A. Pengeretian
Sanad, Matan, Periwayat dan Perawi Hadis
1. Sanad
a. Bahasa:
Kata sanad berasal dari kata سَنَدَ يَسْنُدُ yang
berarti “جَعَلَ الشَّيْءَ عِمادًا”[1] (menjadikan
sesuatu sebagai penopang atau sandaran).
b. Istilah:
السند هو
سِلْسِلَةُ الرِّجالِ الْمَوْصُوْلةِ للْمَتْنِ[2]
“Sanad adalah silsilah
matarantai orang-orang yang menghubungkan matan hadis”
2. Matan
a. Bahasa:
Kata matan berarti “ما
ارْتَفَعَ مِن الأرضِ”[3]
(tanah yang tingga).
b. Istilah:
Matan adalah materi, isi atau lafadz hadis itu
sendiri, yang oleh penulisnya ditempatkan setelah menyebutkan sanad.[4]
3. Perawi /
Periwayat
Kata perawi berasal dari bahasa arab رَاوٍ yang
artinya “مَنْ حَمَلَ الْحديثَ ونَقَلَهُ”[5]
(orang yang membawa serta menyampaikan hadis). Yaitu orang-orang yang ada di
dalam mata rantai sanad.
Contoh:
حدّثنا محمد ابن المثنّى قال حدّثنا عبد الوهّاب الشّاقفي
قال حدثنا أيوب عن أبي قلابة عن أنس عن النبي صلّى الله عليه وسلّم (a): ثلاثٌ مَنْ كُنَّ فيه وجدَ حلاوةَ الإيْمانِ
أنْ يكون الله و رسوله أَحَبَّ اليه مِمَّا سِواهُما وأنْ يُحِبَّ الْمَرْأَ لا
يُحِبُّه الّا لِلّه وأنْ يُكْرِهَ أنْ يَعوْدَ في الكُفْرِ كما يَكْرَهُ أنْ
يَقْذِفَ في النَارِ. (b) (رواه البخاري)
Keterangan:
محمد ابن المثنّى
(c) عبد الوهّاب الشّاقفي (c) أيوب (c) أبي قلابة عن أنس (c)
a = Sanad
b = Matan
c = Rawi
B. Urgensi Kritik
Sanad dan Matan
Kritik sanad dan matan hadis sangat urgen penting
untuk dilakukan dalam penelitian hadis. Setidaknya ada 6 faktor yang melatarbelakanginya,
yaitu:
- Kedudukan hadis Nabi sebagai salah satu sumber ajaran Islam.
Kita harus memberikan perhatian yang khusus karena
hadis merupakan sumber dasar hukum Islam kedua setelah al-Qur'an dan kita harus
menyakininya.
- Tidaklah seluruh hadis tertulis pada zaman Nabi.
Nabi pernah melarang sahabat untuk menulis hadis,
tetapi dalam perjalannnya hadis ternyata dibutuhkan untuk di bukukan.
- Telah timbul berbagai masalah pemalsuan hadis.
Kegiatan pemalsuan hadis ini mulai muncul kira-kira
pada masa pemerintahan khalifah ali bin Abi Thalib, demikaian pendapat
sebagaian ulama hadis pada umumnya.
- Proses penghimpunan hadis yang memakan waktu yang lama.
Karena proses yag panjang maka diperlukan
openelitian hadis, sebagai upaya kewaspadaan dari adanya hadis yang tidak bisa
dipertanggung jawabkan.
- Jumlah kitab hadis yang banyak dengan model penyusunan yang beragam.
Bayaknya metode memunculkan kriteria yag berbeda
mengenai hadis, terkadang kitab-kitab hadis hanya mengumpulkan/menghimpunn
hadis, maka hal ini perlu diteliti lebih lanjut.
- Telah terjadi periwayatan hadis secara makna, hal ini di khawatirkan adanya keterputusan sumber informasinya.[6]
C. Tujuan Kritik
Sanad dan Matan
Penelitian hadis yang mencakup kritik sanad
dan matan hadis diarahkan untuk mengetahui apakah hadis yang diteliti maqbul
(diterima untuk menjadi hujjah) atau mardud (ditolak untuk
menjadi hujjah).[7]
Sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Abi Hatim al-Razi, kritik sanad dan matan hadis
bertujuan untuk menyeleksi (membedakan) antara hadis shahih dan dha’if dan
menetapkan status perawi-perawinya dari segi kepercayaan atau cacat”.[8]
D. Standar Acuan
Kritik Sanad dan Matan
Secara umum validitas hasil dari pelaksanaan
kritik sanad dan matan hadis ditentukan melalui 5 standar acuan yang telah
ditentukan oleh ulama hadis, yaitu:
1.
Sanadnya muttashil (bersambung)
2.
Periwayat bersifat adil
3.
Periwayat bersifat dlabith
4.
Matan hadis tidak mengandung kejanggalan (syudzudz)
5.
Pada matan hadis tidak terdapat kecacatan (‘ilat)[9]
Tiga yang pertama dari standar-standar di atas
dikenakan untuk sanad hadis, sedangkan dua sisanya dikenakan untuk matan hadis.
Secara khusus matan hadis harus mencakup
beberapa hal sebagai berikut:
1.
Ungkapanya tidak dangkal, sebab yang dangkal tidak
pernah diucapkan oleh orang yang mempunyai apresiasi sastra yang tinggi fasih.
2. Tidak menyalahi orang yang luas
pandanganya atau pikiranya, sebab sekiranya menyalahi tidak mungkin ditakwil.
3. Tidak menyimpang dari kaedah umum
dan akhlak.
4. Tidak menyalahi perasaan dan
pengamatan.
5. Tidak menyalahi cendekiawan dalam
bidang kedokteran dan filsafat.
6. Tidak mengandung kekerdilan,
sebab syariah jauh dari sifat kerdil.
7. Tidak betentangan dengan akal
sehubungan dengan pokok kaidah, termasuk sifat-sifat Allah dan Rasul-Nya.
8. Tidak bertentangan dengan
sunnatullah mengenai alam semesta dan kehidupan manusia.
9. Tidak mengandung sifat naif,
sebab orang berakal tidak pernah dihinggapinya.
10. Tidak menyalahi al-Qur'an dan
al-sunnah.
11. Tidak bertentangan dengan sejarah
yang diketahui umum mengenai zaman Nabi.
12. Tidak menyerupai mazdhab rawi
yang ingin benar sendiri.
13. Tidak meriwayatkan suatu keadilan
yang dapat disaksikan orang banyak, padahal riwayat tersebut hanya disaksikan
oleh seorang saja.
14. Tidak menguraikan riwayat yang
isinya menonjilkan kepentingan pribadi.
15. Tidak mengandung uraian yang
isinya membesar-besarkan pahala dari perbuatan yang minim
16. Tidak mengandung ancaman besar
terhadap perbutan dosa kecil.[10]
E. Langkah-langkah
Kritik Sanad dan Hadis
Kritik sanad dan matan hadis dapat dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Mengidentifikasi setiap perawi yang ada pada rantai sanad
dengan cara melihat pendapat dan pengakuan dari para tokoh ahli hadis mengenai biografi
atau seluk beluk perawi tersebut, dan kemudian memberikan penilaian atas
kualitas perawi tersebut berdasarkan pada standar acuan yang telah disebutkan
sebelumnya.[11]
2.
Setelah bagian sanad sudah teridentifikasi, selanjutnya
adalah mengidentifikasi bagian matannya, yaitu dengan cara melihat dan
membandingkan susunan kata dari berbagai matan yang semakna dengannya. Kemudian
memberikan penilaian terhadapat matan tersebut berdasarkan pada standar acuan
yang dipakai dalam kritik matan yang sudah disebutkan sebelumnya.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Majma’ Al-Lughah Al-‘Arabiyah, Al-Mu’jam Al-Wajiz, (Mesir: Wizarah
At-Tarbiyah wa At-Ta’lim, 1994).
Majma’
Al-Lughah Al-‘Arabiyah, Al-Mu’jam Al-Wasith, Cet. 4, (Kairo: Maktabah As-Syuruq Al-Dauliyyah, 2004).
M. Erfan Soebahar, Aktualisasi Hadis Nabi
di Era Teknologi Informasi, (Semarang: RaSAIL Media Group, 2010).
M. Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis Telaah Kritis dan
Tinjauan Dengan Pendekatan Ilmu Sejarah, (Jakarta: Bulan Bintang, 2005).
Nizar Ali, Memahami Hadis Nabi (Metode dan Pendekatan), (Yogyakarta:
CESad, 2001).