SUGENG RAWUH SEDEREK-SEDEREK
SELAMAT MENIKMATI

Laman

Search This Blog

Sunday, November 2, 2014

Isim zaman (Kata Keterangan waktu) dan Isim Makan (Kata Keterangan Tempat)



أسماء الزمان والمكان
I.             PENDAHULUAN
Morfologi dalam tata bahasa arab memaparkan bagaimana pen-tasrif-an kata dari satu bentuk kedalam bentuk yang lain dengan tujuan untuk menghendaki makna yang diinginkan. Dalam pengkajiannya dapat dilihat pada tasrif istilahi terdapat kata dalam satu sighat (bentuk) yang menunjukkan dua makna berbeda, yaitu isim zaman dan isim makan. Dimana isim makan dibentuk guna menunjukkan tempat suatu pekerjaan dilakukan, sedangkan isim zaman dibentuk untuk menunjukkan waktu suatu pekerjaan dilakukan.
Dan dalam pen-tasrif-an juga terdapat sighat yang dibentuk untuk menunjukkan makna alat, dimana suatu alat digunakan oleh fa’il untuk mengerjakan pekerjaan, maka sighot itu disebut isim alat.
Untuk lebih jelasnya mengenai dua bentuk sighat tersebut maka pada makalah ini penyusun akan menjelaskan mengenai sighat isim zaman/makan dan isim alat yang meliputi pengertian, bentuk, dan wazan-nya. Dan dalam makalah kali ini akan dibahas mengenai kedua sighat tersebut, dengan rumusan masalah sebagai berikut.

II.          RUMUSAN MASALAH
A.    Pengertian, Bentuk-bentuk dan Wazan-wazan Isim Zaman-Makan.
B.     Pengertian, Bentuk-bentuk dan Wazan-wazan Isim Alat.

III.      PEMBAHASAN
A.    Pengertian, Bentuk-bentuk dan Wazan-wazan Isim Zaman-Makan.
1.      Pengertian
اسمُ الزمانِ هواسمٌ مصوغٌ مِن الفعلِ الثلاثيِّ وغيرِه لِيدلَّ على زمنِ وقوعِ الفعلِ
Isim zaman adalah isim yang terbentuk dari fi’il tsulasi dan selainnya, untuk menunjukkan waktu terjadinya pekerjaan.

اسمُ المكانِ هواسمٌ مصوغٌ مِن الفعلِ الثلاثيِّ وغيرِه لِيدلَّ على مكانِ وقوعِ الفعلِ
Isim makan adalah isim yang terbentuk dari fi’il tsulasi dan selainnya, untuk menunjukkan tempat terjadinya pekerjaan.[1]

2.      Bentuk-bentuk dan Wazan-wazan Isim Zaman dan Makan.
Isim zaman dan makan memiliki satu bentuk yang sama, hal ini dikarenakan untuk meringkas kalam.[2] Adapun wazan-wazan adalah sebagai berikut:
a.       Isim zaman dan makan dari fi’il tsulasiy mujarrad mengikuti wazan:
1)      Wazan مَفْعَلٌ:
a)      Diperuntukan untuk fi’il tsulasiy yang ‘ain fi’il mudhori’nya dibaca fathah dan dhammah, dengan catatan tidak berupa fi’il bina’ mitsal wawi.[3]
Contoh:
ôs% zOÎ=tã @à2 <¨$tRé& óOßgt/uŽô³¨B .
“Sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing).” (Al-baqoroh: 60)

مَبْدَأَءُ العَمَلِ صَبَاحًا، ومُنْتَهَاهُ مَسَاءً
“waktu dimulainya pekerjaan adalah pagi hari, dan waktu selesainya adalah sore.”
b)      Dan untuk fi’il mudhori’ mu’tal akhir yang ‘ain fi’ilnya dibaca kasrah.[4] Baik mu’tal akhir yang berupa bina naqis atupun bina lafif mafruq seperti (وَقَى) dan maqrun seperti (ثَوَى).[5]
Contoh:
(#þqè=äz÷Š$$sù z>ºuqö/r& tL©èygy_ šúïÏ$Î#»yz $pkŽÏù ( }§ø¤Î7n=sù uq÷WtB šúïÎŽÉi9s3tGßJø9$#   
“Maka masukilah pintu-pintu neraka Jahannam, kamu kekal di dalamnya. Maka Amat buruklah tempat orang-orang yang menyombongkan diri itu.” (An-Nahl: 29)

2)      Wazan مَفْعِلٌ
a)         Ketika berupa fi’il tsulasi mitsal wawy yang shohihul lam.
Contoh:
@t/ Oßg©9 ÓÏãöq¨B `©9 (#rßÅgs `ÏB ¾ÏmÏRrߊ
“ Dan mereka sekali-kali tidak akan menemukan tempat berlindung dari padanya”.(Al-Kahfy: 58)
b)      Fi’il tsulasiy yang ‘ain fi’il mudhori’nya dibaca kasrah dan tidak berupa mu’tal lam.[6]
Contoh:
مَوْلِدُ النَّبِيِّ مُحَمَّدٍ شَهْرَ رَبِيْعُ الْأَوَّلِ
"Waktu kelahirannabi Muhammad adalah bulan rabi’ul awal.”

3)      Isim makan yang mengikuti wazan مَفْعَلَةٌ.
Pada wazan isim makan ini mendapatkan tambahan ta’ ta’nits untuk menunjukkan banyaknya sesuatu yang ada di dalamnya (isim makan). Hal ini diperuntukkan untuk semua isim makan, kecuali isim zaman dari fi’il ruba’iy mujarrad.[7]
Contoh:
مُلْتَقَى الطُّلَّابِ فِيْ المَدْرَسَةِ
Tempat berkumpulnya para siswa adalah di sekolah."
b.      Isim zaman dan makan dari fi’il selain tsulasiy mujarrad.
proses dan cara pembentukan Isim zaman dan makan dari fi’il selain tsulasiy mujarrad (diatas fi’il tsulasi mujarod), berawal dari fi’il mudhari’nya yang berbentuk majhul, yaitu dengan cara mengganti huruf mudhara’ahnya dengan huruf mim.[8]
أَكْرَمَ ═> يُكْرِمُ ← يُكْرَمُ (مجهول) ← مُكْرَمٌ
Contoh:
4n<Î) y7În/u >Í´tBöqtƒ s)tGó¡çRùQ$#  
Hanya kepada Tuhanmu sajalah pada hari itu tempat kembali.
 (Al-Qiyamah: 12)
Untuk wazan dari isim zaman dan makan dari fi’il ini mempunyai bentuk wazan yang sama seperti isim maf’ul dan mashdar mim-nya. Dengan begini, bentuk wazan untuk isim zaman, isim makan, mashdar mim dan isim maf’ul dari fi’il diatas tsulasiy mujarrad mempunyai satu bentuk dan wazan yang sama,[9] dan yang membedakannya adalah qorinah-nya (hubungan atau sesuatu yang menunjukkan suatu perkataan).
Contoh:
 اسم زمن :    جِئْتُكَ مُنْسَكَبَ المَطَرِ
“Aku datang kepadamu ketika turun hujan”
اسم مكان :    انْتِظَرُكَ فِي مُرْتَقَى الجَبَلِ
“Penantianmu di puncak gunung”

اسم مفعول :  هَذَا الاَمْرُ مُنْتَظَرَ
“Perkara ini ditunggu”



مصدر ميم :  اعْتِقَدَ مُعْتَقَدَ السَّلَفِ
“Dia mempercayai kepercayaan orang salafi”[10]

B.     Pengertian, Bentuk-bentuk dan Wazan-wazan Isim Alat
1.      Pengertian Isim Alat
Sebelum membahas lebih jauh mengenai isim alat, hendaklah kita pahami terlebih dahulu apa itu isim alat?
اسم الآلة صيغةٌ تدلُّ على الأداة الّتي يحدث بها الفعل
Isim alat adalah sighot (bentuk) kata yang menunjukkan arti alat untuk melakukan pekerjaan (fi’il).
Adapun Isim alat itu terbentuk dari fi’il tsulasi mujarrad yang muta’adi. Karena hanya fi’il muta’adi yang mempunyai ‘alat (piranti) disaat fi’il tersebut terjadi, sedangkan fi’il lazim tidak mempunyai.

2.      Wazan-wazan Isim Alat
Isim alat adakalanya yang berbentuk musytaq dan jamid. Adapun wazan-wazannya adalah sebagai berikut:
a.       Musytaq
Isim alat yang musytaq terbentuk dari fi’il tsulasi mujarrad yang muta’adiy. Dan mempunyai tiga bentuk wazan, yaitu: مِفْعَلٌ, مِفْعَلَةٌ, dan مِفْعَالٌ.
Contoh: [11] مِبْرَدِ (مِفْعَلٌ)، مِلْعَقَةِ (مِفْعَلَةٌ)، مِحْرَاثِ (مِفْعَالٌ)
1)      مِفْعَلٌ
Contoh:
الصَّانِعُ يَبْرُدُ الحَّدِيْدَ باِلمِبْرَدِ
“Seorang pengukir mengukir besi dengan alat ukir”
2)      مِفْعَالٌ.
Contoh:                                                 
الفَلَاحُ يَحْرُثُ أَرْضَهُ بِالمِحْرَاثِ
“Petani itu membajak tanahnya dengan alat pembajak”
3)      مِفْعَلَةٌ
Contoh:
المَرِيْضُ يَتَنَاوَلُ الدَّوَاءَ بِالمِلْعَقَةِ
“pasien itu meminum obat dengan sendok”

b.      Jamid
Sedangkan untuk isim alat yang jamid tidak mempunyai satu bentuk wazan khusus atau tertentu.[12]
Contoh:    
Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ . 
“ Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam.”(Al-Alaq: 4)













IV.      KESIMPULAN
Isim zaman adalah isim yang terbentuk dari fi’il tsulasi dan selainnya, untuk menunjukkan waktu terjadinya pekerjaan. Isim makan adalah isim yang terbentuk dari fi’il tsulasi dan selainnya, untuk menunjukkan tempat terjadinya pekerjaan.
Isim zaman dan makan memiliki satu bentuk yang sama, dan wazan-wazan untuk fi’il tsulasi mujarad adalah:  مَفْعَلٌ, مَفْعِلٌ, مَفْعَلَةٌ dengan ketentuan-ketentuan yang telah dijelaskan dalam pembahasan. fi’il diatas tsulasiy mujarrad mempunyai satu bentuk dan wazan yang sama dengan mashdar mim dan isim maf’ul.
Isim alat adakalanya yang berbentuk musytaq dan jamid. Adapun wazan-wazannya adalah: مِفْعَلٌ, مِفْعَلَةٌ, dan مِفْعَالٌ. Sedangkan untuk jamid tidak mempunyai wazan tetap.

V.          PENUTUP
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah membukakan pintu rahmat-Nya, sehingga kita semua bisa mempelajari dan membahas ilmu-ilmu-Nya sedemikian rupa, terutama ilmu sharaf yang sedang kita pelajari bersama ini. Tidak kurang dari itu, kelalaian maupun kekurangan-kekurangan penulis dalam menyajikan makalah ini sangatlah dimungkinkan adanya, oleh karena itu kritik beserta saran yang membangun sangatlah penulis harapkan demi kebaikan bersama.
Berawal dari semua itu kami ucapkan banyak terima kasih atas segala partisipasinya, dan mohon maaf atas segala kekurangannya. Semoga apa yang kita pelajari dan kita dapatkan kali ini mendapat ridho dan berkah dari Allah SWT. Amin




DAFTAR KEPUSTAKAAN

Al-hamalawiy, Ahmad, Syadza Al-Arfi Fi Fanni As-Sharfi, Damaskus: Daar Ibnu Katsir, 1991.
Asmar, Rajiy, Mu’jam Al-mufashal Fi ‘Ilmi As-sharfi, Beirut: Daar Khatab Al-ilmiyyah, 1997.
Hasan, ‘Abas, An-nahwu Al-waafiy, Juz 3, Kairo: Daar Al-ma’arif, TT.
Isma’il, Muhammad Bakar, Qawa’idu As-Sharfi Biuslubi Al-‘Asri, Kairo: Dar Al-Manar, 2000.
Madrasah Hidayatul Mubtadi’in, Al-qawa’idus As-sharfiyyah, Kediri: Al-ma’had Al-islamiy Lirboyo.
Muhammad, Abdullah, At-tharif Fi Ilmi Al-tashrif Diraasah Sharfiyyah Tathbiqiyyah.
Mushthafa Al-Ghulayainiy, Jami’ud Durus, (Kairo: Daar Al-hadits, 2005).
Ridha, ‘Ali, Al-marja’ Fi Al-lughah Al-‘arabiyyah Nahwuha Wa Sharfuha, Juz I, Daar Al-fikr.

No comments:

Post a Comment