pada tahun-tahun terakhir dari kehidupan, kita
melihat kebelakang dan mengevaluasi apa yang telah kita lakukan dengan hidup
kita. Melalui banyak jalan yang berbeda, orang tua mungkin telah mengembangkan
pandangan positif dalam kebanyakan atau semua tahap perkembangan sebelumnya.
Bila itu terjadi, retrospeksi akan menunjukkan kehidupan yang di jalani dengan
baik, dan individu merasakan kepuasan-integritas tercapai. Bila orang tua menjalani
kebanyakan tahap perkembangan sebelumnya secara negatif, retrospeksi akan
menghasilkan keraguan atau kemurungan-Erikson menyebutnya sebagai putus asa.[4]
Masa dewasa lanjut
(usia lanjut) disebut juga masa senescent atau usia lanjut. Usia ini
dimulai pada umur 60 tahun sampai kematian. Pada periode ini, kemampuan fisikis
maupun psikologis mengalami penurunan dengan cepat, tetapi teknik pengobatan
modern serta upaya dalam cara berpakaian dan berdandan memungkinkan pria dan
wanita perpenampilan, bertindak dan berperan seperti kala mereka masih muda.
Tanda-tanda mereka
memasuki usia lanjut adalah sebagai berikut:
a.
Berat badan bertambah. Lemak mengumpul
terutama disekitar perut dan paha.
b.
Rambut berkurang, menipis dan terjadi
kebotakan (khususnya pria) terutama di kepala bagian atas disertai munculnya
uban. Rambut di hidung dan telinga serta bulu mata lebih kaku, sedangkan rambut
pada wajah tumbuh lambat dan kurang subur.
c.
Perubahan pada kulit. Kulit pada wajah,
leher, lengan dan tangan menjadi kering, muncul noda (pigmentasi), berkurangnya
sensitivitas, dan keriput. Kantung mata semakin mengembung, lingkaran hitamnya
lebih permanen dan jelas. Muncul gelambir di bawah dagu dan seputar leher.
d.
Perubahan otot. Otot menjadi lembek dan
mengendur, terutama pada bagian dagu, lengan atas dan perut.
e.
Persendian. Beberapa manula memiliki
masalah persendian yang menyebabkan mereka mengalami kesulitan bergerak dan
bekerja. Pada persendian sering terasa sakit dan muncul benjolan.
f.
Perubahan pada gigi. Gigi menjadi
kuning dan tanggal, sehingga memerlukan pengganti gigi sebagian atau seluruhnya
dengan gigi palsu.
g.
Perubahan pada pancaindera. Mata
kehilangan cahayanya dibandingkan ketika muda dan cenderung lebih banyak
mengeluarkan kotoran serta selalu berair. Berkurangnya kemampuan pandang,
pengecap, mendengar, meraba dan membau.
h.
Masalah kesehatan. Mudah lelah, telinga
berdengung, sakit pada otot, kulit bersisik, pusing-pusing, sakit pada lambung
(sembelit, asam lambung, dan sendawa), kehilangan selera makan, dan insomania.
i.
Kemampuan intelektual dan kinerja mental.
Penurunan kemampuan intelektual dengan bertambahnya umur mungkin baru terlihat
setelah umur 50 atau 60 tahun untuk berbagi fungsi, bahkan pada beberapa
individu kemundurannya kecil saja. fungsi intelektual yang memerlukan
penggunaan cepat dari keterampilan menipulatif perseptual non-verbal mungkin
menurun lebih dini. Penurunan kinerja mental sangat bergantung pada jenis
pekerjaan yang ditangani. Mengenai mentalitas manula, Buller mengatakan, “Orang
berusia lanjut secara tidak proposional menjadi subjek bagi masalah emosional
dan mental yang berat. Insiden psycopathologi timbul seiring dengan
bertambahnya usia. Gangguan fungsional, keadaan depresi dan paranoid terus
bertambah, sama seperti penyakit otak setelah usia 60-an. Kasus bunuh diri
meningkat seiring dengan usia dan jumlah kasus bunuh diri paling sering
dilakukan oleh pria kulit putih”. Mereka mempunyai tingkat intelektual yang
lebih tinggi, relatif kurang mengalami penurunan mental dibandingkan dengan
mereka yang tingkat intelektualnya rendah.
j.
Sindrom menopouse pada wanita dan
sindrom klimatrik pada pria.
1.
Menopouse
a.
Menstruasi berhenti. Wanita dapat
mengalami berhenti menstruasi secara tiba-tiba. Perubahan terjadi bisa diawali
oleh berkurangnya darah menstruasi dengan jarak antar menstruasi semakin jauh
atau siklus yang lebih pendek dengan pendarahan yang lancar dan deras.
b.
Sistem reproduksi menua dan berhenti.
Ini ditandai juga oleh terhentinya reproduksi keturunan. Akibatnya produksi
hormon-hormon kewanitaan menurun.
c.
Penampilan kewanitaan menurun.
Akibatnya berkurangnya produksi hormon seks, penampilan seks sekunder
kewanitaan menjadi berkurang. Sebagian analis menyebut dengan sebutan kasar;
dalam fase ini, kaum hawa tidak lagi disebut wanita, juga bukan pria. Bulu di
wajah bertambah kasar, suara menjadi lebih mendalam, lekuk tubuh hilang,
payudara turun dan kempis.
d.
Ketidaknyamanan fisik, terasa tegang
dan linu di sekujur tubuh, kelelahan, jengkel, dan cepat marah, berdebar-debar,
resah, berasa dingin.
e.
Perubahan kepribadian. Banyak wanita
mengalami perubahan kepribadian selama masa menopouse, merasa tertekan, cepat
marah, mengkritik diri sendiri, dan selalu mengeluh. Perubahan ini dapat
menetap atau membaik akibat keseimbangan hormonal maupun penyesuaian diri.
2.
Klimatrik
Tidak seperti
wanita, kaum pria relatif tidak memiliki tanda-tanda yang nyata berkenaan
dengan penurunan hormon dan organ seksnya. Dengan demikian, sindrom klimatrik
hampir tidak jelas kedatangannya. Beberapa perubahan yang menyertai antara
lain:
a.
Prasangka fungsi organ seksual. Setelah
usia 50-an terjadi penurunan berangsur-angsur pada aktivitas gonad, walaupun
pada usia 70-80 tahun pria masih dapat membuahi istrinya. Terkait dengan
penurunan fungsi gonad, nafsu seks pun mulai turun. Banyak juga kasus hilangnya
libido seks ini lebih dikarenakan gangguan psikologis, misalkan hubungan
perkawinan yang tidak harmonis, tekanan kehidupan atau pekerjaan, dan
lain-lain.
b.
Penampilan kelelakian menurun. Dengan
menurunnya aktivitas gonad, pria kehilangan ciri-ciri kelelakian dan
penampilannya, juga munculnya beberapa ciri yang lebih bersifat kewanitaan,
seperti intonasi suara menjadi lebih tinggi. Penurunan fisik, psikis dan
penampilan serta tingkah laku kurang maskulin seringkali menimbulkan kecemasan.
Terkadang, kecemasan ini mengarah pada impotensi.
c.
Ketidaknyamanan fisik. Banyak pria usia
madya mengeluh karena mengalami depresi, gelisah, lekas marah, sensasi yang
menggelikan, pusing kepala, insomnia, gangguan pencernaan, ketegangan, rasa
tidak menentu secara tiba-tiba, letih, dan keluhan-keluhan lainnya.
Keluhan-keluhan tersebut banyak yang benar terjadi, tetapi banyak pula yang
khayalan belaka (hipokondriasis).
d.
Perubahan kepribadian. Sehubungan
dengan hilangnya keperkasaan yang dimiliki, beberapa pria berperilaku seperti
orang muda yang mencoba menunjukkan kejantanannya dengan berhubungan kembali
dengan sembarang wanita.[5]
Beberapa perubahan
umum fungsi indera pada usia lanjut antara lain sebagai berikut:
a.
Penglihatan. Ada penurunan
yang konsisten dalam kemampuan untuk melihat objek pada tingkat penerangan
rendah dan menurunnya sensitifitas terhadap warna. Pada umumnya, orang berusia
lanjut menderita presbyopia atau tidak dapat melihat jarak jauh dengan jelas,
yang terjadi karena elastisitas lensa mata berkurang.
b.
Pendengaran. Orang berusia
lanjut mengalami hilangnya kemampuan mendengar bunyi dengan nada yang sangat
tinggi, sebagai akibat dari berhentinya pertumbuhan syaraf dan berakhirnya
pertumbuhan sel basal yang mengakibatkan matinya rumah siput di telinga,
walaupun masih tetap dapat mendengar nada rendah. Pria cenderung lebih banyak
kehilangan pendengaran pada masa tuanya dibandingkan dengan wanita.
c.
Pengecap. Perubahan
penting pada alat pengecap tertjadi akibat berhentinya pertumbuhan tunas
sel-sel pengecap pada permukaan lidah dan bagian dalam permukaan pipi.
d.
Penciuman. Daya penciuman
menjadi kurang tajam sejalan dengan semakin tua usia, sebagai akibat dari
pertumbuhan sel-sel dalam hidung terhenti dan sebagian lagi karena semakin
lebatnya bulu hidung. Sudah menjadi kebiasaan adanya manula yang memakai parfum
dengan berlebihan.
e.
Perabaan. Di usia tua, kulit
mengalami banyak perubahan. Putro menjelaskan bahwa kulit menjadi lebih kering akibat
penurunan hormon andorgen, penurunan kinerja kelenjar sebaceous yang
berfungsi meminyaki kulit guna menhindari penguapan air epidermis kulit, dan
kelenjar erikin penghasil keringat juga menjaga kelembaban kulit berkurang
hingga 15%. Permukaan kulit menjadi kasar, bersisik, dan berkeriput akibat
sel-sel yang mati sulit mengelupas, berkurangnya lemak permukaan, penipisan
lapisan epidermis mencapai 20%, serat kolagen menurun, atrofi (penyusutan)
tulang, otot, jaringan lemak, sehingga kulit menjadi tipis, kurang kenyal.
Keriput pada bagian wajah ditambah oleh kontraksi otot wajah yang tidak diikuti
oleh kontraksi kulit sesuai sehingga terbentuk alur-alur keriput di daerah
muka. Kondisi kulit seperti itu ditambah gangguan neurotransmiter beserta
jaringan pernafasannya akhirnya mengakibatkan indra peraba di permukaan kulit semakin
kurang peka.
Perubahan pada
kemampuan motorik dan kemampuan fungsional pada usia lanjut adalah sebagai
berikut:
a.
Kapasitas kardiorespirasi. Umumnya,
kapasitas kerja fisik menurun lebih cepat dibandingkan dengan kapasitas mental.
Sesudah umur 45 tahun kapasitas kardioresoirasi yang diukur sebagai konsumsi
oksigen maksimal (VO2maks), dapat menurun sebanyak 25% dalam tempo
empat tahun. Itulah sebabnya pria dan wanita yang telah mencapai usia 55 tahun
harus dikurangi beban kerjanya karena paru-parunya sudah tidak lagi sanggup
mengambil oksigen yang dibutuhkan tatkala mendapat beban pekerjaan.
b.
Kekuatan. Penurunan
kekuatan yang paling nyata adalah pada kelenturan otot-otot tangan bagian depan
dan otot-otot yang menopang tegaknya tubuh. Manula lebih cepat lelah dan
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memulihkan diri dari keletihan.
Kapasitas otot rangka menurun secepat turunnya kapasitas kardiorespirasi. Besar
penurunannya pada wanita tatkala mencapai usia 51-55 tahun adalah 26%. Apa pun
jenis pekerjaannya, setelah mencapai usia tersebut terjadi penurunan kekuatan
otot lebih dari 20%.
c.
Kecepatan. Gerakan-gerakan
besar yang dilakukan pada kecepatan maksimum memperlihatkan banyak perlambatan
seiring bertambahnya umur. Ini disebabkan oleh keterbatasan otot dan faktor
kehati-hatian yang lebih besar dibandingkan orang muda. Manula cenderung lebih
lamban, tetapi lebih akurat dibanding orang muda jika tersedia sarana bagi
mereka untuk memonitor kinerja mereka sendiri. Mereka juga cenderung menjadi
canggung dan kaku sehingga mudah mengalami kecelakaan.
d.
Kemampuan belajar. Manula cenderung
lebih lambat dalam belajar pengetahuan dan keterampilan baru, dan hasil yang
diperolehnya juga kurang memuaskan serta lebih cepat dilupakan.[6]
Penurunan
kemampuan suatu organ adalah cerminan dari menurunnya kemampuan satuan-satuan
yang membentuknya (sel). Karena satuan fungsi biologis yang ada dalam suatu
organ adalah sel. Simpulan yang didapat dari penelitian-penelitian tentang
sebab penuaan dalam level sel adalah sel-sel itu tidak mampu membuang
sampah-sampah dan bekas-bekas interaksi yang terjadi di dalamnya. Karena tidak
dapat terbuang secara sempurna, sampah-sampah itu akan menumpuk dalam wujud
molekul-molekul yang kadang kala aktif dan menyatu dengan satuan-satuan sel
biologis. Penyatuan ini menyebabkan berkurangnya efektivitas sel.
Proses ini
berjalan sangat lambat dan pengaruhnya tidak akan tampak kecuali setelah bertahun-tahun.
Dengan demikian tubuh memasuki fase kelemahan dengan sangat lambat.
Pada setengah
pertama umur manusia biasanya terjadi pembaharuan secara terus-menerus pada
sel-sel tubuh karena unggulnya proses regenerasi atas proses degenerasi. Pada
fase berikutnya, dua proses itu menjadi imbang, kemudian pada fase terakhir (usia
lanjut) proses degenerasi akan mengungguli proses regenerasi.[7] Inilah kejadian
di balik penuaan yang dialami oleh organisme ber-sel banyak (multiseluler).
B.
Ciri-ciri masa
tua:
Menurut Hurlock
terdapat beberapa ciri-ciri orang lanjut usia, yaitu:
a.
Usia lanjut merupakan periode
kemunduran. Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan
psikologis. Kemunduran dapat berdampak pada psikologis lansia. Motivasi
memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia. Kemunduran pada lansia
semakin cepat apabila memiliki motivasi yang rendah, sebaliknya jika memiliki
motivasi yang kuat maka kemunduran itu akan lama terjadi.
b.
Orang lanjut usia memiliki status
kelompok minoritas. Lansia memiliki status kelompok minoritas karena sebagai
akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap orang lanjut usia dan
diperkuat oleh pendapat-pendapat klise yang jelek terhadap lansia.
Pendapat-pendapat klise itu seperti: lansia lebih senang mempertahankan
pendapatnya daripada mendengarkan pendapat orang lain.
c.
Menua membutuhkan perubahan peran.
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran
dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar
keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan.
d.
Penyesuaian yang buruk pada lansia.
Perlakuan yang buruk terhadap orang lansia membuatnya cenderung mengembangkan
konsep diri yang buruk. Lansia lebih memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk.
Karena perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk.[8]
C.
Sosiologi Usia
Lanjut
Kajian biologis
penuaan berkaitan dengan waktu atau disebut juga usia kronologis organisme
merupakan parameter yang dipakai biologi untuk
membuat indeks penuaan, penetapan ini terkadang membingungkan karena
adanya orang yang berusia 60 tahun, tetapi masih berpenampilan dan aktif
seperti berusia 40 tahun, atau sebaliknya 40 tahun sudah berpenampilan dan
keaktifannya seperti berusia 60 tahun. Karena itu, penuaan merupakan pola yang
bervariasi secara individual dalam hal kecepatan terjadinya perubahan, tetapi
fenomena penuaan tetap bersifat universal. Dengan demikian, umur kronologis
tidak selalu sejalan dengan umur biologis.
Beberapa beban
psikologis yang dapat memperburuk
kedatangan usia senja adalah sebagai berikut:
a.
Menerima pendapat umum dalam masyarakat
yang mengatakan bahwa bagi lansia “Anda tidak dapat mengajarkan permainan baru
pada anjing tua”. Dengan telah memasuki usia tua, mereka beranggapan, maka
berakhir pula segalanya. Tidak ada aktivitas, keinginan dan impian yang dengan
motivasi tinggi hendak dicapai. Sangat bertolak belakang dengan konsepsi Islam
tentang menuntut ilmu, yaitu bahwasanya menuntut ilmu itu adalah wajib dari
mulai ayunan hingga liang lahat. Berhentinya keinginan melakukan sesuatu yang
baru, termasuk mempelajari sesuatu yang baru, akan memperparah penurunan fisik
dan mental manula.
b.
Pengaruh perubahan fisik. Minat untuk
meningkatkan penampilan mulai berkurang menjelang umur 30-an, ketika ketegangan
dalam pekerjaan dan rumah tangga terasa kuat. Akan tetapi, minat akan
penampilan muncul kembali jika mulai terlihat tanda-tanda penuaan. Ciri khas
pertama penuaan tampak dengan bertambahnya berat badan. Pria kurang perhatian
dibanding wanita. Tingkat sosial juga mempengaruhi. Pria kelas menengah keatas
lebih perhatian. Demikian juga tingkat kecerdasan, IQ rendah biasanya lebih gemuk
dibandingkan IQ tinggi, selain kurang terpengaruh oleh masalah kegemukan.
Akibat penampilan fisik menurun dan mengalami hambatan dalam beraktivitas,
manula lebih banyak yang tidak lagi ambil peduli terhadap penampilannya.
Kondisi ini memunculkan sikap mental apatis, skeptis, selfis, dan menimbulkan
masalah dalam interaksi sosial. Inilah yang memunculkan strereotip manula itu
adalah jorok, norak, bau, dan sebagainya.
c.
Perubahan dalam pola kehidupan. Di usia lanjut,
banyak perubahan terjadi. Mulai dari kehilangan pekerjaan, anak yang telah
dewasa, ditinggal wafat atau cacat oleh pasangan dan teman-temannya. Jika
kemampuan penyesuaian diri menghadapi perubahan pola kehidupan tersebut lambat
atau tidak mampu, akan menimbulkan stres. Mungkin kondisi ini pula yang
menyebabkan munculnya stereotip manula itu cenderung berpenampilan serius,
kaku, dan membosankan, tidak seperti kalangan muda yang penuh canda dan ceria.
d.
Kecenderungan untuk “tidur” secara
mental. Berhenti belajar, melakukan hal baru , perubahan kemampuan dan penampilan
fisik, perubahan pola hidup dapat menjebak lansia untuk tidur secara mental
atau tidak lagi memiliki semangat dan motivasi hidup. Bagi sebagian manula,
kematiannya bahkan lebih dulu datang daripada penguburan jasadnya. Kebanyakan
manula yang hampir mendekati usia seratus tahun, seluruh hidupnya sudah sangat
bergantung pada orang lain dan sistem penunjang kehidupan lainnya. Itulah
sebabnya, perhatian manula tentang kapan saya akan mati? Apakah yang
menyebabkan kematian saya? Apakah yang dapat saya lakukan terhadap kematian
seperti yang saya inginkan? Bagaimana saya dapat mati dengan cara baik?
e.
Merasa bersalah karena menganggur. Memasuki masa
pensiun dan tertutupnya kesempatan kerja menyebabkan banyak waktu luang
dihabiskan di rumah serta kesulitan finansial yang parah, khususnya bagi mereka
yang tidak memiliki asuransi jaminan hari tua. Sebagian orang yang tadinya
memiliki otoritas kepemimpinan yang menonjol mungkin mengalami postpower
sindrome akibat ketidaksiapan penyesuaian diri. Jika tidak ada kegiatan
alternatif lain yang dapat mengisi waktu dan memberi makna hidup, hari-hari
terasa tak bermakna, maka akan menimbulkan tekanan atau rasa bersalah. Dampak
lanjutannya adalah membenamkan diri dalam minuman keras, depresi, sakit jiwa,
atau bunuh diri.
f.
Pelepasan kegiatan sosial. Lepasnya
beberapa jabatan yang pernah dipegang, faktor fisik dan mental seperti yang
diuraikan di atas, mendorong hilang atau berkurangnya kegiatan sosial lainnya.
Hal ini yang menyebabkan manula terasing dari pergaulan sosial adalah sikap
egoisnya yang enggan mendengarkan keperluan orang lain, tetapi selalu
membicarakan dirinya dan pengalaman masa lalunya dalam percakapan sehari-hari.
Terasing secara sosial akan menambah beban mental karena tidak ada penyaluran
emosional yang biasa terjadi dalam bersosialisasi.
Walaupun studi
ilmiah dan pandangan masyarakat tidak memberikan harapan, bukan berarti usia
senja selalu berupa bencana dan tidak mendapat tempat. Di banyak kebudayaan,
usia bukan sumber masalah yang memalukan, tetapi sebaliknya sebagai tambahan
jaminan untuk dihargai, dihormati, dan meningkatkan martabat atau kedudukan. Kepercayaan
di negara-negara Asia seperti Cina, Jepang, Korea, Asia Tenggara, India,
Persia, Afrika dan suku-suku pedalaman telah mendudukkkan manusia usia lanjut
secara tradisional memegang peran sebagai orang bijak, guru, suhu, master di
bidang ilmu bela diri, yoga, ahli pengobatan, pemimpin upacara adat dan
keagamaan, serta fungsi-fungsi yang terhormat lainnya. Tidak seperti di
masyarakat Timur atau masyarakat tradisioanal, usia tua juga berarti
penghargaan yang tinggi dalam masyarakat dengan asumsi bahwa usia mereka dan
pengalaman hidupnya menyebabkan mereka lebih bijaksana yang tidak mungkin dapat
ditandingi oleh yang masih muda. Walaupun di dalam agama mereka, mitos,
legenda, pria dan wanita yang bijak, shaman (tabib) memuat pesan tentang
usia tua, tetapi sebenarnya semangat kekuatan pengetahuan dan spiritual lebih
dibutuhkan oleh seluruh masyarakat. Kebanggaan berusia tua, seperti di daerah
Abkhazia, Vilcambaba di Ekuador seringkali diikuti dengan menua-nuakan diri
mereka melebihi usia yang sebenarnya.
Di dalam
masyarakat selalu terdapat pria dan wanita yang luar biasa yang mengabaikan dan
memecahkan stereotip tentang penuaan, tetap hidup dan bekerja dengan giat di
usia 70-an, 80-an, dan 90-an. Mereka inilah yang bisa dijadikan model guna
mencapai usia tua dengan sukses; Linus pauling di usia 80 menanjak dengan
vitamin C dan pelucutan senjata nuklirnya; John H. Glenn Jr., di usia 70 tahun
mengorbit untuk kedua kalinya guna melakukan serangkaian penelitian tentang
penuaan; dan banyak lagi orang yang tidak di kenal keramaian umum, tetapi
terdepan dalam gerak dan pandangan serta memiliki vitalitas tinggi di usia
senjanya. Tidak ada istilah tahun terbenamnya matahari, usia keemasan, atau
warga senior untuk status mereka. Mereka menemukan hidup adalah sangat menarik
dan mereka isi dengan sesuatu yang luar biasa, menyenangkan dalam sikap dan
gaya hidupnya.[9]
[2] Marzuki Umar Sa’abah, Bagaimana Awet Muda dan Panjang Usia, cet. 1,
(Jakarta: Gema Insani Press, 2001.
[3] John W. Santrock, Adolescence Perkembangan Remaja, Shinto B. Adelar,
Sherly Saragih, edisi 6, (Jakarta: Erlangga, 2003.
[4] John W. Santrock, Adolescence Perkembangan Remaja, Shinto B. Adelar,
Sherly Saragih, edisi 6, (Jakarta: Erlangga, 2003.
[5] Marzuki Umar Sa’abah, Bagaimana Awet Muda dan Panjang Usia, cet. 1,
(Jakarta: Gema Insani Press, 2001.
[6] Marzuki Umar Sa’abah, Bagaimana Awet Muda dan Panjang Usia, cet. 1,
(Jakarta: Gema Insani Press, 2001.
[7] Ahmad Fuad Pasya, Rahiq Al-‘ilmi wa Al-Iman, Dimensi Sains Al-Qur’an
Menggali Kandungan Ilmu Pengetahuan dari Al-Qur’an, Muhammad Arifin, cet.
1, (Solo: Tiga Serangkai, 2004)
[9] Marzuki Umar Sa’abah, Bagaimana Awet Muda dan Panjang Usia, cet. 1,
(Jakarta: Gema Insani Press, 2001)