I.
PENDAHULUAN
Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah SWT yang dibekali
oleh fikiran. Bekal inilah yang membedakan manusia dengan makhluk Allah yang
lainnya. Fikiran sebagai bekal utama yang dibawa manusia semenjak dilahirkan di
dunia merupakan alat bagi manusia untuk berkembang. Namun demikian, Allah SWT
juga memberikan keistimewaan kepada manusia berupa kemungkinan untuk mengalami proses
pertumbuhan fisik, sebagaimana yang dijelaskan oleh Allah di dalam firman-Nya:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِنَ
الْبَعْثِ فَإِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ
عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنْ مُضْغَةٍ مُخَلَّقَةٍ وَغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِنُبَيِّنَ
لَكُمْ وَنُقِرُّ فِي الأرْحَامِ مَا نَشَاءُ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى ثُمَّ
نُخْرِجُكُمْ طِفْلا ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ وَمِنْكُمْ مَنْ يُتَوَفَّى
وَمِنْكُمْ مَنْ يُرَدُّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْلا يَعْلَمَ مِنْ بَعْدِ
عِلْمٍ شَيْئًا وَتَرَى الأرْضَ هَامِدَةً فَإِذَا أَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ
اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَأَنْبَتَتْ مِنْ كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍ
Artinya: “Hai manusia, jika kamu dalam keraguan
tentang kebangkitan (dari kubur), Maka (ketahuilah) Sesungguhnya Kami telah
menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal
darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak
sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa
yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan
kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan,
dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang
dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya Dia tidak mengetahui lagi sesuatupun
yang dahulunya telah diketahuinya. dan kamu Lihat bumi ini kering, kemudian
apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan
menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.” (QS: Al-Hajj: 5)
Pada ukuran normal, perkembang psikis dan pertumbuhan
fisik merupakan dua hal yang saling berdampingan. Seiring dengan pertumbuhan
fisik yang dialami oleh manusia, maka di sisi yang lain ia juga mengalami
perkembangan psikis. Sebagaimana yang telah dijelaskan di dalam ayat Al-Qur’an
di atas, kedua proses ini mempunyai beberapa tahapan, yaitu mulai dari
penciptaan sampai kematian.
Salah satu dari tahap-tahap tersebut adalah tahap dewasa.
Pada tahap dewasa ini, setidaknya
manusia diklasifikasikan menjadi 3 kelas, yaitu masa awal dewasa (early
adulthood), masa pertengahan dewasa (middle adulthood), masa akhir
dewasa (late adulthood). Dalam setiap klasifikasi tersebut mempunyai batasan-batasan
serta ciri-ciri khusus yang akan dibahas pada makalah ini.
II.
RUMUSAN
MASALAH
A.
Bagaimanakah
Psikologi Perkembangan Masa Dewasa Awal?
B.
Bagaimanakah
Psikologi Perkembangan Masa Dewasa Madya?
C.
Bagaimanakah
Psikologi Perkembangan Masa Dewasa Akhir?
III.
PEMBAHASAN
A.
Psikologi
Perkembangan Masa Dewasa Awal
Selama masa dewasa yang panjang ini manusia sering kali mangalami adanya
perubahan-perubahan baik fisik maupun psikologisnya yang terjadi pada waktu
yang telah ditentukan sebagaimana masa kanak-kanak dan masa remaja.
Dalam psikologi islam dewasa dini disebut dengan fase taklif, fase
dimana seseorang telah menjadi manusia dewasa yang telah dikenai kewajiban
sebagai ‘Abdullah dan sebagai khalifah di bumi, dalam proses menjadi
pribadi yang berkualitas.
Sebagaimana yang
tercantum dalam Q.S Al-Baqarah ayat 30:
وَإِذْ قَالَ
رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ
فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ
وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لا تَعْلَمُونَ
Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya
aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata:
"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya
aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Fase ini akan
dapat dijalani oleh seseorang dengan baik bila dalam fase-fase sebelumnya telah
mempersiapkan diri agar peran sebagai abdullah dapat terlaksana secara optimal,
yang mampu berfikir, bersifat tauhidik, memahami dan menjalankan
perintah-perintah Allah dan hukum-hukum Allah dengan baik.[1]
Masa dewasa awal atau dini adalah masa pencaharian kemantapan dan masa
reproduktif yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan
emosional, periode isolasi sosial, periode komitmen bahkan masa ketergantungan
yang melibatkan perubahan nilai-nilai, kreatifitas dan juga penyesuaian diri
pada pola hidup yang baru.
Masa dewasa
awal merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan
harapan sosial baru. Orang dewasa muda ini diharapkan memainkan peran baru,
seperti peran atau figur menjadi suami-istri, orang tua dan pencari nafkah. Dan
mengembangkan sikap-sikap baru, keinginan dan nilai baru yang sesuai dengan
tugas-tugas baru tersebut. Oleh karena itu penyesuaian diri tersebut menjadikan
periode ini suatu periode khusus dan sulit dari rentang hidup seseorang.
Periode ini sangat sulit karena sebagai seseorang yang telah mencapai
dewasa diharapkan dapat mengadakan penyesuaian diri secara mandiri, dan apabila
mereka mengahadapi kesulitan yang sekiranya sukar diatasi, mereka ragu-ragu
untuk meminta pertolongan dan nasehat orang lain sebab akan enggan bila
dianggap “belum dewasa”.[2]
Minat pribadi
seseorang pada masa masa dewasa awal ini meliputi perhatian pada penampilan,
pakaian dan tata rias, lambang-lambang kedewasaan (seperti gaya rambut, model
pkaian, gaya berbicara dan sebagainya), status, uang dan agama.
Kegiatan sosial pada masa dewasa awal ini sering kali dibatasi oleh
berbagai tekanan pekerjaan dan keluarga sehingga merasa dirinya terbebani dan
hubungan baik dengan teman-teman sebaya semasa remajanya menjadi renggang.
Sebagai akibatnya banyak orang dewasa awal mengalami keterpencilan sosial atau
Erikson menyebutnya dengan “krisis isolasi” yakni masa kesepian karena
terisolasi dari kelompok sosial.
Masalah utama dalam penyesuaian pekerjaan pada masa dewasa awal ini
meliputi pemilihan pekerjaan, mencapai sebuah kestabilitasan dalam pilihan, dan
penyesuaian terhadap situasi kerja. Ukuran keberhasilan seorang pria
dan wanita dalam melakukan penyesuaian diri dapat dinilai dari segi prestasi,
perubahan pekerjaan secara sukarela dan kepuasan yang diperoleh dari pekerjaan.[3]
a.
Perkembangan
fisik
Ditinjau dari aspek perkembangan
fisik, pada masa dewasa awal ini kemampuan fisik mencapai pada puncaknya, dan
sekaligus mengalami penurunan pada masa ini artinya pada periode ini kemampuan
reproduktif seseorang berada di tingkat tertinggi disertai dengan kondisi fisik
yang baik, namun sejak usia sekitar 25 tahun keatas perubahan fisik mulai
terlihat, yang ditandai dengan kekuatan
fisik mengalami kemunduran secara berangsur-angsur sehingga lebih mudah
terserang penyakit.[4]
Kemudian perkembangan sensorik masa dewasa dini ini baik dari segi daya
akomodasi penglihatan maupun pendengaran masih normal dan stabil, belum terjadi
penurunan fungsi daya sensoriknya. Demikian perkembangan otaknya juga masih
bagus dalam menyimpan kapasitas memori nya.[5]
b.
Perkembangan
kognitif
Motif kognitif memiliki
urgenisitasnya tersendiri dalam kehidupan manusia sebab perkembangan kognitif
diperoleh melalui proses pembelajaran yang menjadi salah satu keistimewaan
manusia bahkan motivasi tertinggi bagi manusia agar mampu mendapatkan semua
hak-haknya. Kemampuan kognitif tingkat dewasa tercakup dalam memori,
kreatifitas, intellegensi dan kemampuan belajar, pada umumnya orang mempercayai
bahwa dengan seiringnya bertambah usia proses kognitif dewasa mengalami
penurunan. Namun keyakinan akan kemerosotan proses kognitif yang disebabkan
oleh penurunan daya fisik, sebenarnya hanyalah stereotip budaya yang meresap
dalam diri seseorang saja.
Para ahli psikologi menyatakan
bahwa pemikiran dewasa muda menunjukkan suatu perubahan yang signifikan.
Pemikiran orang dewasa muda menjadi lebih konkret dan pragmatis. Sementara
Gisela Labouvie-Vief menyatakan bahwa pemikiran dewasa muda menunjukkan suatu perubahan
yang signifikan. Pemikiran orang dewasa muda menjadi lebih konkret dan
pragmatis.
c.
Perkembangan
psikososial
Perkembangan psikososial yang
terjadi pada masa dewasa awal ini disebabkan oleh peristiwa-peristiwa kehidupan
yang dihubungkan dengan keluarga dan pekerjaan, yang mana selama periode ini
seseorang melibatkan diri secara khusus dalam dunia karir, pernikahan, dan
hidup berkeluarga.
Menurut Erikson menjelaskan bahwa
perkembangan psikososial selama masa dewasa mencakup tiga gejala penting, yaitu
keintiman, generatif, dan integritas.
Keintiman dapat diartikan sebagai
suatu kemampuan memerhatikan orang lain dan membagi pengalaman dengan mereka.
Sedangkan generativitas adalah perhatian terhadap apa yang dihasilkan (misalnya
keturunan, produk-produk, ide dan sebagainya) dan pembentukan, serta penetapan
garis-garis pedoman untuk generasi mendatang.[6]
Adapun perkembangan integritas pada
usia dewasa muda berupa suatu keadaan yang dicapai seseorang setelah memelihara
benda, orang, produk dan ide, kemudian menyesuaikan diri dengan berbagai
keberhasilan dan kegagalan dalam kehidupannya. Tahap ini dimulai kira-kira pada
usia 65 tahun.
Adapun tugas pada masa dewasa dini
meliputi:
a)
Memilih
Pasangan hidup
b)
Belajar hidup
bersama sebagai pasangan suami-istri
c)
Mulai hidup
dalam naungan satu keluarga
d)
Belajar
mengasuh anak
e)
Mengelola
kehidupan rumah tangga
f)
Mulai bekerja
atau memebangun karir
g)
Mulai menerima
bertanggung jawab sebagai warga negara
h)
Bergabung
dengan suatu aktifitas atau perkumpulan sosial.[7]
B.
Psikologi
Perkembangan Masa Dewasa Madya
Beberapa pakar
berbeda pendapat dalam membatasi rentang usia pada masa setengah baya. Ada yang
berpeendapat bahwa masa setengah baya berlangsung dari usia 31-60 tahun. Ada
pula yang mengatakan setengah baya dari usia 40-60 tahun. Setengah baya bisa
juga disebut dengan masa setengah baya.
Masa setengah
baya menunjukkan banyak kesamaan dengan masa remaja. masa remaja merupakan masa
terjadinya perubahan-perubahan yang begitu cepat bersifat isik maupun psikis.
Demikian juga dengan masa setengah baya. Perbedaannya, jika pada masa remaja
perubahan-perubahan tersebut bersifat perkembangan, sedangkan pada masa
setengah baya perubahan-perubahan tersebut bersifat pemunduran.
Kebanyakan
orang menganggap masa setengah
baya dengan memberikan beberapa label sebagai berikut :
a)
Masa yang
ditakuti atau a dreaded period
Bagi wanita, usia setengah baya
tidak hanya menurunnya kemampuan reproduktif dan datangnya menopause, tapi juga
merosotnya daya tarik seksual. Mereka sangat khawatir dan mendambakan
ketertarikan suami seperti masa-masa sebelumnya. Umumnya, mereka cemburu pada
wanita-wanita muda yang bergaul dengan suami mereka. Hal ini menyebabkan para
wanita banyak bersedih dan kurang gembira dalam hidup.
Bagi pria, setengah baya merupakan
masa yang mengandung arti menurunnya kemampuan fisik (secara menyeluruh)
termasuk berkurangnya vitalitas seksual. Beberapa kaum pria yang yang mengalami
tanda-tanda menurunnya kemampuan seksual ini, mengalihkan perhatiannya pada
kesibukan kerja demi peningkatan prestasi. Ada pula di antaranya yang justru
sibuk memperhatikan penampilan, berdandan sedemikian rupa untuk menarik
perhatian wanita muda.
W.G. Muelder dalam sebuah artikel yang
berjudul “Middle Age: problem and challenge,” tanpa tedeng aling-aling, dengan
tegas mengatakan bahwa pria mengalami (semacam penderitaan) perubahan dalam hal
kejantanan atau “verility” dan wanita megalami perubahan dalam hal kesuburan
tau “fertility”.
b)
Masa transisi
atau a time of transition
Dewasa madya merupakan masa
transisi dari dewasa awal menuju dewasa lanjut. Dengan adanya
perubahan-perubahan dalam hal fisik dan pola-pola perilaku baru, mengharuskan
individu-individu dalam usia ini untuk belajar dan memainkan peranan-peranan
baru pula. Seperti halnya dalam masa remaja, orang-orang pada masa dewasa madya
ini diharapkan untuk berpikir dan berlaku yang berbeda dengan ketika mereka
masih muda atau dewasa awal. Sama pula dengan masa pubertas, dengan
perubahan-perubahan yang terjadi dalam masa setengah baya mempunya hubungan
yang berarti dengan keruwetan emosional yang dialami baik oleh pria maupun
wanita. Dengan ini berarti bahwa menurunnya kejantanan bagi pria dapat
membingungkan, menghawatirkan dan menyusahkannya. Sedangkan menurunnya
kesuburan bagi wanita setengah baya dapat sangat menyedihkannya.
c)
Masa
penyesuaian kembali atau a time of adjustment
Dalam masa dewasa madya seseorang
haruslah membuat penyesuaian-penyesuain kembali terhadap perubahan-perubahan
yang dialaminya. Apabila seseorang telah memasuki masa setengah baya,
diharapkan orang tersebut telah siap melakukan perombakan-perombakan perilaku
yang tidak selaras dengan kewajaran. Dengan kata lain diperlukan adanya
penyesuaian kembali baik terhadap perubahan-perubahan fisik maupun perubahan-perubahan
peranan.
Penyesuain terhadap perubahan
peranan cenderung lebih sulit dilakukan dibanding penyesuian terhadap
kondisi-kondisi fisik yang berubah. Pria harus melakukan penyesuain terhadap
adanya perubahan kerja seperti akan datangnya pensiun. Bagi wanita, harus
bersiap-siap untuk melakukan penyesuaian terhadap peranannya sebagai ibu rumah
tangga. Yang sebelumnya ia merupakan wanita karir, namun memasuki masa setengah
baya, wanita harus memusatkan kegiatannya pada urusan rumahtangga. Dengan kata
lain, pada masa setengah baya, baik pria maupun wanita diharapkan bersiap
menyesuaikan diri dengan akan datangnya pengunduran diri dari percaturan karir
di luar rumah.
d)
Masa
kseimbangan dan ketidakseimbangan atau a time of equilibrium and
disequilibrium
Keseimbangan
atau equilibrium pengertiannya mengacu pada adanya penyesuaian layak yang
dilakukan oleh orang-orang dewasa (sehubungan dengan perubahan fisiknya) yang
dicapai pada tingkat usia tertentu. Sedangkan ketidakseimbangan merupakan
keadaan sebaliknya, yaitu masih terjadinya kegoncangan penyesuaian yang dialami
dalam usia-usia tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi kedua keadaan ini
datang dari diri sendiri (internal) maupun dalam hubungannya dengan pasangan.
Bagi hubungan
suami istri, keseimbangan pada masa setengah baya dapat dicapai jika ada
penyesuaian secaara menyeluruh dan
radikal pada pola-pola kehidupannya. Kesimbangan tersebut ditandai dengan
adanya keadaan tenang dan damai di rumah tidak lagi “keluyuran” baik secara
fisik maupun psikis.
Berkaitan
dengan ketidakseimbangan hubungan suami istri, E.B. Hurlock mengatakan bahwa
bayak persoalan-persoalan perkawinan yang mendatangkan ketidakbahagiaan,
keributan bahkan perceraian. Jika ditelusuri, hal tersebut terjadi karena tidak
mampunya sepasang suami istri tersebut dalam menyesuaikan perubahan-perubahan
yang dialami pasangannya.
e)
Usia berbahaya
atau a dangerous age
W. G. Muelder
(1958), dengan tegas mengatakan bahaya usia setengah baya sebagai masa celaka
dalam hal pencocokan-serentak (unfortunate
syncronization) terhadap perubahan kehidupan bagi wanita dan masa
memberontak atau menyeleweng bagi pria. Pernyataan Moulder itu mengandung arti
bahwa wanita usia setengah baya mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri
terhadap perubahan-perubahan peranannya dan perubahan fisik yang dialami,
sehingga menghambatnya untuk cepat “Betah di rumah”. Sedangkan pria akibat
perubahan-perubahan fisik, kemampuan seksual yang menurun, adanya semacam rasa
terancam dari pensiun yang sgera dijalani; sehingga merasa kurang berarti dalam
hidup dan ada kecenderungan untuk membuktikan diri bahwa ia masih mampu dengan
berbagai tindak laku pemberontakan dan penyelewengan.
Usia setengah
baya yang berbahaya itu, menurut banyak penelitian ahli, tidak saja meliputi
hubungan suami istri, melainkan juga melingkupi bahaya-bahaya lain. Misalnya,
mudah terjangkit penyakit (baik fisik maupun mental), menjadi pecandu alkohol,
penyalah gunaan narkotik, kehancuran perkawinan dan bunuh diri.
f)
Usia kaku atau
canggung atau a awkward age
Seperti halnya masa remaja, yang
tidak lagi dapat disebut anak-anak dan juga belum dapat dikatakan dewasa,
posisi setengah baya demikian juga. Sudah tidak lagi muda tetapi belum tua.
Oleh karena posisi yang demikian
itu, orang-orang pada masa setengah baya banyak yang merasa tidak mendapat
pengakuan dari masyarakat sekitarnya. Karena itu, mereka berusaha menutupi
ketuaan dengan berbagai cara dan sejuh mungkin mencoba agar tidak terlihat tua.
Adanya keinginan untuk tidak nampak tua itu diantaranya dinyatakan dengan
busana yang dikenakan.
Dua keadaan yang bertentangan itu
(berpakaian dan berdandan rapi) sebagai pembungkus ketuaan disatu pihak dan
gejala konservatisme dalam hal mode pada pihak lain membuat para orang dewasa
setengah baya ini nampak janggal dalam penampilanya. Kejanggalan-kejanggalan
dalam penampilan orang dewasa ini menggambarkan keadaan yang kaku atau canggung
(awkward) yang dialami oleh para orang setengah baya pada umumnya.
g)
Masa
berprestasi atau a time of achievement
Berprestasi dalam usia setengah
baya merupakan satu gambaran keadaan yang sangat positif dalam masa ini. Dalam
hal ini Hurlock berpandangan bahwa apa yang dapat dicapai pada masa setengah
baya tidak hanya sukses dalam hal keuangan dan sosial, tetapi juga dalam hal
kekuasaan dan prestise. Pada umumnya, puncak prestasi itu dicapai dalam usia 40
sampai 50 tahun. Setelah seseorang tinggal bersenang-senang menikmati jerih
payahnya. Para pejabat dan pemimpin formal kebanyakan berada dalam usia ini.
Dalam bidang kepemimpinan dan
hubunganya dengan kekuasaan kebanyakan para pemimpin dalam bisnis, industri dan
organisasi-organisasi masa, berusia antara 40 sampai 60 tahun. Masyarakat
nampaknya baru mengakui kemampuan atau prestasi seseorang secara mantap dalam
usia setengah baya. Atau dapat pula dikatakan bahwa usia setengah baya ini
terdapat banyak peluang emas dari masyarakat untuk mencapai prestasi kerja dan
prestasi sosial.
Dalam hubungan dengan prestise
tersebut diatas itulah peranan kesempatan dan relasi-relasi sosial, begitu
besar mempengaruhi cepat atau tidaknya
pencapaian suatu prestasi. Sesorang calon pemimpin akan dapat mencapai
prestasi kepemimpinanya dengan baik, hanya jika ia mendapat respek dari
masyarakat bawahanya. Tanpa itu, ia hanya mampu mencapai prestasi pribadi saja.[8]
Lebih dari beberapa label yang telah
disebutkan di atas, Erikson mengatakan bahwa kualitas sintonik masa dewasa
adalah generativitas yang didefinisikan sebagai “generasi akan keberadaan baru
sebagaimana produk-produk baru dan gagasan baru.” Generativitas
yang berurusan dengan menetapkan dan membimbing generasi selanjutnya, mencakup
prokreasi anak, produksi bekerja, dan kreasi hal-hal serta gagasan-gagasan baru
yang berkontribusi untuk membangun dunia yang lebih baik.[9]
1.
Perkembangan
Fisik
Orang-orang setengah baya bisa
dikatakan tumbuh (ke atas) dan mulai mengembang bagian tengah badanya. Hal itu
disebabkan oleh penimbunan gumpalan lemak dan sebagian karena perubahan
komposisi tubuh dimana beberapa otot dan jaringan tubuh yang lain ditimbuni
lemak. Pada umumnya laki-laki khususnya lemak pada bagian atas tubuh lebih
bertambah dan pada bagian bawah tubuh berkurang.
Dalam usia
empat puluhan serat-serat rambut mulai menyusut dan kian tahun kian menipis
khususnya bagi pria. Umumnya kebotakan dimulai pada bagian ubun-ubun. Warna
rambut yang mulai keabu-abuan atau memutih sebagian juga mulai nampak pada usia
ini.
Dalam usia
setengah baya kulit pada wajah, tengkuk, lengan dan tangan menjadi kasar dan
mulai menunjukkan kerut-merut. Kulit pada bagian atas mata biasanya mulai
mengendor mengikuti umur yang menua dan garis biru melengkung dibawah mata.
Tulang-tulang orang dewasa dalam masa setengah
baya secara gradual semakin berkurang kekuatanya dari tahun ke tahun
dibandingkan dengan kekuatan mereka dalam masa-masa sebelumnya tulang-tulang
yang kurang kuat itu berakibat mudah patah jika terbentur benda keras. Beberapa
penyakit yang berhubungan dengan tulang : rematik, encok dan semacamnya
seringkali sangat mudah diderita oleh orang dewasa setengah baya.
2.
Perkembangan
Sensori
Daya sensori yanga sangat banyak
berubah pada masa dewasa madya adalah mata dan telinga. Melemahnya fungsi mata
disebabkan oleh menurunnya ukuran pupil, berkurangnya ketajaman lensa mata,
pengaburan lensa, menurunnya daya tatap, dan adanya kecondongan dihinggapi
penyakit seperti glaucoma, katarak, dan tumor.
Pendengaran orang-orang setengah
baya juga mulai melemah. Berkurangnya daya tangkap pendengaran seringkali
membuat mereka harus mendengar secara lebih teliti dibandingkan masa
sebelumnya. Hal ini di antaranya disebabkan oleh pelekatan lendir pada gendang
telinga, mengedurnya gendang telinga serta gangguan-gangguan syaraf pendengaran.
3.
Perkembangan
psikologis
Beberapa sikap yang timbul pada
Orang-orang dalam usia ini adalah sikap menolak dan perasaan tidak lagi percaya
diri terhadap penampilan. Hal ini menimbulkan usaha-usaha diet yang brlebihan
dan olahraga yang telalu berat yang justru dapat membahayakan kesehatan mereka.
Kekhawatirran terkuat agaknya terdapat pada pihak ibu-ibu, mereka bahkan
seringkali mencemaskan keadaan tubuhnya yang sudak tidak lagi menarik bagi
suami(tidak selangsing dahulu).
Perasaan kecewa dan tidak puas juga
sering menghinggapi orang-orang pada masa dewasa madya. Terutama bagi mereka
yang kurang bisa menerima penurunan-penurunan kualitas yang terjadi pada diri
mereka, baik dari kualitas fisik, sensori, gairah seksual dan lain sebagainya.[10]
C.
Psikologi
Perkembangan Masa Dewasa Akhir (late adulthood)
Masa dewasa akhir (late adulthood),
yaitu masa perkembangan yang berlangsung dari kira-kira usia 60-70 tahun sampai
ke kematian. Masa ini merupakan masa penyesuaian terhadap menurunnya kekuatan
dan kesehatan, serta masa pensiun dan berkurangnya penghasilan. Melihat kembali
kehidupan dan menyesuaikan diri pada perubahan peran sosial juga merupakan ciri
masa dewasa akhir, seperti juga berkurangnya tanggung jawab, meningkatnya
kebebasan, dan menjadi kakek-nenek.[11]
Erikson mengatakan bahwa masa dewasa akhir mempunyai dua kemungkinan:
a.
Integritas (integrity) adalah
ketika seseorang menjalani kebanyakan tahap perkembangan sebelumnya secara positif,
retrospeksi akan menghasilkan kepuasan dan integritas pun tercapai.
b.
Rasa putus asa (despair) adalah ketika
seseorang menjalani kebanyakan tahap perkembangan sebelumnya secara negatif,
retrospeksi akan menghasilkan keraguan atau kemurungan-Erikson menyebutnya
sebagai putus asa.[12]
Tanda-tanda mereka memasuki usia lanjut adalah sebagai berikut:
a.
Berat badan bertambah. Lemak mengumpul
terutama disekitar perut dan paha.
b.
Rambut berkurang, menipis dan terjadi
kebotakan (khususnya pria) terutama di kepala bagian atas disertai munculnya
uban. Rambut di hidung dan telinga serta bulu mata lebih kaku, sedangkan rambut
pada wajah tumbuh lambat dan kurang subur.
c.
Perubahan pada kulit. Kulit pada wajah,
leher, lengan dan tangan menjadi kering, muncul noda (pigmentasi), berkurangnya
sensitivitas, dan keriput. Kantung mata semakin mengembung, lingkaran hitamnya
lebih permanen dan jelas. Muncul gelambir di bawah dagu dan seputar leher.
d.
Perubahan otot. Otot menjadi lembek dan
mengendur, terutama pada bagian dagu, lengan atas dan perut.
e.
Persendian. Beberapa manula memiliki
masalah persendian yang menyebabkan mereka mengalami kesulitan bergerak dan
bekerja. Pada persendian sering terasa sakit dan muncul benjolan.
f.
Perubahan pada gigi. Gigi menjadi
kuning dan tanggal, sehingga memerlukan pengganti gigi sebagian atau seluruhnya
dengan gigi palsu.
g.
Perubahan pada pancaindera. Mata
kehilangan cahayanya dibandingkan ketika muda dan cenderung lebih banyak mengeluarkan
kotoran serta selalu berair. Berkurangnya kemampuan pandang, pengecap,
mendengar, meraba dan membau.
h.
Masalah kesehatan. Mudah lelah, telinga
berdengung, sakit pada otot, kulit bersisik, pusing-pusing, sakit pada lambung
(sembelit, asam lambung, dan sendawa), kehilangan selera makan, dan insomania.
i.
Kemampuan intelektual dan kinerja
mental. Mereka mempunyai tingkat intelektual yang lebih tinggi, relatif kurang
mengalami penurunan mental dibandingkan dengan mereka yang tingkat
intelektualnya rendah.
Beberapa perubahan umum fungsi indera pada usia lanjut antara lain sebagai
berikut:
a.
Penglihatan. Ada penurunan yang konsisten dalam
kemampuan untuk melihat objek pada tingkat penerangan rendah dan menurunnya
sensitifitas terhadap warna. Pada umumnya, orang berusia lanjut menderita
presbyopia atau tidak dapat melihat jarak jauh dengan jelas, yang terjadi
karena elastisitas lensa mata berkurang.
b.
Pendengaran. Orang berusia lanjut mengalami
hilangnya kemampuan mendengar bunyi dengan nada yang sangat tinggi, sebagai
akibat dari berhentinya pertumbuhan syaraf dan berakhirnya pertumbuhan sel
basal yang mengakibatkan matinya rumah siput di telinga, walaupun masih tetap
dapat mendengar nada rendah. Pria cenderung lebih banyak kehilangan pendengaran
pada masa tuanya dibandingkan dengan wanita.
c.
Pengecap. Perubahan penting pada alat pengecap
terjadi akibat berhentinya pertumbuhan tunas sel-sel pengecap pada permukaan
lidah dan bagian dalam permukaan pipi.
d.
Penciuman. Daya penciuman menjadi kurang tajam
sejalan dengan semakin tua usia, sebagai akibat dari pertumbuhan sel-sel dalam
hidung terhenti dan sebagian lagi karena semakin lebatnya bulu hidung. Sudah
menjadi kebiasaan adanya manula yang memakai parfum dengan berlebihan.
e.
Perabaan. Di usia tua, kulit mengalami banyak
perubahan. Permukaan kulit menjadi kasar, bersisik, dan berkeriput akibat
sel-sel yang mati sulit mengelupas, berkurangnya lemak permukaan, penipisan
lapisan epidermis mencapai 20%, serat kolagen menurun, atrofi (penyusutan)
tulang, otot, jaringan lemak, sehingga kulit menjadi tipis, kurang kenyal.
Kondisi kulit seperti itu mengakibatkan indra peraba di permukaan kulit semakin
kurang peka.
Perubahan pada kemampuan motorik dan kemampuan fungsional pada usia lanjut
adalah sebagai berikut:
a.
Kapasitas kardiorespirasi. Umumnya, kapasitas kerja fisik
menurun lebih cepat dibandingkan dengan kapasitas mental. Sesudah umur 45 tahun
kapasitas kardioresoirasi yang diukur sebagai konsumsi oksigen maksimal (VO2maks),
dapat menurun sebanyak 25% dalam tempo empat tahun. Itulah sebabnya pria dan
wanita yang telah mencapai usia 55 tahun harus dikurangi beban kerjanya karena
paru-parunya sudah tidak lagi sanggup mengambil oksigen yang dibutuhkan tatkala
mendapat beban pekerjaan.
b.
Kekuatan. Penurunan kekuatan yang paling nyata
adalah pada kelenturan otot-otot tangan bagian depan dan otot-otot yang
menopang tegaknya tubuh.
c.
Kecepatan. Gerakan-gerakan besar yang dilakukan
pada kecepatan maksimum memperlihatkan banyak perlambatan seiring bertambahnya
umur.
d.
Kemampuan belajar. Manula cenderung lebih lambat dalam
belajar pengetahuan dan keterampilan baru, dan hasil yang diperolehnya juga
kurang memuaskan serta lebih cepat dilupakan.[14]
Penurunan kemampuan suatu organ adalah cerminan dari menurunnya kemampuan
satuan-satuan yang membentuknya (sel). Karena satuan fungsi biologis yang ada
dalam suatu organ adalah sel. Simpulan yang didapat dari penelitian-penelitian
tentang sebab penuaan dalam level sel adalah sel-sel itu tidak mampu membuang
sampah-sampah dan bekas-bekas interaksi yang terjadi di dalamnya. Karena tidak
dapat terbuang secara sempurna, sampah-sampah itu akan menumpuk dalam wujud
molekul-molekul yang kadang kala aktif dan menyatu dengan satuan-satuan sel
biologis. Penyatuan ini menyebabkan berkurangnya efektivitas sel.
Proses ini berjalan sangat lambat dan pengaruhnya tidak akan tampak kecuali
setelah bertahun-tahun. Dengan demikian tubuh memasuki fase kelemahan dengan
sangat lambat.
Pada setengah pertama umur manusia biasanya terjadi pembaharuan secara
terus-menerus pada sel-sel tubuh karena unggulnya proses regenerasi atas proses
degenerasi. Pada fase berikutnya, dua proses itu menjadi imbang, kemudian pada
fase terakhir (usia lanjut) proses degenerasi akan mengungguli proses
regenerasi.[15] Inilah kejadian
di balik penuaan yang dialami oleh organisme ber-sel banyak (multiseluler).
Ada beberapa beban psikologis yang dapat memperburuk kedatangan usia senja
adalah sebagai berikut:
a.
Menerima pendapat umum dalam masyarakat
yang mengatakan bahwa “lansia adalah orang yang tidak dapat diandalkan”. Dengan
telah memasuki usia tua, mereka beranggapan, maka berakhir pula segalanya.
b.
Pengaruh perubahan fisik. Akibat penampilan fisik menurun dan
mengalami hambatan dalam beraktivitas, manula lebih banyak yang tidak lagi
ambil peduli terhadap penampilannya. Kondisi ini memunculkan sikap mental
apatis, skeptis, selfis, dan menimbulkan masalah dalam interaksi sosial.
c.
Perubahan dalam pola kehidupan. Di usia lanjut, pada umumnya lansia
akan kehilangan pekerjaan, anak yang telah dewasa, ditinggal wafat atau cacat
oleh pasangan dan teman-temannya. Jika kemampuan penyesuaian diri menghadapi
perubahan pola kehidupan tersebut lambat atau tidak mampu, akan menimbulkan
stres. Mungkin kondisi ini pula yang menyebabkan munculnya stereotip manula itu
cenderung berpenampilan serius, kaku, dan membosankan.
d.
Kecenderungan untuk “tidur” secara
mental.
Berhenti belajar, melakukan hal baru, perubahan kemampuan dan penampilan fisik,
perubahan pola hidup dapat menjebak lansia untuk tidur secara mental atau tidak
lagi memiliki semangat dan motivasi hidup.
e.
Pelepasan kegiatan sosial. Lepasnya beberapa jabatan yang pernah
dipegang, faktor fisik dan mental seperti yang diuraikan di atas, mendorong
hilang atau berkurangnya kegiatan sosial lainnya. Hal ini yang menyebabkan
manula terasing dari pergaulan sosial adalah sikap egoisnya yang enggan
mendengarkan keperluan orang lain, tetapi selalu membicarakan dirinya dan
pengalaman masa lalunya dalam percakapan sehari-hari. Terasing secara sosial
akan menambah beban mental karena tidak ada penyaluran emosional yang biasa
terjadi dalam bersosialisasi.[16]
IV.
KESIMPULAN
Masa dewasa
awal merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan
harapan sosial baru yang terjadi pada standar
usia 18 atau 21 tahun hingga mencapai usia 40 tahun. Tahap dewasa muda
ini diharapkan memainkan peran baru, seperti peran atau figur menjadi
suami-istri, orang tua dan pencari nafkah dengan disertai pengembangan
sikap-sikap baru, keinginan dan nilai baru yang sesuai dengan tugas-tugas baru
tersebut.
Adapun
perkembangan yang terjadi pada masa dewasa dini meliputi berbagai hal
diantaranya kemampuan fisik yang berdasarkan kemampuan reproduktif seseorang
berada di tingkat tertinggi disertai dengan kondisi fisik yang baik dan kemampuan
kognitif tingkat dewasa tercakup dalam memori, kreatifitas, intellegensi dan
kemampuan belajar, serta kemampuan psikososial seseorang mencakup pada tiga
gejala penting, yaitu keintiman, generatif, dan integritas.
Masa dewasa
madya merupakan masa transisi dari dewasa awal menuju dewasa lanjut. Beberapa
ciri dari masa dewasa madya adalah : masa yang ditakuti, masa transisi, masa
penyesuain kembali, masa keseimbangan dan ketidakseimbangan, usai berbahaya,
usia canggung atau kaku sera masa berprestasi.
Dewasa mempunyai banyak kesamaan dengan masa
remaja, termasuk dalam hal perkembangnan. Perbedaannya jika pada masa remaja
perkembanga terebut bersifat pertumbuhan, sedangkan pada masa dewasa madya
bersifat pemunduran. Perkembangan-perkembangan tersebut meliputi fisik, psikis,
sensori, dan kognitif.
Masa dewasa akhir berlangsung dari kira-kira usia 60-70
tahun sampai ke kematian. Masa ini merupakan masa melihat kembali kehidupan penyesuaian
terhadap menurunnya kekuatan dan kesehatan, masa pensiun dan berkurangnya
penghasilan dan perubahan peran sosial.
V.
PENUTUP
Demikianlah
uraian dari penulis mengenai “Psikologi Perkembangan
Masa Dewasa”. Puji dan syukur kehadirat Allah SWT
yang telah membukakan pintu rahmat-Nya, sehingga kita semua bisa mempelajari
dan membahas ilmu-ilmu-Nya sedemikian rupa, terutama ilmu “Piskologi
Perkembangan” yang
sedang dipelajari ini. Tidak kurang dari itu, kelalaian maupun kekurangan
penulis dalam menyajikan makalah ini sangatlah dimungkinkan adanya, oleh karena
itu kritik beserta saran yang membangun sangatlah penulis harapkan demi kebaikan
bersama.
Oleh
karenanya kami ucapkan banyak terima kasih atas segala perhatian beserta
partisipasinya, dan mohon maaf atas segala kekurangannya. Semoga apa yang telah dipelajari dan didapatkan kali ini bermanfaat, dan
mendapat ridho beserta berkah dari Allah SWT. Amin
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Hidayati, Wiji dan Sri Purnami, Psikologi Perkembangan, Yogyakarta:
TERAS, 2008.
Hurlock, Elizabeth B., Psikologi Perkembangan; Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan, Jakarta: Erlangga, TT.
Sabri, M. Alisuf, Pengantar Psikologi Umum Dan Perkembangan,
Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1993.
Desmita,
Psikologi Perkembangan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009.
Mappiare, Andi, Psikologi Orang Dewasa, Surabaya: Usaha Nasional, 1983.
Feist, Jest dan Gregory J. Feist, Teori kepribadian, Jakarta: Salemba
Humanika, 2002.
Mappiare, Andi, Psikologi Orang Dewasa.
Santrock, John W., Adolescence Perkembangan Remaja,
Shinto B. Adelar, Sherly Saragih, Edisi 6, Jakarta: Erlangga, 2003.
Sa’abah, Marzuki Umar, Bagaimana Awet Muda dan Panjang
Usia, Cet. 1, Jakarta: Gema Insani Press, 2001.
Pasya, Ahmad Fuad, Rahiq Al-‘ilmi wa Al-Iman, Dimensi Sains Al-Qur’an Menggali Kandungan Ilmu Pengetahuan dari Al-Qur’an, Muhammad Arifin, Cet. 1, Solo: Tiga Serangkai, 2004.
No comments:
Post a Comment