SUGENG RAWUH SEDEREK-SEDEREK
SELAMAT MENIKMATI

Laman

Search This Blog

Monday, May 5, 2014

SALAH KAPRAH DALAM BERBAHASA ARAB (Part II)


Anda sering mendengar kata “Asma’ul Husna”?
Atau Anda sering mengatakan kata “Asma’ul Husna”?
Nah, pada kesempatan kali ini kita akan belajar bersama mengenai kata tersebut. Sebelum mengupas tuntas kata tersebut mari kita minilik sedikit salah satu kaidah dalam bahasa Arab, yaitu “na’at” (النعت).
Na’at berkaitan dengan masalah sifat+maushuf (sifat+sesuatu yang disifati). Contoh:
1.     Andi adalah seorang laki-laki yang tampan”.
2.     Buku itu bagus sekali”
Pada contoh pertama terdapat kata sifat (الصفة) yang berupa “tampan”, sedangkan yang disifati/pemilik sifat (الموصوف) adalah “Andi”. Dan pada contoh kedua kata sifatnya adalah “bagus”, sedangkan yang disifati adalah “buku”.
Asma’ul Husna = أسماء الحسنى
Kata tersebut biasa diartikan “Nama-nama yang paling indah”. Arti kata tersebut terdiri dari sifat dan yang disifati. “Yang paling indah” adalah sebagai kata sifat, sedangkan “nama-nama” adalah yang disifati.
Setelah bisa membedakan antara sifat dan maushuf, mari kita belajar mengenai kaidah penyusunan sifat+maushuf dalam bahasa Arab.
Dalam kaidah bahasa Arab sifat dan maushuf adalah dua pasang kata yang selalu seragam, baik harakat akhirnya, jenis kelaminnya (laki-laki atau perempuan), jumlahnya (tunggal, dua atau jamak) dan spesifikasinya (ma’rifat atau nakirah).
Namun pada kesempatan kali ini kita akan belajar dua kriteria keseragaman saja, yaitu kriteria keseragaman dalam hal jenis kelamin dan spesifikasinya.
1.     Kriteria jenis kelamin biasa ditandai dengan beberapa cirri-ciri, sebagai berikut:
a.     Ta’ ta’nits (تاء التأنيث) atau ta’ yang berfungsi menunjukkan suatu kata adalah berjenis kelamin perempuan (mu’annats). Contoh: أستاذ (guru laki-laki)-أستاذة (guru perempuan).
b.     Bentuk jamak. Setiap bentuk jamak dari benda mati dianggap berjenis kelamin perempuan. Contoh: أسماء (nama-nama) bentuk jamak dari kata اسم (nama).
Mari kita tengok contoh gabungan kata “أسماء الحسنى”. Pada contoh tersebut kata أسماء dianggap berjenis kelamin perempuan, oleh karena itu kata sifatnya dibuat dalam bentuk berjenis kelamin perempuan (الحسنى), bukan dalam bentuk berjenis kelamin laki-laki (الأحسن). Perlu diketahui bahwa kata “الحسنى” merupakan bentuk perempuan dari kata “الأحسن”.
2.     Kriteria spesifikasi. Pada kriteria ini mencakup dua jenis, yaitu ma’rifat (spesifik) dan nakirah (tidak spesifik atau umum). Biasanya untuk membedakan antara keduanya diletakkan atribut “ال” pada awal kata ma’rifat, sedangkan untuk kata nakirah tidak terdapat atribut “ال” pada awalnya. Contoh:
أُرِيْدُ أَنْ أَبِيْعَ كِتَابًا = saya ingin membeli sebuah buku
الْكِتَابُ عَلىَ المَكْتَبِ = buku itu ada di atas meja
Pada contoh pertama kata “كتاب” berbentuk nakirah (umum). Tidak ada spesifikasi buku apa yang dimaksud. Sedangkan kata الكتاب pada contoh kedua berbentuk ma’rifat (spesifik), karena buku yang dimaksud sudah jelas, yaitu buku yang ada di atas meja.
Sekarang saatnya kita mengupas gabungan kata “أسماء الحسنى”. Jika yang dimaksud dengan kata “asma’ul husna” adalah “nama-nama yang paling indah”, maka gabungan kedua kata tersebut harus sesuai dengan kaidah النعت sebagaimana kita pelajari tadi.
1.     أسماء:
a.     Berjenis kelamin mu’annats (perempuan), karena ia adalah kata jamak.
b.     Kata ini seharusnya berbentuk ma’rifat (spesifik), karena أسماء (nama-nama) disini ditujukan untuk Allah SWT yang sudah pasti berbentuk ma’rifat, karena tiada Tuhan selain Allah. Jadi yang benar adalah “الأسماء”.
2.     الحسنى:
a.     Berjenis kelamin perempuan. Kenapa tidak dibuat dalam bentuk jenis kelamin laki-laki? Karena jenis kelamin sifat (الحسنى) harus diseragamkan dengan jenis kelamin yang disifati (الأسماء), tidak sebaliknya.
KESIMPULAN
1.     Jika yang dimaksud adalah “nama-nama yang paling indah”, maka gabungan kata yang benar adalah “الأسماء الحسنى”.
2.     Namun jika yang dikatakan adalah “أسماء الحسنى”, maka jangan sekali-kali menyandarkannya pada الرحمن، الرحيم، المالك، القدوس dst. Alasannya karena perbedaan jumlah huruf akan berpengaruh pada makna atau artinya.
a.     الأسماء الحسنى = Nama-nama yang paling indah
Gabungan dua kata ini membentuk ikatan النعت (sifat+maushuf)
b.     أسماء الحسنى = Nama-nama sesuatu yang paling indah
Gabungan dua kata ini membentuk ikatan إضافة (penyandaran)

Selain kata asma’ul husna, terdapat juga beberapa istilah lain yang mempunyai permasalahan yang sama. Contoh:
Tidak Sesuai Dengan Kaidah Tata Bahasa Arab
Sesuai Dengan Kaidah Tata Bahasa Arab
أخلاق الكريمة (akhlaqul karimah)
الأخلاق الكريمة (al-akhlaqul karimah)
موعظة الحسنة (mau’idhotul hasanah)
الموعظة الحسنة (al-mau’idhotul hasanah)
خلفاء الراشدين (khulafa’ur rasyidin)
الخلفاء الراشدين (al-khulafa’ur rasyidin)