SUGENG RAWUH SEDEREK-SEDEREK
SELAMAT MENIKMATI

Laman

Search This Blog

Sunday, November 2, 2014

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA



I.          PENDAHULUAN
Di dalam melakukan penelitian seorang peneliti hendaknya mengetahui proses-proses apa saja yang akan dijalani selama penelitian. Pada makalah ini penulis akan menjelaskan salah satu proses penting di dalam penelitian, yaitu proses pengumpulan data.
Berbicara mengenai proses pengumpulan data, tentunya seorang peneliti tidak akan pernah melewatkan yang namanya teknik dan instrumen pengumpulan data. Dalam proses pengumpulan data, hendaknya seorang peneliti harus bisa memahami terlebih dahulu dari mana data penelitian akan diperoleh. Setelah mengetahui sumber data mana yang akan diambil, barulah setelah itu dilakukan penentuan teknik apa yang akan dipakai dalam pengumpulan data, dan selanjutnya adalah penentuan  intrumen apa yang akan digunakan.
Demikian adalah urutan bagaimana suatu proses pengumpulan data di dalam penelitian hendaknya dilakukan. Dengan kata lain beberapa hal tersebut merupakan urutan proses yang saling terikat dan tidak bisa dilepaskan antara satu dengan yang lainnya. Untuk itu penulis akan mencoba menjelaskan lebih terperinci lagi pada bagian pembahasan makalah ini.

II.       RUMUSAN MASALAH
A.    Data dan Sumber Data
B.     Teknik Pengumpulan Data
C.     Instrumen Pengumpulan Data

III.    PEMBAHASAN
A.    Data dan Sumber Data
Jenis data secara umum terdiri atas dua macam, yakni data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif adalah data yang berupa angka ataupun data yang diangkakan. Sedangkan data kualitatif adalah data yang berupa pernyataan-pernyataan ataupun keterangan-keterangan.
Apabila mengkaji hakikat instrumen penelitian, peneliti sebaiknya memperhitungkan terlebih dahulu jenis data manakah yang diperlukan dalam penelitian. Apakah data kuantitatif atau data kualitatif? Apakah data nominal, ordinal, interval ataukah data rasio?
1.      Data kuantitatif adalah data yang berkenaan dengan jumlah atau kuantitas, yang dapat dihitung dan disimbolkan dengan ukuran-ukuran kuantitas.
2.      Data kualitatif berkenaan dengan nilai kualitas seperti baik, sedang, kurang dan lain-lain.
3.      Data kualitatif jika perlu dapat disimbolkan dalam bentuk kuantitatif, asal ada kriteria yang jelas dan tegas penggunaannya.
4.      Data primer adalah data yang diperoleh dari tangan pertama
5.      Data sekunder diperoleh dari tangan kedua seperti laporan, dokumentasi, nilai rapor, nilai ujian dan lain-lain.
1.      Data nominal
Data nominal yaitu data hasil menghitung, bukan hasil mengukur. Data jenis kelamin; laki-laki, perempuan, data agama; Islam, Katholik, Kristen, Hindu, Budha, Kong Hu Chu, data pekerjaan; PNS, dokter, akuntan, adalah beberapa contoh data hasil menghitung. Data ini diperoleh dari mengkategorikan, member nama, dan menghitung fakta-fakta dari objek yang diobservasi.
2.      Data ordinal
Data ordinal adalah data berjenjang yang jarak antara satu data dengan data yang lain tidak sama. Contoh; data rangking: rangking 1, rangking 2, rangking 3, dst; data golongan PNS; golongan I, golongan II, golongan III, golongan IV, kejuaraan olahraga; juara I, juara II, juara III, dst.
3.      Data interval
Data interval adalah data berjenjang yang jarak antar data yang sama, tetapi tidak memiliki nilai nol absolute (nol yang berarti tidak ada nilainya). Contoh; prestasi hasil belajar. Seorang siswa yang mendapatkan nilai 0, bukan berarti bahwa siswa tersebut sama sekali tidak memiliki pengetahuan. Contoh yang lain adalah data suhu (misal: celcius). Air yang memiliki suhu 0° c bukan berarti bahwa air tersebut tidak memiliki suhu.
Data interval tidak dapat dibuat untuk penjumlahan atau kelipatan. Misalnya 2 liter air  yang bersuhu 30° c ditambah 2 liter air yang bersuhu 20° c tidak sama dengan 50° c (30° c + 20° c).
4.      Data rasio
Data rasio adalah data hasil mengukur, memiliki jarak antar data yang sama, serta mempunyai nilai nol absolute. Contoh; data panjang, berat, gaji, IQ.
Bila ada meja A panjangnya 80 cm dan meja B 160 cm, maka kita bisa menyatakan bahwa panjang meja A setengah dari panjang meja B. Gaji nol rupiah berarti pegawai itu tidak akan menerima uang sedikitpun. Berat nol kg berarti tidak ada berat.[1]
Pada dasarnya semua penelitian terdiri atas data kuantitatif dan data kualitatif. Namun, data mana yang menjadi fokus, itulah yang menentukan penelitian kuantitatif atau kualitatif. Dengan kata lain, data yang dianalisis itulah yang menentukan kuantitatif atau kualitatif suatu penelitian. Sedangkan jenis data yang satu merupakan pelengkap ataupun penjelas terhadap data yang lain.
Dalam penelitian kualitatif biasanya dibedakan antara fakta dan data. Fakta adalah suatu kejadian, peristiwa, gejala yang terjadi di masyarakat. Sementara data adalah sejumlah kejadian yang sama yang menunjukkan keteraturan tertentu. Dalam penelitian yang kita cari adalah data, bukan fakta! Banyak dari kita dalam kegiatan penelitian tidak menemukan data tetapi menjejer fakta-fakta yang terkadang tidak relevan dengan masalah yang kita teliti.
Adapun data dari penelitian adalah subjek dari mana data yang dapat diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan (Arikunto, 2002: 107). Istilah responden digunakan dalam penelitian kuantitatif, sedangkan dalam penelitian kualitatif menggunakan istilah informan.[2]
Suharsimi Arikunto mengklasifikasikan sumber data menjadi 3 jenis yaitu:
1.      Person, yaitu sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban baik secara lisan maupun tertulis.
2.      Place, yaitu sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan diam dan bergerak.
Diam, misalnya ruangan, kelengkapan alat, wujud benda dan lain-lain.
Bergerak, misalnya aktivitas kinerja, laju kendaraan, kegiatan belajar mengajar dan lain-lain.
3.      Paper, yaitu sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf, angka, gambar atau simbol-simbol lain.
Dengan pengertiannya ini maka ”paper” bukan terbatas hanya pada kertas sebagaimana terjemahan dari kata “paper” dalam bahasa Inggris, akan tetapi dapat berwujud batu, kayu, tulang dan sebagainya.[3]

B.     Teknik Pengumpulan Data
Sebelum melaksanakan penelitian seorang peneliti harus memahami terlebih dahulu teknik-teknik pengumpulan data. Hal ini untuk mempermudah pelaksanaan penelitian. Adapun teknik umum yang biasa digunakan adalah observasi, angket, wawancara, tes dan telaah dokumen.
1.      Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. Observasi menjadi salah satu teknik pengumpulan data apabila sesuai dengan tujuan penelitian, direncanakan dan dicatat secara sistematis, serta dapat dikontrol keadaan (reliabilitas) dan kesahihannya (validitasnya).[4]
Pengumpulan data dengan teknik ini dilakukan dengan cara terjun secara langsung kelapangan dengan mengambil data secara langsung (berhubungan langsung dengan masalah yang diangkat).[5]
Menurut cara pelaksanaan kegiatan observasi dan tujuan dilakukannya, observasi dapat dibedakan ke dalam dua bentuk yaitu:
a.       Observasi partisipatif
Dalam observasi partisipatif, observer ikut ambil bagian dalam kegiatan obyeknya (observee) sebagaimana yang lain dan tidak nampak perbedaan dalam bersikap. Jadi observer ikut aktif berpartisipasi pada aktivitas dalam segala bentuk yang sedang diselidiki.[6]
b.      Observasi non partisipatif
Jenis observasi ini, observer tidak melibatkan diri, hanya saja pengamatan dilakukan secara sepintas pada saat tertentu kegiatan observeenya. Pengamatan tidak terlibat ini, hanya mendapatkan gambaran obyek sejauh penglihatan dan terlepas pada saat tertentu tersebut, tidak dapat merasakan keadaan sesungguhnya yang terjadi pada observeenya.[7]
2.      Angket atau questionnaire
Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan tertulis untuk menjawab secara tertulis pula oleh responden.[8]


Questionnaire dapat disebar luaskan sesuai keperluan pada setiap responden dalam waktu yang relatif singkat. Questionnaire tidak memerlukan sistem bertatap muka dengan para responden meskipun di dalam praktik sering ditemui sistem demikian sebagaimana wawancara, hal demikian dilakukan untuk menghindari salah pengertian dalam menafsirkan setiap pertanyaan ataupun dikehendakinya data dalam bentuk uraian.[9]
Tujuan penyebaran angket ialah mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dari responden tanpa merasa khawatir bila responden memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan.[10]
Sedangkan dipandang dari cara menjawabnya dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:
a.       Angket Terbuka, yaitu angket yang dalam pelaksanaannya, peneliti memberi kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri.
b.      Angket Tertutup, yaitu angket yang dalam pelaksanaannya, peneliti sudah menyediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih saja.[11]
3.      Wawancara
Wawancara adalah suata cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Wawancara ini digunakan bila ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam serta jumlah respondennya sedikit.
Ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi arus informasi dalam wawancara, yaitu; pewawancara, responden, pedoman wawancara, dan situasi wawancara.
Pewawancara adalah petugas pengumpulan informasi yang diharapkan dapat menyampaikan pertanyaan dengan jelas dan merangsang responden untuk menjawab semua pertanyaan dan mencatat semua informasi yang dibutuhkan dengan benar.
Responden adalah pemberi informasi yang diharapkan dapat menjawab semua pertanyaan dengan jelas dan lengkap.
Situasi wawancara ini berhubungan dengan waktu dan tempat wawancara. Waktu dan tempat wawancara yang tidak tepat akan membuat pewawancara merasa canggung untuk mewawancarai, dan responden pun enggan menjawab pertanyaaan.
Secara umum, wawancara dibagi menjadi dua, yaitu; wawancara berstruktur dan wawancara tak berstruktur.
Dalam wawancara berstruktur semua pertanyaan telah dirumuskan sebelumnya, biasanya secara tertulis, wawancara ini tidak membuka kebebasan pada responden untuk berbicara sesuka hatinya, jawaban responden hanya terikat pada pertanyaan yang telah tersusun. Jenis wawancara ini mempunyai beberapa keuntungan yaitu; tujuan wawancara menjadi jelas dan terpusat pada hal-hal yang telah ditentukan, jawaban mudah dicatat dan diberi kode, dan data lebih mudah diolah.
Sedangkan dalam wawancara tak berstruktur, daftar pertanyaan tidak dipersiapkan sebelumnya, atau telah dipersiapkan tapi secara global saja. Dalam wawancara ini kebebasan adalah dasarnya, sehingga responden dapat dengan mudah mengeluarkan segala sesuatu yang ingin diungkapkannya, dan pewawancara memperoleh jawaban yang lebih luas. Namun pada jenis wawancara ini data sukar untuk diolah dan diberi kode.[12]
4.      Telaah Dokumen
Teknik telaah dokumen merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar, maupun elektronik. Dokumen yang diperoleh kemudian dianalisis (diurai), dabandingkan dan dipadukan (sintesis) membentuk suatu hasil kajian yang sistematis, padu dan utuh, jadi telaah dokumen tidak sekedar mengumpulkan, menuliskan, atau melaporkan dalam bentuk kuipan-kutipan tentang sejumlah dokumen yang dilaporkan dalam penelitian, tapi juga menganalisis dokumen tersebut.[13] Teknik telaah dokumen ini ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian.[14]
Bahan dokumen secara eksplisit berbeda dengan literatur. Literatur adalah bahan-bahan yang diterbitkan, baik secara rutin maupun berkala. Sedangkan dokumen adalah informasi yang disimpan atau didokumentasikan sebagai bahan dokumenter. Secara  detail bahan dokumen terbagi menjadi beberapa macam, yaitu; autobiografi, surat-surat pribadi, buku catatan atau harian, memorial, kliping, dokumen pemerintah maupun swasta, cerita roman dan cerita rakyat, film, mikrofilm, foto, dan sebagainya.[15]
5.      Tes
Tes merupakan salah satu dari teknik pengumpulan data yang menggunakan seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka.
Tes dapat dibedakan ke dalam dua jenis yaitu:
a.       Tes lisan, yaitu berupa sejumlah pertanyaan yang diajukan secara lisan tentang aspek-aspek yang ingin diketahui keadaannya dari jawaban yang diberikan.
b.      Tes tertulis, yaitu berupa sejumlah pertanyaan yang diajukan secara tertulis tentang aspek-aspek yang ingin diketahui keadaannya dari jawaban yang diberikan. Tes tertulis dibedakan dalam dua bentuk berikut:
1)      Tes essey, yaitu tes yang menghendaki agar testee memberikan jawaban dalam bentuk uraian atau kalimat-kalimat yang disusun sendiri.
2)      Tes objektif, yaitu tes yang disusun di mana setiap pertanyaan tes disediakan alternatif jawaban yang dapat dipilih.[16]

C.    Instrumen Pengumpulan Data
Di dalam kamus besar bahasa Indonesia, instrumen diartikan sebagai sarana penelitian (berupa seperangkat tes dsb.) untuk mengumpulkan data sebagai bahan pengolahan.[17] Jadi instrumen pengumpulan alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah untuk diolah.[18]
Adapun ketika kita berbicara mengenai kualitas data hasil penelitian, kita perlu meperhatikan dua faktor utama yang mempengaruhinya. Maka dari itu ketika seorang peneliti ingin mendapatkan kualitas data yang berkualitas dan terarah, hendaknya ia melihat, memperhatikan dan mempertimbangkan secara matang dua faktor penunjangnya, yaitu:
a.       Kualitas instrumen; Pada faktor ini hendaknya nilai validitas dan reliabilitas instrumen yang dipakai harus teruji.
b.      Kualitas pengumpulan data; Pada faktor ini hendaknya cara ataupun teknik yang digunakan harus sesuai dan tepat.
Namun, jika instrumen yang dipakai sudah teruji validitas dan reliabilitasnya belum tentu dapat menghasilkan data yang valid dan reliabel, apabila instrumen tersebut tidak digunakan secara tepat dalam proses pengumpulan data.[19]
Sehubungan dengan pengukuran dalam rangka pengukuran dalam rangka pengumpulan data, apabila alat ukur yang baku telah ada dan sudah mengetahui penempatan dan cara penggunaannya, maka pengukuran dapat langsung dilakukan dengan memilih alat ukur yang sesuai dengan kebutuhan pengukuran. Sebagai ilustrasi ketika kita ingin mengumpulkan data tentang suhu badan, maka kita harus melakukan pengukuran menggunakan termometer yang menjadi instrumennya. Dengan begitu kita tidak akan bisa mengukur suhu badan menggunakan timbangan atau mistar. Begitu juga apabila kita tidak tahu atau salah dalam memakai termometer tersebut, maka ini juga tidak akan mendapatkan data suhu badan yang valid.
Secara ringkas terdapat ..... instrumen pengumpul data yang akan dijelaskan sebagai berikut:
1.      Angket
Ada macam-macam bentuk angket seperti yang telah di jelaskan di atas, yaitu: Angket tertutup, angket terbuka dan angket model campuran.
a.       Angket tertutup
Contoh:
Pernyataan
Alternative Jawaban
Siapa siapa pun, meski orang sekalipun jika bertentangan dengan keinginan saya akan saya tentang.
a.       Sangat setuju
b.      Setuju
c.       Ragu-ragu
d.      Tidak setuju
e.       Sangat tidak setuju

b.      Angket terbuka
Contoh:
Bagaimanakah pendapat saudara tentang pelaksanaan pemilu tahun lalu?[20]

2.      Skala
Pada instrumen ini penataan data dilakukan dengan alat seperti check list. Perbedaannya terletak pada kategorisasi gejala yang dicatat. Di dalam daftar rating scale tidak sekadar terdapat nama obyek yang diteliti dan gejala yang akan diselidiki, akan tetapi tercantum juga kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan atau jenjang setiap gejala tersebut. Penjenjangan mungkin mempergunakan skala 3, 5 dan 7. Misal; baik, sedang, dan buruk (skala 3), atau dengan; sangat baik, baik, sedang, buruk dan sangat buruk (skala 5), atau dengan; luar biasa, sangat baik, baik, sedang, buruk, sangat buruk, luar biasa buruk (skala 7).[21]
Tentang skala ini, biasanya lebih mengacu pada penskalaan yang dibuat oleh Rensist Likert yang dikenal dengan skala Likert, yang menggunakan lima alternative perjenjangan dari kondisi yang sangat favourable (sangat mendukung) hingga yang unfavourable (sangat tidak mendukung). Misalnya dengan menggunakan model sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.
Contoh:
Pernyataan
Alternatif Jawaban
Manusia dilahirkan di dunia sebenarnya nasibnya sudah ditentukan sebelumnya, hingga kita tidak usah mengubahnya lagi.
a.       Sangat setuju
b.      Setuju
c.       Ragu-ragu
d.      Tidak setuju
e.       Sangat tidak setuju

Selain itu juga terdapat model skala sebagaimana yang dikembangkan oleh Inkels yang menyajikan alternatif berdasarkan pada kualiatas nilai.
Contoh: [22]
Pernyataan
Alternatif Jawaban
Jika kebetulan anda sedang berkendaraan melewati jalan raya, dan di jalan itu baru saja terjadi kecelakaan, tetepi si korban masih tergeletak di jalan, apa yang akan anda lakukan?
a.       Langsung mendekati dan membawanya ke rumah sakit
b.      Minta orang lain untuk membawanya ke rumah sakit
c.       Membiarkannya dan pergi dari lokasi kejadian.

3.      Tes
1.      Tes tulis
a.       Objektif
Contoh:
Meningkatnya kecelakaan lalu lintas di DIY bukan hanya disebabkan oleh terhentinya operasi zebra, tetapi juga di sebabkan?
a.       Pengawas lalu lintas yang tidak pernah kendor
b.      Volume kendaraan di jalan makin bertambah
c.       Angkutan yang terlibat dalam pengaturan lalu lintas dikurangi jumlahnya
d.      Potensi lalu lintas belum dikerahkan secara maksimal[23]
b.      Essay
Contoh:
Jelaskan secara singkat sejarah sumpah pemuda!
2.      Tes lisan
Contoh:
Apa yang anda ketahui tentang sumpah pemuda?
4.      Daftar cocok (checklist)
Daftar cocok adalah sebuah daftar yang memuat nama observer disertai dengan jenis gejala yang akan diamati. Dengan demikian penataan data dilakukan dengan sebuah daftar seperti tersebut, dengan cara memberikan tanda cek pada gejala yang muncul.[24] Misalnya ketika instrumen ini dipakai pada teknik observasi, peneliti sudah mempersiapkan sebuah daftar cek dengan sedemikian rupa, baru kemudian peneliti tersebut melakukan observasi. Pada saat observasi berjalan ataupun setelah observasi selesai, peneliti memberikan tanda cek pada sejumlah gejala yang ada pada daftarnya sesuai dengan apa yang dia amati.
Contoh:[25]
No.
Jenis Aktivitas
Dilakukan Secara
Sendiri
Dengan Bantuan Orang Tua
Dengan Bantuan Teman
1.
Memilih sekolah



2.
Memilih teman



3.
Memilih istri




5.      Lembar Pengamatan (observation sheet) atau Panduan Pengamatan (observation schedule)
Panduan pengamatan berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati.[26] Sebagai contoh, observasi yang dilakukan di suatu sekolah, obyek yang akan diamati ditulis dalam panduan tersebut secara berurutan dalam sebuah kolom yang akan ditandai (tally), isi daftarnya adalah berbagai peristiwa yang mungkin terjadi di sekolah tersebut seperti; kepala sekolah memberi pengarahan kepada guru-guru, guru piket mengisi materi pada kelas yang pengajarnya berhalangan hadir, petugas administrasi mengisi buku induk siswa. Bekerja dengan panduan pengamatan seperti ini dinamakan sistem tanda (sign system), data didapatkan berupa gambaran singkat (snapshot) mengenai situasi warga sekolah dalam suatu hari tertentu.[27]
Contoh:[28]
No.
Objek Yang Diamati
Pilihan
Keterangan
Ya
Tidak
1.
Ketua kelompok memberi giliran secara adil



2.
Ketua kelompok aktif memotivasi anggotanya



3.
Ketua kelompok berlaku tegas menegur anggota




6.      Pedoman wawancara
Pedoman wawancara berisi tentang uraian penelitian yang biasanya dituangkan dalam bentuk daftar pertanyaan agar proses wawancara dapat berjalan dengan baik.[29]
7.      Lembar Analisis
Lembar analisis memuat sejumlah butir pertanyaan atau pernyataan tentang aspek yang akan diukur dari dokumen.[30]

6.         KESIMPULAN
7.         PENUTUP




DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, Penelitian Tindakan Untuk Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas, Yogyakarta: Aditya Media, 2012.
                               , Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 1998.
                                , Proses Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT. Asdi Mahasatya, 2006, Cet. 16.
Bungin, M. Burhan, Metodologi Penelitian Kuantitif, Jakarta: Kencana, 2010.
Idrus, Muhammad, Metode Penelitian Ilmu Sosial, Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama, 2009.
Mustofa, Bisri, dan Tin Tisnawati,Teknik Menulis Karya Ilmiah Menghadapi Sertifikasi,Semarang: Ghyyas Putra, 2009.
Margono, S., Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003.
Nasution, S., Metode Research (Penelitian Ilmiah), Jakarta: Bumi Aksara, 2011, Cet. 12.
Purwanto, Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan Pengembangan dan Pemanfaatan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, Cet. 2.
Purwanto, Ngalim, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008.
Rahmawati, Yunita, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Pembelajaran Bahasa Arab, Semarang: Walisongo Press, 2011.
Riduwan, Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian, Bandung: CV. Alfabeta, 2007.
Subagyo, P. Joko, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2011.
Suranto, Metodologi Penelitian dalam Pendidikan dengan Program Spss, Semarang: Ghyyas Putra, 2009.
Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi Pendidikan dan Tenaga Kependidikan, Jakarta: Prenada Media, 2010.
Widoyoko, Eko Putro, Evaluasi Program Pembelajaran, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.

No comments:

Post a Comment