I.
PENDAHULUAN
Sudah diterangkan dalam, persyaratan tes,
bahwa reliabilitas berubungan dengan masala kepercayaan. Suatu tes dapat
dikatakan mempunyai taraf kepercayaan
yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Maka
pengertian reliabilitas tes, berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes.
Atau seandainya hasil berubah-uba, maka perubahan yang terjadi tidak berarti.
Konsep reliabilitas ini tidak akan sulit
dimengerti apabila pembaca telah memahami konsep validitas. Tuntunan bahwa
instrumen evaluasi harus valid menyangkut harapan diperolehnya data yang valid, sesuai dengan kenyataan. Dalam hal ini tuntunannya
tidak jauh berbeda. Jika validitas terkait dengan ketepatan objek yang tidak lain tidak menyimpangnya data dari
kenyataan, artinya bahwa data tersebut benar, maka konsep reliabilitas terkait
dengan pemotretan berkali-kali. Berikut pembahasan tentang reliabilitas yang
lebih luas dan mendalam.
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Pengertian Reliabilitas
B.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Reliabilitas
C.
Cara-cara Mencari Reliabilitas
III.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Reliabilitas
Kata
reliabilitas dalam bahasa indonesia diambil dari kata reliability dalam
bahasa inggris, berasal dari kata reliable yang artinya dapat dipercaya.
Seseorang dikatakan dapat dipercaya jika orang tersebut selalu bicara ajeg
(konsisten), tidak berubah-ubah pembicaraannya dari waktu ke waktu. Demikian
juga halnya dengan sebuah tes, tes bisa dikatakan dapat dipercaya (reliable)
jika memberikan hasil yang tetap (consisten) apabila diteskan
berkali-kali. Reliabilitas juga sering diartikan dengan keterandalan (dependebility),
kesetabilan (stability), ketetapan dan keajegan. Yaitu, jika sekelompok
siswa diberikan tes yang sama pada waktu yang berlainan, maka setiap siswa akan
tetap berada dalam urutan (rangking) yang sama atau ajeg dalam kelompoknuya.
Ajeg atau tetap
tidak selalu harus sama, tetapi mengikuti perubahan secara ajeg. Jika keadaan A
mula-mula berada lebih rendah dibandingkan dengan B, maka jika diadakan
pengukuran atau tes ulang, si A tetap berada lebih rendah dari B. Itulah yang
dikatakan ajeg atau tetap, yaitu tetap dalam kedudukan siswa diantara anggota kelompok
yang lain. [1]
Sebetulnya
reliabilitas merupakan sifat yang ada pada data atau skor yang dihasilkan oleh
instrumen, namun untuk memudahkan, reliabilitas dapat dikatakan sifat dari
instrumen juga. Dengan demikian kurang tepat kiranya kalau dipertanyakan apakah
suatu instrumen itu memiliki reliabilitas atau tidak. Akan tetapi, yang tepat
adalah apakah suatu instrumen dapat menghasilkan data atau skor yang memiliki
tingkat reliabilitas yang memadahi atau tidak.[2]
Suatu instrumen
evaluasi, dikatakan mempunyai nilai reliabilitas tinggi, apabila tes yang
dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang hendak diukur.
Reabilitas memberikan konsistensi yang membuat terpenuhinya syarat utama, yaitu
validnya suatu hasil skor instrumen. Disamping itu, reliabilitas juga
menunjukkan gambaran praktis yang dapat diklasifikasikan berkaitan erat dengan
syarat ketiga, yaitu bermanfaat (usability). Ini berarti semakin
reliabel suatu tes, semakin yakin kita dapat menyatakan bahwa dalam hasil suatu
tes mempunyai hasil yang sama dan bisa dipakai disuatu tempat sekolah, ketika
dilakukan tes kembali.
Tidak
reliabelnya suatu tes evaluasi, karena jika dilakukan pengetesan kembali
hasilnya akan berbeda. Reabilitas suatu tes pada umumnya diekspresikan secara
numerik dalam bentuk koefisien yang besarnya
. Koefisien
tinggi menunjukkan reabilitas tinggi. Sebaliknya, jika koefisien suatu tes
rendah maka reabilitas tes rendah.[3]
B.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Reliabilitas
Reliabilitas
dipengaruhi oleh banyak faktor, namun secara garis besar dapat
dikelompokan menjadi tiga hal, yaitu:
1.
Hal yang berhubungn dengan tes itu sendiri, yaitu panjang tes dan
kualitas butir-butir soalnya.[4]
Banyaknya soal pada suatu instrumen ikut mempengaruhi derajat
reliabilitas. Dengan semakin banyaknya soal-soal maka tes yang bersangkutan
cenderung menjadi semakin reliable, akan tetapi penambahan butir-butir soal tes
adakalanya merugikan, hal ini disebabkan oleh:
a.
Butir-butir instrumen yang ditambahkan tersebut memiliki karakter
yang sama dengan butir-butir tes yang sudah ada, misalnya tidak lebih mudah atau
lebih sulit, hal ini hanya akan menambah waktu, biaya dan tenaga saja.[5]
b.
Subjek yang mengisi instrumen atau yang mengerjakan tes tersebut
terpengaruh secara psikologis dengan bertambahnya butir-butir soal, misalnya
subjek menjadi lelah.[6]
2.
Hal yang berhubungan peserta tes (tesstee)
Suatu tes yang dicobakan kepada kelompok yang terdiri dari banyak
siswa akan mencerminkan keragaman hasil yang menggambarkan besar kecilnya
reliabilitas tes.[7]Dan
semakin heterogi (beragam) suatu kelompok dalam mengerjakan tes, maka tes
tersebut akan cenderung menunjukkan tingkat reliabilitas yang tinggi.[8]
3.
Hal yang berhubungan dengan penyelenggaraan tes.
Penyelenggaraan tes yang bersifat administratif sangat menentukan
hasil tes. Contoh:
a.
Petunjuk yang diberikan sebelum tes dimulai, akan memberikan
ketenangan kepada para siswa dalam mengerjakan tes, dan dalam penyelenggaraan
tidak akan banyak pertanyaan. Ketenangan ini tentu saja akan berpengaruh terhadap
hasil tes.
b.
Pengawas yang tertib akan mempengaruhi hasil yang diberikan oleh
siswa terhadap tes. Bagi siswa tertentu adanya pengawasan yang terlalu ketat
menyebabkan rasa jengkel dan tidak dapat dengan leluasa mengerjakan tes.
c.
Suasana dan kondisi testing
Suasana
ketika berlangsung tes, seperti tenang, gaduh, banyak gangguan juga
mempengaruhi hasil tes.[9]
Adanya hal-hal yang mempengaruhi hasil tes ini semua, secara tidak
langsung akan mempengaruhi reliabilitas soal tes.
C.
Cara-cara Mencari Reliabilitas
Koefisien reliabilitas suatu instrumen dinyatakan dalam rumus “
” yang
menunjukkan hasil penghitungan untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrumen
tersebut. Jika telah diketahui
maka konsultasikan hasilnya dengan nilai r
tabel (
).
Apabila “
” lebih besar
atau sama dengan “
” (
) dapat
diartikan ada korelasi yang signifikan, dan kesimpulannya instrumen tersebut reliable.
Begitu pula sebaliknya, jika “
” lebih kecil
atau sama dengan “
” (
) maka dapat
diartikan tidak ada korelasi yang signifikan dan kesimpulannya instrumen
tersebut tidak reliable.
Untuk mengetahuio koefisien reliabilitas “
” terdapat
beberapa cara, yaitu sebagai
berikut:
1.
Metode Bentuk Paralel (Equivalent Method)
Metode paralel
dilakukan dengan cara menyusun dua instrumen yang hampir sama (equivalent),
kemudian diuji cobakan pada sekelompok responden (siswa) yang sama.[10]
Dan kedua tes tersebut sebaiknya mempunyai karakteristik yang sama. Krakteristik
yang dimaksud misalnya mempunyai jumlah item sama, struktur sama, mempunyai
tingkat kesulitan, petunjun, cara pensekoran dan interpretasi yang sama juga.[11]
Kemudian dari kedua hasil uji coba tersebut
dikorelasikan dengan teknik korelasi product moment.
Rumus:
atau
=
Keterangan:
N =
Jumlah subyek (sampel/testee).
X =
Skor-skor hasil tes pada separoh belahan pertama.
Y =
Skor-skor hasil tes pada separoh belahan kedua.
=
Product of the moment = jumlah dari hasil perkalian silang antara q frekuensi sel pada peta korelasi, dengan
dan
.
Kelemahan
metode ini adalah membutuhkan waktu yang lebih karena harus menyusun instrumen
dua kali dan mencobakan dua kali juga.[12]
2.
Metode Tes Ulang (Test-retest Method).
Metode ini
dilakukan untuk menghindari penyusunan instrumen dua kali. Dalam menggunakan
metode ini pengetes hanya membuat satu seri tes tetapi dicobakan dua kali pada
kelompok yang sama.[13]
Reliabilitas test-retes dapat dilakukan dengan memberikan tes pada suatu
kelompok, selang beberapa waktu
tertentu, misalnya satu minggu atau dua minggu, lakukan kembali tes yang sama
dengan kelompok yang sama tersebut, kemudian korelasikan hasil kedua tes
tersebut.
Tes-retes juga mempunyai
kekurangan, yaitu faktor waktu jeda atau tenggang yang diambil, ketika
dilakukan tes pertama dengan tes kedua. Jika interval waktu terlalu pendek,
testee memiliki kesempatan untuk mengingat jawaban dalam tes sehingga tes yang
kedua dapat dipastikan lebih baik. [14]
3.
Metode Belah Dua
Tes cukup dilakukan sekali. Untuk menghitung koefisien reliabilitas
maka semua jawaban masing-masing peserta dibagi menjadi dua bagian, yaitu
jawaban butir nomor genap dan nomor ganjil atau jawaban butir nomor awal dan nomor
akhir. Reliabilitas yang digambarkan baru sebagian
dari tes sebenarnya, maka formula korelasi perlu digunakan untuk meningkatkan
ketepatan perhitungan tingkat konsistensi. Formulasi korelasi yang
digunakan adalah menggunakan korelasi Spearman-Brown, yaitu:
=
keterangan:
= korelasi antara
skor-skor setiap belahan tes.
4.
Metode Kuder-Richardson
Penerapan metode ini dengan persyaratan menggunakan
skor dengan dua kemungkinan yaitu skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 untuk
jawaban salah. Pada metode ini ada KR-20 dan KR-21. Penerapan KR-20 menggunakan
penghitungan persentase jawaban benar untuk masing-masing butir soal diberi tanda p, dan yang salah diberi tanda q, disamping
varian seluruh skor ( ditandai S2). Sedangkan rumus KR-21
penerapannya hanya memerlukan penghitungan skor rataan (ditandai dengan M,
mean).
Rumus KR-20:
Keterangan:
= Koefisien reliabilitas tes.
n = Banyaknya butir item.
1
= Bilangan konstant.
= Varian total.
= Proporsi testee yang menjawab dengan
betul butir item yang
bersangkutan.
= Proporsi testee yang
menjawab dengan salah.
= Jumlah hasil dari perkalian
dengan
Sedangkan rumus
untuk mencari varian, adalah:
=
Varian
=
Jumlah peserta tes
Rumus KR-21:
= Koefisien reliabilitas tes.
n
= Banyaknya butir item.
1 =
Bilangan konstant.
= Varian total.
= Mean total
(rata-rata hitung dari skor total)
5.
Metode Koefisien Alfa
Metode ini digunakan pada soal-soal yang tidak bisa dilakukan dengan
penskoran 1 atau 0 seperti dalam soal bentuk esai. Jadi tidak bisa diterapkan
pada butir-butir yang tidak bisa diskor secara dikotomis, melainkan berbentuk
rentangan. Rumusnya adalah:
= Koefiseien reliabilitas tes
n = Banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes
1 = Bilangan konstan
= Jumlah
varian skor dari tiap-tiap butir item.
= Varian
total.[16]
IV.
KESIMPULAN
Kata reliabilitas dalam bahasa indonesia diambil dari kata reliability
dalam bahasa inggris, berasal dari kata reliable yang artinya dapat
dipercaya. . Reliabilitas juga sering diartikan dengan keterandalan (dependebility),
kesetabilan (stability), ketetapan dan keajegan. . Reabilitas suatu tes
pada umumnya diekspresikan secara numerik dalam bentuk koefisien yang besarnya
.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Reliabilitas secara garis besar
dapat dikelompokan menjadi tiga hal,
yaitu; Hal yang berhubungn dengan tes
itu sendiri, yaitu panjang tes dan kualitas butir-butir soalnya, Hal yang berhubungan peserta tes (tesstee),
Hal yang berhubungan dengan penyelenggaraan tes.
Reliabilitas dapat dicari dengan beberapa metode, yaitu; metode
bentuk paralel (equivalent method), metode tes ulang (test-retest method),
metode belah dua, metode kuder-richardson, metode koefisien alfa.
V.
PENUTUP
Alhamdulillah
puji syukur kehadhirat Allah, pemakalah dapat menyelesaikan makalah ini dengan
semaksimal mungkin. Tentunya makalah ini
masih banyak kekurangan dan tak luput dari kesalahan. Mungkin kalau ada
kebenaran itu semata-mata karena Allah, dan kalau ada kesalahan itu dikarenakan
masih kuurangnya ilmu dari pemakalah. Mudah-mudahan yang sedikit ini bisa
bermanfaat bagi kita semua. Amiin ..
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Arikuntoro, Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta:
PT Bumi Aksara, 2010.
Novidjanti, Lilik, dkk, Evaluasi Pembelajaran Edisi Pertama
paket 8-14, tt.
Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada, 2009.
Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Oprasional, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009.
Widoyoko,
Eko Putro, Evaluasi Program Pembelajaran, cet.3, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2011.
No comments:
Post a Comment