SUGENG RAWUH SEDEREK-SEDEREK
SELAMAT MENIKMATI

Laman

Search This Blog

Sunday, November 2, 2014

PENGERTIAN MANAGEMEN DAN MANAGEMEN PENDIDIKAN



I.             PENDAHULUAN
Manajemen adalah suatu aktivitas yang sifatnya mengatur atas suatu organisasi agar dalam pola kinerja tersusun dan tersistematis secara baik. Didalam kata manajemen itu sendiri terdapat suatu unsur-unsur yang terkandung, unsur-unsur ini membantu dalam perkembangan suatu organisasi, unsur-unsur tersebut adalah organizing, planning, coordinating, command, dan controlling. Unsur-unsur manajemen tersebut dapat berpengaruh positif terhadap perkembangan organisasi juga dalam pencapaian tujuan suatu organisasi. Dalam suatu organisasi di pimpin oleh seorang manajer, manajer ini berperan penting dalam suatu penciptaan iklim organisasi dan kinerja dalam organisasi tersebut. Seorang manajer diberikan kewenangan dalam membuat dan memutuskan suatu kebijakan (policy) dalamsuatuorganisasi yang akanberdampakterhadaporganisasitersebut. Kebijakanmerupakan cara-cara pendekatan yang spesifik di dalam bidang-bidang tertentu yang mana di masa yang akan datang dapat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan organisasi.
Manajemen yang berada dalam ruang lingkup pendidikan sangat berperan penting sebagai penentu berhasil dan tidaknya suatu lembaga pendidikan. Juga berpengaruh besar dalam pencapaian akan tujuan pendidikan yang sudah ditetapkan. Manajemen didalam dunia pendidikan mempunyai suatu aktivitas untuk memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya. Agar para pembaca dapat mamahami makna manajemen pendidikan secara detail, oleh karena itu kami akan menjelaskannya sebagai berikut.

II.          RUMUSAN MASALAH
A.    Pengertian Manajemen pendidikan
B.     Pengertian Manajemen Pendidikan
C.     Konsep Dasar Manajemen Pendidikan
D.    Manajemen Pendidikan Sebagai Disiplin Ilmu
III.      PEMBAHASAN
A.    Pengertian Manajemen pendidikan
Manajemen sering diartikan sebagai ilmu, kiat, dan profesi. Dikatakan sebagai ilmu oleh Luther Gulick karena manajemen dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerja sama. Dikatakan sebagai kiat oleh Follet karena manajemen mencapai sasaran melalui cara-cara dengan mengatur orang lain menjalankan dalam tugas. Dipandang sebagai profesi  karena manajemen dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai  suatu prestasi manajer, dan para profesional dituntun oleh suatu kode etik.[1]
Meskipun cenderung mengarah pada satu fokus tertentu, para ahli masih berbeda pandangan dalam mendefinisikan manajemen dan karenanya belum dapat diterima secara universal. Namun demikian terdapat konsesus bahwa manajemen menyangkut derajat keterampilan tertentu. Untuk memahami istilah manajemen, pendekatan yang dipergunakan disini adalah berdasarkan pengalaman manajer. Meskipun pendekatan ini mempunyai keterbatasan, namun hingga kini belum ada perbaikan. Manajemen di sini dilihat sebagai suatu sistem yang setiap komponenya menampilkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan. Manajemen merupakan suatu proses, sedangkan manajer dikaitkan dengan  aspek organisasi (orang-struktur-tugas-teknologi) dan bagaimana mengaitkan aspek yang satu dengan yang lain, serta bagaimana mengaturnya sehingga tercapai tujuan sistem.
Dalam proses manajemen terlibat fungsi-fungsi pokok yang ditampilkan oleh seorang manajer atau pimpinan, yaitu: perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pemimpinan (leading), pengawasan (controlling). Oleh karena itu, manajemen diartikan sebagai proses merencana, mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien.
Pada mulanya manajemen belum dapat dikatakan sebagai teori, karena teori harus terdiri dari konsep-konsep yang secara sistematis dapat menjelaskan dan meramalkan apa yang akan terjadi dan membuktikan ramalan itu berdasarkan penelitian. Setelah dipelajari selama beberapa zaman, manajemen telah memenuhi persyaratan sebagai bidang pengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang-orang bekerja sama. Menurut Luther Gulick (1965) manajemen memenuhi  syarat sebagai ilmu pengetahuan karena memiliki serangkaian teori, meskipun teori-teori itu masih terlalu umum dan subjektif. Selanjutnya dikatakan bahwa perjalanan suatu ilmu, teori-teori manajemen yang ada diuji dengan pengalaman.
Menurut Marry Parket Follet (Stoner, 1986) manajemen sebagai seni untuk melaksanakan pekerjaan melalui orang-orang. ( The art of getting things done through people). Definisi ini perlu mendapat perhatian karena berdasarkan kenyataan, manajemen mencapai tujuan organisasi dengan cara mengatur orang lain. Hal snada juga diungkapkan Henry M. Botinger , manajemen sebagai suatu seni membutuhkan 3 unsur, yaitu : pandangan, pengetahuan  teknis , dan komunikasi. Ketiga unsur tersebut terkandung dalam manajemen. Oleh karena itu, keterampilan perlu dikembangkan melalui pelatihan manajemen, seperti halnya melatih seniman.[2]
B.     Pengertian Manajemen Pendidikan
Dalam pendidikan manajemen itu dapat diartikan sebagai aktivitas memadukan sumber-sumber pendidikan, untuk mencapai sebuah tujuan yang sudah ditetapkan.[3]
Ada kaitan erat antara organisasi, administrasi, dan manajemen. Organisasi adalahsekumpulan orang dengan ikatan tertentu yang menjadi wadah untuk mencapai cita-cita mereka, mula-mula mereka mengintegrasikan sumber-sumber materi maupun sikap para anggota yang dikenal sebagai manajemen dan akhirnya barulah mereka melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk mencapai cita-cita tersebut.
Perlu kita ketahui bahwa pada dasarnya istilah manajemen berasal dari dunia perusahaan. Yang kemudian seiring dengan berjalannya waktu, istilah manajemen diadopsi oleh para intuisi yang berlabelkan pendidikan. Dalam hal ini istilah manajemen diadopsi oleh para intuisi pendidikan dari dunia perusahaan beralaskan, bahwa dalam pendidikan maupun perusahaan memiliki persamaan-persamaan yang sangat persis. Dalam dunia perusahaan dikenal dengan namanya atasan atau pemimpin, sarana dan material input yang ada didalamnya, tujuan yang ingin dicapai seiring dengan output yang berjalan. Dengan demikian persamaan anatara keduanya sudah sangat jelas, bahwa atasan dalam perusahaan bisa diartikan sebagai kepala sekolah. Sarana dan inputnya berupa buku-buku pelajaran, keterangan guru, dan sarana-sarana pendukung yang lainnya. Sebuah perusahaan tentunya memerlukan adanya output-output yang baik dan berkualitas untuk mencapai sebuah keberhasilan tujuan, begitu juga dengan pendidikan.[4]
Oleh karena itu manajemen pendidikan bisa diartikan sebagai sistem yang menggerakkan semua komponen dan bagian-bagian yang ada didalam pendidikan untuk mencapai keberhasilan, yaitu tercapainya tujuan pendidikan.
Untuk mencapai keberhasilan sebuah tujuan, sangat perlu dibutuhkan kesinergian antara semua pihak yang ada didalam manajemen itu sendiri. Karena fungsi sebuah manajemen tentunya adalah membuat semua bagian yang ada didalamnya untuk bisa berjalan bersama menuju sebuah tujuan. Ketika sebuah manajemen dihadapkan dengan sebuah tujuan yang sudah disetujui bersama, maka tentunya akan bisa memberikan dorongan-dorongan yang cukup untuk menggerakkan semua bagian darinya dalam mengelola baik sarana, sistem, output maupun input yang ada untuk mencapai satu tujuan inti didalamnya.
Dalam konteks pendidikan, perubahan merupakan sesuatu yang sangat mendasar dan sangat dibutuhkan, sebab pendidikan berkaitan erat dengan bagaimana nasib suatu bangsa ke depan, dan bagaimana ia dapat melaksanakan atau mencapai tujuan nasionalnya. Itulah sebabnya pemberdayaan lembaga pendidikan seperti sekolah dan lain sebagainya merupakan bagian dari berbagai strategi untuk menjadikan pendidikan kondusif sebagai pusat pembelajaran. Dan itulah tugas dan fungsi adanya manajemen pendidikan.[5]

C.    Konsep Dasar Manajemen Pendidikan
Shrode dan Voich (1968), menyatakan bahwa kerangka dasar manajemen meliputi: “Phiosophy, Asumtion, Principles, and Theory, which are basic to  the study of any dicipline of management”. Falsafah seorang manajer dijadikan dasar untuk membuat asumsi-asumsi tentang lingkungan dan peran organisasinya. Dari asumsi lahir prinsip-prinsip yang dihubungkan dengan kerangka untuk bertindak, seperangkat prinsip akan dikembangkan dan diuji  dengan pengalaman, yang kemudian menjadi suatu teori. Bagi seorang manajer, suatu teori sangat penting untuk memecahkan masalah-masalah yang timbul. Oleh karena itu, falsafah, asumsi, prinsip-prinsip dan teori  tentang manajemen merupakan landasan yang harus dipahami dan dihayati oleh seorang manajer.           
1.    Falsafah Manajemen
a. Hakikat Tujuan Manajemen
Menurut Shrod Voich (1974) tujuan utama manajemen adalah produktivitas dan kepuasan[6]. Tujuan-tujuan ini ditentukan oleh penataan dan pengkajian terhadap situasai dan kondisi organisasi. Pengertian produktvitas terbagi dalam arti teknis dan perilaku. Produktivitas dalam arti teknis mengacu  pada derajat kefektifan dan  efisiensi dalam penggunaan sumber daya. Sedangkan dalam pengertian perilaku, produktivitas merupakan sikap mental  yang berusaha untuk senantiasa terus berkembang.
Pencapaian produktivitas yang tinggi ada kaitannya dengan kepuasan individu dan kelompok. Oleh  karena itu, E. Mayo menyatakan bahwa yang terpenting untuk meningkatkan produktivitas adalah adanya perhatian terhadap perilaku manusia dan sosial yang melingkupinya. Dalam hal ini peran seorang manajer sangat berpengaruh. Apabila ia menaruh perhatian terhadap kebutuhan sosial dan aktualisasi diri bawahannya, mulai dari kebutuhan fisiologi, sosial, rasa aman, dan aktualisasi diri, maka peningkaan produktivitas bisa terealisasi dengan mudah.
b.  Hakikat Manusia
Terdapat berbagai  pandangan yang dikemukakan oleh beberapa tokoh tentang manusia. Antara lain, Hansen, Stevic dan Warner (1997) menganggap bahwa manusia pada dasarnya digerakkan oleh dorongan dari dalam dirinya yang bersifat instingtif. Freud  mengemukakan bahwa struktur kepribadian individu terdiri dari tiga komponen, yaitu yang disebut id, ego, dan super ego. Id mendasari berbagai insting manusia yang mendasari perkembangannya. Selanjutnya Rogers, (1961) mengemukakan bahwa pribadi individu merupakan proses yang terus berjalan, artinya manusia adalah satu kesatuan potensi yang terus berubah. Sedangkan Adler  (1954) berpendapat bahwa manusia tidak semata-mata didorong oleh kekuatan yang berkeinginan untuk memuaskan dirinya sendiri namun, manusia dalam hidupnya sebagian digerakkan oleh tanggung jawab sosial dan sebagian oleh kebutuhan untuk mencapai sesuatu.
Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa manusia :
1)      Memiliki tenaga dalam yang menggerakkan dirinya berusaha memenuhi kebutuhan,
2)      Mempunyai fungsi rasional yang bertanggung jawab atas perilaku intelektual dan sosial,
3)      Mampu mengarahkan diri ke tujuan positif, mengontrol diri, dan menentukan nasibnya,
4)      Tidak pernah selesai dalam proses perkembangannya,
5)      Mempunyai potensi yang terbatas tapi perwujudannya seringkali tak terduga.

c.  Hakikat Kerja
Masalah kerja selalu mendapat perhatian dalam manajemen karena berkaitan dengan produktivitas suatu lembaga atau organisasi. Pada hakikatnya orang bekerja untuk memenuhi kebutuhan atas dorongan atau motivasi tertentu. Kebutuhan dipandang sebagai penggerak atau pembangkit perilaku sedangkan tujuan berfungsi mengarahkan perilaku.proses motivasi sebagian besar diarahkan untuk memenuhi dan mencapai kebutuhan.

2.    Prinsip-prinsip Manajemen
Fayol mengemukakan sejumlah prinsip yang berkaitan dengan prinsip dasar manajemen, di antaranya : pembagian kerja, kejelasan dalam wewenang dan, tanggung jawab, disiplin, kesatuan komando, kesatuan arah, memprioritaskan kepentingan umum dibanding kepentingan pribadi, pemberian kontra prestasi, sentralisasi, rantai skalar, tertib, pemerataan, stabilitas dalam menjabat, inisiatif dan semangat kelompok.[7]
Pentingnya prinsip-prinsip manajemen antara lain :
a.  Menentukan cara atau metode kerja.
b. Pemilihan pekerja dan pengembangan keahliannya
c.  Pemilihan prosedur kerja
d. Menentukan batas-batas tugas
e.  Menentukan dan membuat spesifikasi tugas
f.  Melakukan pendidikan dan latihan
g. Menentukan sistem dan besarnya imbalan

3.    Teori Manajemen
Teori manajemen membantu menjelaskan perilaku organisasi yang berkaitan dengan motivasi, produktivitas dan kepuasan. Secara garis besar, teori-teori manajemen mempunyai karakteristik :  1) mengacu pada pengalaman empirik,  2) adanya keterkaitan antara teori satu dengan teori yang lain,  3) mengakui kemungkinan adanya penolakan.
Ada tiga teori yang yang dikenal dalam sistem manajerial, yaitu :
a.         Teori Klasik
Teori ini berasumsi bahwa manusia bersifat rasional, logis, dan menekankan pada prinsip-prinsip manajemen tanpa mempertimbangkan dimensi lain yang melingkupi manusia seperti motivasi, hubungan informal, dan lingkungan sosial. Sehingga teori ini terkesan kolot, karena dianggap terlalu idealis.
b.        Teori Neo-Klasik
Ciri utama dari teori Neo-Klasik adalah adanya pendekatan terhadap perilaku manusia, yakni suatu sikap yang berusaha memahami  manusia melalui wawasan sosiologi dan psikologi, karena pada kenyataanya tidak semua orang selalu mengikuti pola tingkah laku yang rasional dan ideal dengan prinsip-prinsip yang ada seperti yang digambarkan pada teori klasik.
c.         Teori Modern
Pada teori ini, orang menyesuaikan diri dengan hal-hal yang bersifat situasional. Dalam mengambil keputusan, ia menyesuaikan terhadap situasi dan kondisi yang dihadapi. Asumsi yang dipakai adalah setiap orang berbeda dalam menyikapi sesuatu dan itu bergantung pada lingkungan di sekelilingnya.
Pendekatan ini berusaha memandang sebuah organisasi atau lembaga sebagai suatu sistem yang menyatu dan bergerak menuju satu tujuan yang terdiri atas bagian-bagian yang saling berhubungan. Pendekatan modern ini juga memberi pengertian kepada manajer untuk memandang sebuah organisasi atau lembaga yang dibawahinya sebagai suatu keseluruhan dan bagian dari yang lebih besar (lingkungan).

D.    Manajemen Pendidikan Sebagai Disiplin Ilmu
Sesuatu dikatakan sebagai disiplin ilmu yang berdiri sendiri yang jika mempunyai  objek kajian yang jelas. Objek kajian itu terdiri dari objek formal  dan objek material.objek kajian ini yang membedakan ilmu satu dengan yang lainnya.[8]
Objek material adalah bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan. Objek mateial juga berarti hal yang diselidiki, disorot, atau dipandang oleh suatu disiplin ilmu. Objek material  kajian manajemen pendidikan adalah manusia.
Objek formal adalah sudut pandang yang ditujukanpada bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan itu, atau sdut pandang dari mana objek material itu disorot. Sebuah ilmu pengetahuan dengan mudah diketahui dengan mengetahui objek formalnya. Objek formal manajemen pendidikan adalah keteraturan, pengaturan atau keserasian dalam pelaksanaan pendidikan.
Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa manajemen pendidikan mempunyai bahasan yang jelas terkait dengan pengaturan dan  keserasian  dalam organisasi. Manajemen pendidikan merupakan disiplin ilmu terapan (applied science) dari kelompok ilmu-ilmu sosial (humaniora), karena kemanfaatannya hanya ada apabila prinsip-prinsipnya diterapkan untuk meningkatkan kebaikan hidup manusia.








IV.      KESIMPULAN
1.      Manajemen sering diartikan sebagai ilmu, kiat, dan profesi. Dikatakan sebagai ilmu oleh Luther Gulick karena manajemen dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerja sama. Dikatakan sebagai kiat oleh Follet karena manajemen mencapai sasaran melalui cara-cara dengan mengatur orang lain menjalankan dalam tugas. Dipandang sebagai profesi  karena manajemen dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai  suatu prestasi manajer, dan para profesional dituntun oleh suatu kode etik.
2.      Manajemen pendidikan bisa diartikan sebagai sistem yang menggerakkan semua komponen dan bagian-bagian yang ada didalam pendidikan untuk mencapai keberhasilan, yaitu tercapainya tujuan pendidikan.
3.      Konsep Dasar Manajemen Pendidikan terdiri atas empat komponen, yaitu, falsafah manajemen, asumsi, prinsip dan teori. Semua ini menjadi landasan yang harus dipahami dan dihayati oleh seorang manajer.
4.      Manajemen Pendidikan Sebagai Disiplin Ilmu
Sesuatu dikatakan sebagai disiplin ilmu yang berdiri sendiri yang jika mempunyai  objek kajian yang jelas. Objek kajian itu terdiri dari objek formal  dan objek material.objek kajian ini yang membedakan ilmu satu dengan yang lainnya.Objek material  kajian manajemen pendidikan adalah manusia. Sedangkan objek formal manajemen pendidikan adalah keteraturan, pengaturan atau keserasian dalam pelaksanaan pendidikan.


V.          PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat penulis paparkan, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu saran dan kritik yang bersifat konstruktif sangat diharapkan demi perbaikan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.


DAFTAR KEPUSTAKAAN

Fattah,Nanang, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001.
Hidayat,Aradan Imam Machali, PengelolaanPendidikan, Bandung :PustakaEduca, 2010.
Pidarta,Made, ManajemenPendidikan Indonesia, Jakarta: RinekaCipta, 2004.
Purwanto,Ngalim, Administrasi pendidikan, Jakarta: Mutiara, 1984.
Siahaan,Amiruddin, ManajemenBerbasisSekolah, Jakarta: Quantum Teaching, 2006.

No comments:

Post a Comment