I.
PENDAHULUAN
Morfologi dalam tata bahasa arab
memaparkan bagaimana pen-tasrif-an kata dari satu bentuk kedalam bentuk
yang lain dengan tujuan untuk menghendaki makna yang diinginkan. Dalam
pengkajiannya dapat dilihat pada tasrif istilahi terdapat kata dalam
satu sighat (bentuk) yang menunjukkan dua makna berbeda, yaitu isim
zaman dan isim makan. Dimana isim makan dibentuk guna
menunjukkan tempat suatu pekerjaan dilakukan, sedangkan isim zaman
dibentuk untuk menunjukkan waktu suatu pekerjaan dilakukan.
Dan dalam pen-tasrif-an juga
terdapat sighat yang dibentuk untuk menunjukkan makna alat, dimana suatu
alat digunakan oleh fa’il untuk mengerjakan pekerjaan, maka sighot
itu disebut isim alat.
Untuk lebih
jelasnya mengenai dua bentuk sighat tersebut maka pada makalah ini penyusun
akan menjelaskan mengenai sighat isim zaman/makan dan isim alat
yang meliputi pengertian, bentuk, dan wazan-nya.
Dan dalam makalah kali ini akan dibahas mengenai kedua sighat tersebut,
dengan rumusan masalah sebagai berikut.
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Pengertian, Bentuk-bentuk dan Wazan-wazan Isim Zaman-Makan.
B.
Pengertian, Bentuk-bentuk dan Wazan-wazan Isim Alat.
III.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian, Bentuk-bentuk dan Wazan-wazan Isim Zaman-Makan.
1.
Pengertian
اسمُ الزمانِ هواسمٌ مصوغٌ مِن الفعلِ الثلاثيِّ وغيرِه لِيدلَّ على
زمنِ وقوعِ الفعلِ
Isim zaman
adalah isim yang terbentuk dari fi’il tsulasi dan selainnya, untuk menunjukkan
waktu terjadinya pekerjaan.
اسمُ المكانِ هواسمٌ مصوغٌ مِن الفعلِ الثلاثيِّ وغيرِه لِيدلَّ على مكانِ
وقوعِ الفعلِ
Isim makan
adalah isim yang terbentuk dari fi’il tsulasi dan selainnya, untuk menunjukkan
tempat terjadinya pekerjaan.[1]
2.
Bentuk-bentuk dan Wazan-wazan Isim Zaman dan Makan.
Isim zaman dan
makan memiliki satu bentuk yang sama, hal ini dikarenakan untuk
meringkas kalam.[2]
Adapun wazan-wazan adalah sebagai berikut:
a.
Isim zaman dan makan dari fi’il tsulasiy mujarrad
mengikuti wazan:
1)
Wazan مَفْعَلٌ:
a)
Diperuntukan untuk fi’il tsulasiy yang ‘ain fi’il mudhori’nya
dibaca fathah dan dhammah, dengan catatan tidak berupa fi’il
bina’ mitsal wawi.[3]
Contoh:
ôs% zOÎ=tã @à2 <¨$tRé& óOßgt/uô³¨B .
“Sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui
tempat minumnya (masing-masing).” (Al-baqoroh:
60)
مَبْدَأَءُ العَمَلِ صَبَاحًا، ومُنْتَهَاهُ مَسَاءً
“waktu dimulainya pekerjaan adalah pagi hari,
dan waktu selesainya adalah sore.”
b)
Dan untuk fi’il mudhori’ mu’tal akhir yang ‘ain
fi’ilnya dibaca kasrah.[4]
Baik mu’tal akhir yang berupa bina naqis atupun bina lafif mafruq
seperti (وَقَى)
dan maqrun seperti (ثَوَى).[5]
Contoh:
(#þqè=äz÷$$sù z>ºuqö/r& tL©èygy_ úïÏ$Î#»yz $pkÏù (
}§ø¤Î7n=sù uq÷WtB úïÎÉi9s3tGßJø9$#
“Maka
masukilah pintu-pintu neraka Jahannam, kamu kekal di dalamnya. Maka Amat
buruklah tempat orang-orang yang menyombongkan diri itu.” (An-Nahl: 29)
2)
Wazan مَفْعِلٌ
a)
Ketika berupa fi’il tsulasi mitsal wawy yang shohihul
lam.
Contoh:
@t/ Oßg©9 ÓÏãöq¨B `©9 (#rßÅgs `ÏB ¾ÏmÏRrß
“ Dan mereka sekali-kali tidak akan menemukan tempat berlindung
dari padanya”.(Al-Kahfy:
58)
b)
Fi’il tsulasiy yang ‘ain fi’il mudhori’nya dibaca kasrah
dan tidak berupa mu’tal lam.[6]
Contoh:
مَوْلِدُ النَّبِيِّ مُحَمَّدٍ شَهْرَ رَبِيْعُ الْأَوَّلِ
"Waktu
kelahirannabi Muhammad adalah bulan rabi’ul awal.”
3)
Isim makan yang
mengikuti wazan مَفْعَلَةٌ.
Pada wazan
isim makan ini mendapatkan tambahan ta’ ta’nits untuk menunjukkan
banyaknya sesuatu yang ada di dalamnya (isim makan). Hal ini
diperuntukkan untuk semua isim makan, kecuali isim zaman dari fi’il
ruba’iy mujarrad.[7]
Contoh:
مُلْتَقَى الطُّلَّابِ فِيْ المَدْرَسَةِ
“Tempat berkumpulnya para siswa adalah di sekolah."
b.
Isim zaman dan makan dari fi’il selain tsulasiy
mujarrad.
proses dan cara
pembentukan Isim zaman dan makan dari fi’il selain tsulasiy
mujarrad (diatas fi’il tsulasi mujarod), berawal dari fi’il mudhari’nya
yang berbentuk majhul, yaitu dengan cara mengganti huruf mudhara’ahnya
dengan huruf mim.[8]
أَكْرَمَ ═> يُكْرِمُ ← يُكْرَمُ (مجهول) ← مُكْرَمٌ
Contoh:
4n<Î) y7În/u >Í´tBöqt s)tGó¡çRùQ$#
Hanya kepada
Tuhanmu sajalah pada hari itu tempat kembali.
(Al-Qiyamah: 12)
Untuk wazan
dari isim zaman dan makan dari fi’il ini mempunyai bentuk wazan
yang sama seperti isim maf’ul dan mashdar mim-nya. Dengan begini,
bentuk wazan untuk isim zaman, isim makan, mashdar mim
dan isim maf’ul dari fi’il diatas tsulasiy mujarrad mempunyai
satu bentuk dan wazan yang sama,[9]
dan yang membedakannya adalah qorinah-nya (hubungan atau sesuatu yang
menunjukkan suatu perkataan).
Contoh:
اسم
زمن : جِئْتُكَ مُنْسَكَبَ المَطَرِ
“Aku datang kepadamu ketika turun hujan”
اسم
مكان : انْتِظَرُكَ فِي مُرْتَقَى الجَبَلِ
“Penantianmu di puncak gunung”
اسم
مفعول : هَذَا
الاَمْرُ مُنْتَظَرَ
“Perkara ini ditunggu”
مصدر
ميم : اعْتِقَدَ مُعْتَقَدَ السَّلَفِ
“Dia mempercayai kepercayaan orang
salafi”[10]
B.
Pengertian, Bentuk-bentuk dan Wazan-wazan Isim Alat
1.
Pengertian Isim Alat
Sebelum
membahas lebih jauh mengenai isim alat, hendaklah kita pahami terlebih
dahulu apa itu isim alat?
اسم الآلة صيغةٌ تدلُّ على الأداة الّتي يحدث بها الفعل
Isim
alat adalah sighot (bentuk) kata yang menunjukkan arti alat untuk melakukan
pekerjaan (fi’il).
Adapun Isim alat itu terbentuk dari fi’il tsulasi mujarrad yang
muta’adi. Karena hanya fi’il muta’adi yang mempunyai ‘alat (piranti) disaat
fi’il tersebut terjadi, sedangkan fi’il lazim tidak mempunyai.
2.
Wazan-wazan Isim Alat
Isim alat adakalanya
yang berbentuk musytaq dan jamid. Adapun wazan-wazannya adalah
sebagai berikut:
a.
Musytaq
Isim alat yang
musytaq terbentuk dari fi’il tsulasi mujarrad yang muta’adiy.
Dan mempunyai tiga bentuk wazan, yaitu: مِفْعَلٌ, مِفْعَلَةٌ, dan مِفْعَالٌ.
1)
مِفْعَلٌ
Contoh:
الصَّانِعُ يَبْرُدُ الحَّدِيْدَ باِلمِبْرَدِ
“Seorang
pengukir mengukir besi dengan alat ukir”
2)
مِفْعَالٌ.
Contoh:
الفَلَاحُ يَحْرُثُ أَرْضَهُ
بِالمِحْرَاثِ
“Petani
itu membajak tanahnya dengan alat pembajak”
3)
مِفْعَلَةٌ
Contoh:
المَرِيْضُ يَتَنَاوَلُ الدَّوَاءَ بِالمِلْعَقَةِ
“pasien itu meminum obat dengan sendok”
b.
Jamid
Sedangkan
untuk isim alat yang jamid tidak mempunyai satu bentuk wazan
khusus atau tertentu.[12]
Contoh:
Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ .
“ Yang mengajar (manusia) dengan perantaran
kalam.”(Al-Alaq: 4)
IV.
KESIMPULAN
Isim zaman
adalah isim yang terbentuk dari fi’il tsulasi dan selainnya, untuk menunjukkan
waktu terjadinya pekerjaan. Isim makan adalah isim yang terbentuk dari fi’il
tsulasi dan selainnya, untuk menunjukkan tempat terjadinya pekerjaan.
Isim zaman dan
makan memiliki satu bentuk yang sama, dan wazan-wazan untuk fi’il tsulasi
mujarad adalah: مَفْعَلٌ, مَفْعِلٌ,
مَفْعَلَةٌ
dengan ketentuan-ketentuan yang telah dijelaskan dalam pembahasan. fi’il
diatas tsulasiy mujarrad mempunyai satu bentuk dan wazan yang
sama dengan mashdar mim dan isim maf’ul.
Isim alat adakalanya yang berbentuk musytaq dan jamid. Adapun
wazan-wazannya adalah: مِفْعَلٌ,
مِفْعَلَةٌ,
dan مِفْعَالٌ.
Sedangkan untuk jamid tidak
mempunyai wazan tetap.
V.
PENUTUP
Puji syukur kehadirat Allah SWT
yang telah membukakan pintu rahmat-Nya, sehingga kita semua bisa mempelajari
dan membahas ilmu-ilmu-Nya sedemikian rupa, terutama ilmu sharaf yang sedang
kita pelajari bersama ini. Tidak kurang dari itu, kelalaian maupun
kekurangan-kekurangan penulis dalam menyajikan makalah ini sangatlah
dimungkinkan adanya, oleh karena itu kritik beserta saran yang membangun
sangatlah penulis harapkan demi kebaikan bersama.
Berawal dari semua itu kami ucapkan
banyak terima kasih atas segala partisipasinya, dan mohon maaf atas segala
kekurangannya. Semoga apa yang kita pelajari dan kita dapatkan kali ini
mendapat ridho dan berkah dari Allah SWT. Amin
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Al-hamalawiy,
Ahmad, Syadza Al-Arfi Fi Fanni As-Sharfi, Damaskus: Daar Ibnu Katsir,
1991.
Asmar, Rajiy, Mu’jam
Al-mufashal Fi ‘Ilmi As-sharfi, Beirut: Daar Khatab Al-ilmiyyah, 1997.
Hasan, ‘Abas, An-nahwu Al-waafiy, Juz 3, Kairo: Daar
Al-ma’arif, TT.
Isma’il, Muhammad Bakar, Qawa’idu As-Sharfi Biuslubi Al-‘Asri,
Kairo: Dar Al-Manar, 2000.
Madrasah
Hidayatul Mubtadi’in, Al-qawa’idus As-sharfiyyah, Kediri: Al-ma’had
Al-islamiy Lirboyo.
Muhammad, Abdullah, At-tharif Fi Ilmi Al-tashrif Diraasah
Sharfiyyah Tathbiqiyyah.
Mushthafa Al-Ghulayainiy, Jami’ud Durus, (Kairo: Daar
Al-hadits, 2005).
Ridha,
‘Ali, Al-marja’ Fi Al-lughah Al-‘arabiyyah Nahwuha Wa Sharfuha, Juz I,
Daar Al-fikr.
No comments:
Post a Comment