I.
PENDAHULUAN
Manajemen
adalah suatu aktivitas yang sifatnya mengatur atas suatu organisasi
agar dalam pola kinerja tersusun dan tersistematis secara baik.
Didalam kata manajemen itu sendiri terdapat suatu unsur-unsur
yang terkandung, unsur-unsur ini membantu dalam perkembangan suatu organisasi,
unsur-unsur tersebut adalah
organizing, planning, coordinating, command, dan controlling. Unsur-unsur manajemen tersebut dapat berpengaruh positif terhadap perkembangan organisasi juga dalam pencapaian tujuan suatu organisasi.
Dalam suatu organisasi di
pimpin oleh seorang manajer,
manajer ini berperan penting dalam suatu penciptaan iklim organisasi dan kinerja dalam organisasi tersebut.
Seorang manajer diberikan kewenangan dalam membuat dan memutuskan suatu kebijakan
(policy) dalamsuatuorganisasi yang akanberdampakterhadaporganisasitersebut.
Kebijakanmerupakan cara-cara pendekatan
yang spesifik di dalam bidang-bidang tertentu
yang mana di masa yang akan datang dapat berpengaruh
terhadap pencapaian tujuan organisasi.
Manajemen yang
berada dalam ruang lingkup pendidikan sangat berperan penting sebagai penentu
berhasil dan tidaknya suatu lembaga pendidikan. Juga berpengaruh besar dalam
pencapaian akan tujuan pendidikan yang sudah ditetapkan. Manajemen didalam
dunia pendidikan mempunyai suatu aktivitas untuk memadukan sumber-sumber
pendidikan agar terpusat dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Agar para pembaca dapat mamahami makna manajemen
pendidikan secara detail, oleh karena itu kami akan menjelaskannya sebagai
berikut.
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Pengertian Manajemen pendidikan
B.
Pengertian Manajemen Pendidikan
C.
Konsep Dasar Manajemen Pendidikan
D.
Manajemen Pendidikan Sebagai Disiplin Ilmu
III.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Manajemen pendidikan
Manajemen
sering diartikan sebagai ilmu, kiat, dan profesi. Dikatakan sebagai ilmu oleh Luther Gulick karena manajemen
dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara sistematik berusaha
memahami mengapa dan bagaimana orang bekerja sama. Dikatakan sebagai kiat oleh Follet karena manajemen mencapai
sasaran melalui cara-cara dengan mengatur orang lain menjalankan dalam tugas. Dipandang
sebagai profesi karena manajemen
dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai
suatu prestasi manajer, dan para profesional dituntun oleh suatu kode
etik.[1]
Meskipun
cenderung mengarah pada satu fokus tertentu, para ahli masih berbeda pandangan
dalam mendefinisikan manajemen dan karenanya belum dapat diterima secara
universal. Namun demikian terdapat konsesus bahwa manajemen menyangkut derajat
keterampilan tertentu. Untuk memahami istilah manajemen, pendekatan yang
dipergunakan disini adalah berdasarkan pengalaman manajer. Meskipun pendekatan
ini mempunyai keterbatasan, namun hingga kini belum ada perbaikan. Manajemen di
sini dilihat sebagai suatu sistem yang setiap komponenya menampilkan sesuatu
untuk memenuhi kebutuhan. Manajemen merupakan suatu proses, sedangkan manajer
dikaitkan dengan aspek organisasi
(orang-struktur-tugas-teknologi) dan bagaimana mengaitkan aspek yang satu
dengan yang lain, serta bagaimana mengaturnya sehingga tercapai tujuan sistem.
Dalam proses
manajemen terlibat fungsi-fungsi pokok yang ditampilkan oleh seorang manajer
atau pimpinan, yaitu: perencanaan
(planning), pengorganisasian
(organizing), pemimpinan (leading),
pengawasan (controlling). Oleh karena
itu, manajemen diartikan sebagai proses merencana, mengorganisasi, memimpin dan
mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi
tercapai secara efektif dan efisien.
Pada mulanya
manajemen belum dapat dikatakan sebagai teori, karena teori harus terdiri dari
konsep-konsep yang secara sistematis dapat menjelaskan dan meramalkan apa yang
akan terjadi dan membuktikan ramalan itu berdasarkan penelitian. Setelah
dipelajari selama beberapa zaman, manajemen telah memenuhi persyaratan sebagai
bidang pengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana
orang-orang bekerja sama. Menurut Luther Gulick (1965) manajemen
memenuhi syarat sebagai ilmu pengetahuan
karena memiliki serangkaian teori, meskipun teori-teori itu masih terlalu umum
dan subjektif. Selanjutnya dikatakan bahwa perjalanan suatu ilmu, teori-teori
manajemen yang ada diuji dengan pengalaman.
Menurut Marry Parket Follet (Stoner, 1986)
manajemen sebagai seni untuk melaksanakan pekerjaan melalui orang-orang. ( The art of getting things done through
people). Definisi ini perlu mendapat perhatian karena berdasarkan
kenyataan, manajemen mencapai tujuan organisasi dengan cara mengatur orang
lain. Hal snada juga diungkapkan Henry M. Botinger , manajemen sebagai suatu
seni membutuhkan 3 unsur, yaitu : pandangan, pengetahuan teknis , dan komunikasi. Ketiga unsur
tersebut terkandung dalam manajemen. Oleh karena itu, keterampilan perlu
dikembangkan melalui pelatihan manajemen, seperti halnya melatih seniman.[2]
B.
Pengertian Manajemen Pendidikan
Dalam pendidikan manajemen itu dapat
diartikan sebagai aktivitas memadukan sumber-sumber pendidikan, untuk mencapai
sebuah tujuan yang sudah ditetapkan.[3]
Ada kaitan erat antara organisasi,
administrasi, dan manajemen. Organisasi adalahsekumpulan orang dengan ikatan
tertentu yang menjadi wadah untuk mencapai cita-cita mereka, mula-mula mereka
mengintegrasikan sumber-sumber materi maupun sikap para anggota yang dikenal
sebagai manajemen dan akhirnya barulah mereka melaksanakan kegiatan-kegiatan
untuk mencapai cita-cita tersebut.
Perlu kita ketahui bahwa pada dasarnya
istilah manajemen berasal dari dunia perusahaan. Yang kemudian seiring dengan
berjalannya waktu, istilah manajemen diadopsi oleh para intuisi yang
berlabelkan pendidikan. Dalam hal ini istilah manajemen diadopsi oleh para
intuisi pendidikan dari dunia perusahaan beralaskan, bahwa dalam pendidikan
maupun perusahaan memiliki persamaan-persamaan yang sangat persis. Dalam dunia
perusahaan dikenal dengan namanya atasan atau pemimpin, sarana dan material
input yang ada didalamnya, tujuan yang ingin dicapai seiring dengan output yang
berjalan. Dengan demikian persamaan anatara keduanya sudah sangat jelas, bahwa
atasan dalam perusahaan bisa diartikan sebagai kepala sekolah. Sarana dan
inputnya berupa buku-buku pelajaran, keterangan guru, dan sarana-sarana pendukung
yang lainnya. Sebuah perusahaan tentunya memerlukan adanya output-output yang
baik dan berkualitas untuk mencapai sebuah keberhasilan tujuan, begitu juga
dengan pendidikan.[4]
Oleh karena itu manajemen pendidikan
bisa diartikan sebagai sistem yang menggerakkan semua komponen dan
bagian-bagian yang ada didalam pendidikan untuk mencapai keberhasilan, yaitu
tercapainya tujuan pendidikan.
Untuk mencapai keberhasilan sebuah
tujuan, sangat perlu dibutuhkan kesinergian antara semua pihak yang ada didalam
manajemen itu sendiri. Karena fungsi sebuah manajemen tentunya adalah membuat
semua bagian yang ada didalamnya untuk bisa berjalan bersama menuju sebuah
tujuan. Ketika sebuah manajemen dihadapkan dengan sebuah tujuan yang sudah
disetujui bersama, maka tentunya akan bisa memberikan dorongan-dorongan yang
cukup untuk menggerakkan semua bagian darinya dalam mengelola baik sarana,
sistem, output maupun input yang ada untuk mencapai satu tujuan inti
didalamnya.
Dalam konteks pendidikan, perubahan
merupakan sesuatu yang sangat mendasar dan sangat dibutuhkan, sebab pendidikan
berkaitan erat dengan bagaimana nasib suatu bangsa ke depan, dan bagaimana ia
dapat melaksanakan atau mencapai tujuan nasionalnya. Itulah sebabnya
pemberdayaan lembaga pendidikan seperti sekolah dan lain sebagainya merupakan
bagian dari berbagai strategi untuk menjadikan pendidikan kondusif sebagai
pusat pembelajaran. Dan itulah tugas dan fungsi adanya manajemen pendidikan.[5]
C.
Konsep Dasar Manajemen Pendidikan
Shrode
dan Voich (1968), menyatakan bahwa
kerangka dasar manajemen meliputi: “Phiosophy,
Asumtion, Principles, and Theory, which are basic to the study of any dicipline of management”. Falsafah
seorang manajer dijadikan dasar untuk membuat asumsi-asumsi tentang lingkungan
dan peran organisasinya. Dari asumsi lahir prinsip-prinsip yang dihubungkan
dengan kerangka untuk bertindak, seperangkat prinsip akan dikembangkan dan
diuji dengan pengalaman, yang kemudian
menjadi suatu teori. Bagi seorang manajer, suatu teori sangat penting untuk
memecahkan masalah-masalah yang timbul. Oleh karena itu, falsafah, asumsi,
prinsip-prinsip dan teori tentang
manajemen merupakan landasan yang harus dipahami dan dihayati oleh seorang
manajer.
1.
Falsafah Manajemen
a.
Hakikat Tujuan Manajemen
Menurut Shrod
Voich (1974) tujuan utama manajemen adalah produktivitas dan kepuasan[6].
Tujuan-tujuan ini ditentukan oleh penataan dan pengkajian terhadap situasai dan
kondisi organisasi. Pengertian produktvitas terbagi dalam arti teknis dan
perilaku. Produktivitas dalam arti teknis mengacu pada derajat kefektifan dan efisiensi dalam penggunaan sumber daya.
Sedangkan dalam pengertian perilaku, produktivitas merupakan sikap mental yang berusaha untuk senantiasa terus
berkembang.
Pencapaian produktivitas yang tinggi ada kaitannya
dengan kepuasan individu dan kelompok. Oleh
karena itu, E. Mayo
menyatakan bahwa yang terpenting untuk meningkatkan produktivitas adalah adanya
perhatian terhadap perilaku manusia dan sosial yang melingkupinya. Dalam hal
ini peran seorang manajer sangat berpengaruh. Apabila ia menaruh perhatian
terhadap kebutuhan sosial dan aktualisasi diri bawahannya, mulai dari kebutuhan
fisiologi, sosial, rasa aman, dan aktualisasi diri, maka peningkaan
produktivitas bisa terealisasi dengan mudah.
b.
Hakikat
Manusia
Terdapat berbagai
pandangan yang dikemukakan oleh beberapa tokoh tentang manusia. Antara
lain, Hansen, Stevic dan Warner (1997) menganggap bahwa manusia
pada dasarnya digerakkan oleh dorongan dari dalam dirinya yang bersifat
instingtif. Freud mengemukakan bahwa struktur kepribadian
individu terdiri dari tiga komponen, yaitu yang disebut id, ego, dan super ego. Id mendasari berbagai insting manusia
yang mendasari perkembangannya. Selanjutnya Rogers, (1961) mengemukakan bahwa pribadi individu merupakan proses
yang terus berjalan, artinya manusia adalah satu kesatuan potensi yang terus
berubah. Sedangkan Adler (1954) berpendapat bahwa manusia tidak
semata-mata didorong oleh kekuatan yang berkeinginan untuk memuaskan dirinya
sendiri namun, manusia dalam hidupnya sebagian digerakkan oleh tanggung jawab
sosial dan sebagian oleh kebutuhan untuk mencapai sesuatu.
Dengan demikian,
dapat ditarik kesimpulan bahwa manusia :
1) Memiliki tenaga dalam yang menggerakkan
dirinya berusaha memenuhi kebutuhan,
2) Mempunyai fungsi rasional yang
bertanggung jawab atas perilaku intelektual dan sosial,
3) Mampu mengarahkan diri ke tujuan
positif, mengontrol diri, dan menentukan nasibnya,
4) Tidak pernah selesai dalam proses
perkembangannya,
5) Mempunyai potensi yang terbatas tapi
perwujudannya seringkali tak terduga.
c.
Hakikat Kerja
Masalah kerja selalu mendapat perhatian dalam
manajemen karena berkaitan dengan produktivitas suatu lembaga atau organisasi.
Pada hakikatnya orang bekerja untuk memenuhi kebutuhan atas dorongan atau motivasi
tertentu. Kebutuhan dipandang sebagai penggerak atau pembangkit perilaku
sedangkan tujuan berfungsi mengarahkan perilaku.proses motivasi sebagian besar
diarahkan untuk memenuhi dan mencapai kebutuhan.
2.
Prinsip-prinsip Manajemen
Fayol
mengemukakan sejumlah prinsip yang berkaitan dengan prinsip dasar manajemen, di
antaranya : pembagian kerja, kejelasan dalam wewenang dan, tanggung jawab,
disiplin, kesatuan komando, kesatuan arah, memprioritaskan kepentingan umum
dibanding kepentingan pribadi, pemberian kontra prestasi, sentralisasi, rantai
skalar, tertib, pemerataan, stabilitas dalam menjabat, inisiatif dan semangat
kelompok.[7]
Pentingnya prinsip-prinsip manajemen antara lain :
a. Menentukan cara atau metode kerja.
b. Pemilihan pekerja dan pengembangan keahliannya
c. Pemilihan prosedur kerja
d. Menentukan batas-batas tugas
e. Menentukan dan membuat spesifikasi tugas
f. Melakukan pendidikan dan latihan
g. Menentukan sistem dan besarnya imbalan
3.
Teori Manajemen
Teori manajemen membantu menjelaskan perilaku
organisasi yang berkaitan dengan motivasi, produktivitas dan kepuasan. Secara
garis besar, teori-teori manajemen mempunyai karakteristik : 1) mengacu pada pengalaman empirik, 2) adanya keterkaitan antara teori satu
dengan teori yang lain, 3) mengakui
kemungkinan adanya penolakan.
Ada tiga teori yang yang dikenal dalam sistem
manajerial, yaitu :
a.
Teori
Klasik
Teori ini
berasumsi bahwa manusia bersifat rasional, logis, dan menekankan pada
prinsip-prinsip manajemen tanpa mempertimbangkan dimensi lain yang melingkupi
manusia seperti motivasi, hubungan informal, dan lingkungan sosial. Sehingga
teori ini terkesan kolot, karena dianggap terlalu idealis.
b.
Teori
Neo-Klasik
Ciri
utama dari teori Neo-Klasik adalah adanya pendekatan terhadap perilaku manusia,
yakni suatu sikap yang berusaha memahami
manusia melalui wawasan sosiologi dan psikologi, karena pada kenyataanya
tidak semua orang selalu mengikuti pola tingkah laku yang rasional dan ideal
dengan prinsip-prinsip yang ada seperti yang digambarkan pada teori klasik.
c.
Teori
Modern
Pada teori ini,
orang menyesuaikan diri dengan hal-hal yang bersifat situasional. Dalam
mengambil keputusan, ia menyesuaikan terhadap situasi dan kondisi yang
dihadapi. Asumsi yang dipakai adalah setiap orang berbeda dalam menyikapi
sesuatu dan itu bergantung pada lingkungan di sekelilingnya.
Pendekatan ini
berusaha memandang sebuah organisasi atau lembaga sebagai suatu sistem yang
menyatu dan bergerak menuju satu tujuan yang terdiri atas bagian-bagian yang
saling berhubungan. Pendekatan modern ini juga memberi pengertian kepada manajer
untuk memandang sebuah organisasi atau lembaga yang dibawahinya sebagai suatu
keseluruhan dan bagian dari yang lebih besar (lingkungan).
D.
Manajemen Pendidikan Sebagai Disiplin Ilmu
Sesuatu dikatakan sebagai disiplin ilmu yang berdiri
sendiri yang jika mempunyai objek kajian
yang jelas. Objek kajian itu terdiri dari objek formal dan objek material.objek kajian ini yang
membedakan ilmu satu dengan yang lainnya.[8]
Objek material adalah bahan yang menjadi tinjauan penelitian
atau pembentukan pengetahuan. Objek mateial juga berarti hal yang diselidiki,
disorot, atau dipandang oleh suatu disiplin ilmu. Objek material kajian manajemen pendidikan adalah manusia.
Objek formal adalah sudut pandang yang ditujukanpada
bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan itu, atau sdut pandang dari
mana objek material itu disorot. Sebuah ilmu pengetahuan dengan mudah diketahui
dengan mengetahui objek formalnya. Objek formal manajemen pendidikan adalah
keteraturan, pengaturan atau keserasian dalam pelaksanaan pendidikan.
Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa manajemen
pendidikan mempunyai bahasan yang jelas terkait dengan pengaturan dan keserasian
dalam organisasi. Manajemen pendidikan merupakan disiplin ilmu terapan (applied science) dari kelompok
ilmu-ilmu sosial (humaniora), karena kemanfaatannya hanya ada apabila
prinsip-prinsipnya diterapkan untuk meningkatkan kebaikan hidup manusia.
IV.
KESIMPULAN
1.
Manajemen sering diartikan sebagai ilmu, kiat, dan profesi.
Dikatakan sebagai ilmu oleh Luther
Gulick karena manajemen dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yang
secara sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerja sama.
Dikatakan sebagai kiat oleh Follet
karena manajemen mencapai sasaran melalui cara-cara dengan mengatur orang lain
menjalankan dalam tugas. Dipandang sebagai profesi karena manajemen dilandasi oleh keahlian
khusus untuk mencapai suatu prestasi
manajer, dan para profesional dituntun oleh suatu kode etik.
2.
Manajemen pendidikan bisa diartikan sebagai sistem yang
menggerakkan semua komponen dan bagian-bagian yang ada didalam pendidikan untuk
mencapai keberhasilan, yaitu tercapainya tujuan pendidikan.
3.
Konsep Dasar Manajemen Pendidikan terdiri atas empat komponen,
yaitu, falsafah manajemen, asumsi, prinsip dan teori. Semua ini menjadi
landasan yang harus dipahami dan dihayati oleh seorang manajer.
4.
Manajemen Pendidikan Sebagai Disiplin Ilmu
Sesuatu dikatakan sebagai disiplin
ilmu yang berdiri sendiri yang jika mempunyai
objek kajian yang jelas. Objek kajian itu terdiri dari objek formal dan objek material.objek kajian ini yang
membedakan ilmu satu dengan yang lainnya.Objek material kajian manajemen pendidikan adalah manusia.
Sedangkan objek formal manajemen pendidikan adalah keteraturan, pengaturan atau
keserasian dalam pelaksanaan pendidikan.
V.
PENUTUP
Demikianlah
makalah yang dapat penulis paparkan, penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna. Untuk itu saran dan kritik yang bersifat konstruktif sangat
diharapkan demi perbaikan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Amin.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Fattah,Nanang, Landasan Manajemen
Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001.
Hidayat,Aradan Imam Machali, PengelolaanPendidikan, Bandung
:PustakaEduca, 2010.
Pidarta,Made, ManajemenPendidikan Indonesia, Jakarta: RinekaCipta,
2004.
Purwanto,Ngalim, Administrasi pendidikan, Jakarta:
Mutiara, 1984.
Siahaan,Amiruddin,
ManajemenBerbasisSekolah, Jakarta: Quantum Teaching, 2006.
No comments:
Post a Comment