SUGENG RAWUH SEDEREK-SEDEREK
SELAMAT MENIKMATI

Laman

Search This Blog

Monday, April 27, 2015

TERJEMAH QOMI' TUGHYAN (PART 1)



QOMI’ AT-TUGHYAN
(Penghilang Kedhaliman)
Segala puji bagi Allah Dzat yang sempurna. Semoga rahmat dan keselamatan senantiasa tercurahkan kepada nabi kita Muhammad SAW yang telah diberikan mukjizat oleh Allah SWT beserta seluruh keluarga dan sahabat yang senantiasa melakukan kebaikan-kebaikan dan menjauhi kemungkaran-kemungkaran.
Pensyarah berharap dan berdo’a kepada Allah SWT agar Muhammad Nawawi bin Umar yang telah mencurahkan segala pemikirannya untuk mengoreksi nadzam milik Syekh Zainuddin bin Ali bin Ahmad diampuni kesalahan-kesalahannya, dikabulkan cita-cita dan angan-angannya. Nadzam tersebut berada di dalam buku yang dikenal dengan nama “syu’bul iman”. Buku tersebut merupakan buku berbahasa Arab yang menjadi ringkasan dari buku syu’bul iman yang berbahasa Persia yang dikarang oleh Nuruddin Al-Iijaa. Al-Iijaa merupakan julukan yang dikaitkan dengan Ija, yaitu salah satu kota di Persia.
Nadzam tersebut memakai gaya bahasa bahr kamil dengan rumus enam kali kataمتفاعلن danmemiliki 26 bait syair yang biasanya bersifat محبونة.Kemudian ketika mensyarahinya aku ingin menulis di dalamnya penjabaran yang bermanfaat bagi diriku dan anak-anakku yang termasuk orang-orang yang menginginkan keberuntungan. Di dalamnya Aku menambahkan tiga bait syair di awal dan 1 bait di akhir yang ditambahkan oleh Abdul Mun’im, sehingga keseluruhannya berjumlah 30 bait syair.Saya memberikan nama buku ini “qami’ at-tughyanala mandzumat syu’bil iman”. Dan saya berdo’a kepada Allah SWT dengan rahmat dan kemuliaan-Nya semoga buku ini bermanfaat. Karena pada-Nya lah segala sesuatu yang Ia kehendaki dan Ia lah berhak mengabulkan segala do’a, Amin. Maka Saya katakan:
)الحمد لله الذي قد صَيَّرَا       إيمانَ شخصٍ ذا شُعَبْ فتُتَمَّمُ(
Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan iman seseorang bercabang-cabang kemudian menyempurnakannya
Ini mengibaratkan pada membiasakan rasa syukur dengan mengucapkan hamdallah, hal ini berdasarkan bahwa pada dasarnya semua pujian hanyalah milik Allah.Maksud dari bait ini ialah, bahwa perbuatan-perbuatan iman mempunyai beberapa bagian dan karakteristik. Yang dimaksud dengan perbuatan-perbuatan iman di sini adalah di mana amal seseorang dapat bertambah (positif) jika ia melakukannya (perbuatan-perbuatan iman), dan sebaliknya dapat berkurang jika meninggalkannya.
Adapun asal iman adalah pembenaran atas sesuatu secara seratus persen, tanpa ada kurang sedikitpun. Karena jika di sana terdapat kekurangan sekecil apapun, maka akan ada rasa ragu-ragu. Oleh karena itu iman tidaklah sah jika dibarengi dengan karagu-raguan.
Pada bait di atas kata شُعَبْ merupakan bentuk jamak dari شُعْبة. Dan pada kata فتُتَمَّمُ tersimpan dlomir yang kembali pada الشعب.
)هذى بيوتٌ مِنْ كتاب الكُوشِنِي           مَنْ قال بعد صلاتنا ونُسَلِّمُ(
)لِمحمّد ولآله وصحابتهْ       ما دار شمسٌ في السماء وأَنْجُمُ(
Bait-bait ini diambil dari buku karangan syekh Zainuddin bin Ali bin Ahmad As-Syafi’i Al-Kusyini Al-Fananni Al-Malibari, yaitu orang yang berkata setelah saya membaca salawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabat beliau ketika matahari dan bintang-bintang beredar diangkasa
Pembahasan ini merupakan sekumpulan bait yang dinukil dari buku karangan syekh Zainuddin bin Ali bin Ahmad As-Syafi’i Al-Kusyini Al-Fananni Al-Malibari, oleh karena itu jumlah kandungan yang ada pada bait-bait tersebut setara dengan kandungan yang ada pada penjelasan yang berupa kalimat prosa.
Kata الكُوشِنِي merupakan julukan untuk pemilik makalah ini, bahwa ia dilahirkan di daerahكُوشِن yang terletak di kota Malibari. Ia lahir setelah matahari terbit di hari Kamis tanggal 12 Sya’ban tahun 872 H. Disaat masih kecil ia dipindahkan oleh pamannya ke daerah Fanan. Ia mempunyai banyak karya, seperti; hidayah al-adzkiya’, tuhfah al-ahya’, irsyad al-qashidin fi ikhtishari manhaj al-abidin karya Al-Ghazali.
Kata مَنْ قال merupakan athaf bayan. Yang dimaksud di sini adalah bait-bait yang ada setelah penuturan salawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya.
Adapun maksud dari kata بعد صلاتنا ونُسَلِّمُyang memakai kata ganti orang pertama jamak adalah bahwa yang mengucapkan salawat dan salam bukan hanya penulis saja, namun juga sang pengarang bait-bait ini syekh Zainuddin.
Nadhim berkata dalam nadham-nya:
)إيمانُنا بِضْعٌ وعَيْنٌ شُعْبَةً     يَسْتَكْمِلَنْها أهلُ فَضْلٍ يَعْظُمُ(
Iman kita mempunyai tujuh puluh tujuh cabang yang dipakai oleh para orang bijak untuk menyempurnakan dan meningkatkan kualitas diri mereka
Cabang-cabang dari iman ada 77, sebagaimana sabda Nabi SAW:
الإيمان بضع وسبعون شعبة فأفضلها قول لآ اله الاّ الله وأدناها اماطة الأذى عن الطريق والحياء شعبة من الإيمان (رواه المحدثون)
Iman mempunyai 77 cabang, yang paling baik diantaranya adalah mengucapkan kalimat La Ilaha Illa Allah, sedangkan yang terendah adalah menyingkirkan bahaya dari jalanan, dan malu termasuk salah satu dari cabang iman.
Perkataan nadhim إيمانُنا adalah cabang-cabang dari iman. Dan kataبِضْعٌ (di-kasrah atau di-fathah huruf ba’-nya)menurut Al-Khalil yang dimaksud di sini adalah bilangan tujuh (سبع), sedangkan pada kata عَيْنٌ yang dimaksud adalah bilangan tujuh puluh (سبعون), karena huruf ‘ain mempunyai nilai tujuh puluh sebagaimana huruf hamzah mempunyai nilai satu, ya’ sepuluh, qaf seratus dan ghain seribu.
Kata شُعْبَةًadalah kata yang ber-i’rab nashabyang menjadi tamyiz. Dan kata يَسْتَكْمِلَنْها di dalamnya terdapat nun taukidkhafifah, sedangkan huruf sin adalah untuk menunjukkan artijumlah atau keperluan, kata tersebut berbentuk fi’il mudhari’ yang fa’il-nya adalah ahlu fadllin (orang bijak). Maksud dari bait ini adalahbahwa para orang bijak menjadikan ketujuh puluh tujuh cabang iman ini sebagai sarana untuk menyempurnakan diri mereka, karena dengannya dapat membuat segala urusan dunia menjadi benar, dan segala urusan akhirat menjadi baik. Sehingga pada akhirnya mereka mendapatkan kesempurnaan dari 77 cabang iman tersebut.
Nadhim berkata dalam nadham-nya:
)آمِنْ بربِّكَ والمَلائِكِ والكُتُبْ  والأَنْبِيا وبيومِ يَفْنَى العَالَمُ(
Berimanlah kepada tuhan mu, para malaikat(Nya), kitab-kitab (suci), nabi-nabi(Nya) dan hari di mana alam akan hancur
Nadhim menyebutkan lima cabang iman pada bait ini. Sebagai berikut:
1.      Iman kepada Allah SWT:
a.       Beriman bahwa Allah adalah Dzat yang Esa tidak ada sekutu bagi-Nya
b.      Tidak ada yang menyamai-Nya sebagai Dzat tempat semua makhluk bergantung
c.       Tidak ada yang menandingi-Nya
d.      Tidak ada awal dan akhir keberadaan-Nya, karena Allah mempunyai sifat abadi,keberadaan-Nya tidak rusak karena keabadian-Nya dan tidak berubah oleh waktu. Akan tetapi Ia adalah Dzat yang Awal-Akhir, Dhahir-Bathin yang dibersihkan dari sifat jismiyah (badaniyah), karena tidak ada yang menyamai-Nya.
2.      Iman kepada Malaikat:
a.       Beriman dan membenarkan keberadaan Malaikat
b.      Malaikat merupakan hamba Allah yang dimuliakan yang tidak pernah membangkang terhadap apa yangtelah diperintahkan oleh Allah kepadanya. Ia melakukan apa yang telah diperintahkan Allah kepadanya.
Malaikat adalah jisim (tubuh) yang bersifat lembut yang memiliki ruh. Allah memberikannya keahlian untuk menyerupai berbagai bentuk yang bagus-bagus.
3.      Iman pada Kitab
Yaitu beriman dan membenarkan bahwa kitab yang telah dditurunkan oleh Allah kepada para Nabi-Nya adalah wahyu dari Allah. Di dalamnya mengandung hukum-hukum dan khabar (pemberitahuan)-Nya.
4.      Iman kepada Nabi:
a.       Beriman bahwa para Nabi jujur dalam menyampaikan khabar dan wahyu dari Allah SWT
b.      Bahwa di antara para Nabi tersebut terdapat Nabi yang diutus (Allah) kepada para umat untuk menunjukkan, menyempurnakan penghidupan dan akhirat mereka.
c.       Mereka (para Nabi) dibekali (Allah) dengan Mukjizat-mukjizat yang menunjukkan kejujuranmereka. Oleh karena itu Allah memberikan risalah (wahyu) kepada mereka dan mereka menjelaskannya kepada orang-orang kafir.
5.      Iman pada Hari Hancurnya Dunia:
a.       Percaya terhadap kehancuran dunia.
b.      Percaya terhadap hari akhir (kiamat) beserta apa yang ada di dalamnya, seperti pembalasan, penghitungan amal, penimbangan amal, berjalan di jembatan shirath al-mustaqim, surga dan neraka.
Kata المَلائِكِdibaca dengan harakatkasrahpada huruf kaf-nya, besertaan dengan pembuangan huruf ha’ (dhamir). Dan pada kata بيومِdibaca jar besertaan dengan pembuangan harakat tanwin, inilah dianggap lebih fasih karena kata يوم di-idhafah-kan pada jumlah fi’liyah (kalimat kerja) yang mu’rab (menerima i’rab), oleh karena itu diperbolehkan untuk me-mabni-kan fathah(kata يومِ) dalam keadaan i’rab jar.
Nadhim berkata dalam nadham-nya:
)والبَعْثِ والقَدَرِ الجَلِيْلِ وجَمْعِنا           في مَحْشَرٍ فيْه الخَلائِقُ تَحْشَمُ(
Dan berimanlah pada pembangkitan (dari kematian), taqdir yang agung dan berkumpulnya kita dipadang makhsyar, dan di sana semua makhluk akan merasa malu
Dalam bait ini Nadhim menyebutkan tiga cabang iman yang selanjutnya, yaitu:
6.      Iman pada pembangkitan:
Yaitu beriman bahwa Allah SWT akan membangkitkan makhluk-makhluk yang mati, baik ia mati dikubur, mati karena tenggelam di air ataupun yang lainnya.Allah membangkitkan jasad mereka (bukan ruhnya saja). Allah SWT berfirman:
زَعَمَالَّذِينَكَفَرُواأَنْلَنْيُبْعَثُواقُلْبَلَىوَرَبِّيلَتُبْعَثُنَّثُمَّلَتُنَبَّؤُنَّبِمَاعَمِلْتُمْوَذَلِكَعَلَىاللَّهِيَسِيرٌ (٧)
Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah: "Memang, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (QS. At-Taghabun: 7).
7.      Iman pada taqdir
Yaitu yakin dan percaya bahwa Allah menciptakan makhluk-makhluk-Nyadisesuaikan dengan sesuatu(taqdir) yang sudah lampau, dan Allah telah mengetahui sebelumnya.Maka semua perbuatan dan aktivitas makhluk-makhluk-Nya merupakan taqdir Allah SWT.Oleh karena itu hendaknya para manusia ikhlas dan menerima segala apa yang sudah menjadi qadha’Allah.
Diceritakan oleh syekh Afifuddin Az-Zahid, ia sedang berada di negara Mesir. Ia mengadukan tentang peristiwa yang telah terjadi di Bagdad, peristiwa itu adalah pembunuhan orang-orang kafir terhadap orang-orang muslim hingga ia porak-poranda mengalami masa keruntuhan. Selama tiga tahun setengah kota bagdad lengang tanpa seorang khalifah, orang-orang kafir mengalungkan mushaf-mushaf (Al-Qur’an) dileher binatang anjing dan membuang buku-buku para imam ke sungai Tigris, sehingga tumpukan-tumpukan buku tersebut menjadi sebuah jembatan yang dilewati oleh kuda-kuda. Ia pun sangat geram dan mengutuk keras hal peristiwa itu, ia berkata: “Ya Tuhan, bagaimana hal ini bisa terjadi, sedangkan di dalamnya terdapat banyak anak-anak dan orang-orang yang tak berdosa”. Kemudian ia bermimpi ada seorang laki-laki yang membawa sebuah buku, ia pun mengambil buku itu dari tangan laki-laki tersebut. Ia pun menemui isi yang ada di dalamnya, sebagaimana yang ada pada dua bait nadhamyang menggunakan bahr al-mutaqaribberikut:
دع الإعتراض فما الأمر لك              ولا الحكم في حركات الفلك
ولا تسأل الله عن فعله          فمن خاض لجة بحر هلك
Tinggalkanlah (kebiasaan suka) berkomentar atau membantah, niscaya kamu tidak akan menemui masalah pada dirimu dan tidak akan pernah ada hukum yang menjerat perjalanan lintasan hidup mu
Dan janganlah sekali-kali kamu bertanya kepada Allahmengenai apa yang telah Allah kerjakan (tetapkan), oleh karena itu barang siapa masuk ke dalam palung lautan yang dalam, maka  ia akan rusak (tenggelam)
8.      Iman pada hari dikumpulkannya manusia di padang makhsyar
Yaitu beriman dan percaya bahwa kelak setelah proses pembangkitan (dari mati) semua makhluk akan digiring dan dikumpulkan di tanah makhsyar, yaitu tempat pemberhentianakhir para makhluk setelah digiring. Tempat ini berupa hamparan tanah datar yang berwarna putih, di tanah lapang ini berbentuk rata tanpa ada bagian yang berstruktur cembung (tinggi tanahnya) yang bisa dipakai untuk bersembunyi, dan juga tidak ada yang berbentuk cekung (rendah tanahnya) yang bisa dipakai untuk berlindung dari pengawasan-pengawasan yang ada.Mereka digiring dengan berkelompok-kelompok dengan rapi. Di antaranya yaitu:
a.       Golongan yang menaiki kendaraan, yaitu orang-orang yang bertakwa
b.      Golongan yang berjalan kaki, yaitu orang-orang yang mempunyai amal baik sedikit
c.       Golongan yang berjalan menggunakan wajahnya sebagai alas, itu adalah orang-orang kafir.
Setelah mereka berkumpul di padang makhsyar, kemudian mereka bubar menuju surga atau pun neraka dan melewati jembatan shirath al-mustaqim. Adapun untuk umat dari Nabi Muhammad SAW akan terbagi menjadi tujuh macam golongan, yaitu; orang-orang yang jujur, orang-orang yang berilmu agama, para wali pengganti, para syuhada’ (yang berjihad dan mati di jalan Allah), para haji (mabrur), orang-orang yang taat (pada perintah dan hukum Allah) dan orang-orang yang suka melakukan maksiat.
a.       Untuk orang-orang jujur akan melewati jembatan shirath al-mustaqim seperti kilat yang menyambar
b.      Untuk para ilmuan agama akan melewati jembatan shirath al-mustaqimseperti angin yang bertiup
c.       Untuk para wali pengganti akan melewati jembatan shirath al-mustaqim seperti burung yang terbang dalam jangka waktu beberapa jam saja.
d.      Untuk para syuhada’ akan melewati jembatan shirath al-mustaqimseperti kuda pacuan yang berlari di tengah hari.
e.       Untuk para haji (mabrur) akan melewati jembatan shirath al-mustaqimhanya dalam jangka waktu satu hari saja.
f.       Untuk orang-orang yang bertakwa akan melewati jembatan shirath al-mustaqimdalam waktu satu bulan saja.
g.      Sedangkan untuk orang-orang yang suka melakukan maksiat, kaki-kai merekaakan diletakkan di atas jembatan shirath al-mustaqim, diletakkanlah dosa-dosa mereka di atas punggung mereka dan mereka pun menyeberang. Besertaan dengan itu di bawah mereka panasnya api neraka menyala-nyala menyambar mereka. Dan ketika itu mereka melihat cahaya iman di dalam hati mereka, seraya berkata: “Silahkan engkau berjalan lebih dulu wahai orang yang beriman! Karena cahaya iman mu bisa meredam panasnya api neraka”.Sebagaimana yang disebutkan oleh Muhammad Al-Hamdaniy
Dalam bait ini, kata القدر dibaca dengan harakat fathahhuruf dal-nya. Dan kata تحشمtermasuk dalam bab تَعِب يَتْعَب yang mempunyai arti malu untuk diperlihatkan dan dibeberkan perihalnya ketika diadukan kepada Allah Dzat Yang Maha Memaksa.
Maksud dari فيْه الخَلائِقُ تَحْشَمُyaitubahwa setiap orangakan sibuk mengurus dirinya sendiri saat dipadang makhsyardan semua orang akan berdesak-desakan dan bertumpuk-tumpukan layaknya hewan belalang yang tersebar di tanah. Di sana orang-orang akan saling melihatantarsanak saudara mereka dan mengenalinya.Mereka tak bicara sedikit pun dan berjalan tanpa alas kaki dalam keadaan telanjang. Nabi Muhammad SAW bersabda:
يبعث الناس حفاة عراة غرلا قد ألجمهم العرق وبلغ شحوم الآذان
Manusia akan dibangkitkan (dari kematian) dalam keadaan telanjang, tak beralas kaki dan dalam keadaan belum dikhitanbenar-benar tersumbat keringatnya dan sampai rusaknya telinga
Kata حفاة artinya adalah tidak memakai sandal (alas kaki). Kata عراة artinya adalah tidak tertutupi (telanjang). Dan kata غرلا artinya adalah tidak di-khitan.
            Nadhim berkata dalam nadham-nya:
(وبأنَّ مَرْجِعَ مُسْلمٍ لِجِنانِه     وبأَنَّ مَرْجِعَ كافِرٍ لِجَهَنَّمُ)
Beriman bahwa tempat kembali orang Islam adalah di surga dan tempat kembali orang kafir adalah neraka jahanam
9.      Beriman bahwa surga adalah tempat bagi orang Islam dan neraka adalah tempat bagi orang kafir
Bait ini bermaksud memberitahukan bahwa cabang iman yang ke-sembilan yaitu beriman bahwa surga adalah tempat tinggal kekal (tetap) untuk orang Islam.Yang dimaksud orang Islam di sini adalah orang yang meninggal dalam keadaan memeluk agama Islam, walaupun sebelumnya iaadalah kafir dan kemudian ia berpaling untuk memeluk agama Islam.Untukjenis orang yang kedua ini iatidak akan kekal ditempatkan di neraka, melainkan setelah itu ia akan ditempatkan di surga sebagai tempat tinggal tetapnya. Oleh karena itu ia tidak di siksa selamanya di neraka, karena ia mati ketikasudah memeluk agama Islam.Ketika ia dimasukkan ke dalam neraka, ia dalam keadaan mati dalam jangka waktu yang hanya diketahui oleh Allah SWT, maka ia tidak akan dihidupkan sampai ia keluar dari neraka. Yang dimaksud mati di sini bukanlah mati yang sebenarnya, yaitu mati dengan keluarnya ruh dari badan, melainkan sebuah kiasan di mana ia dalam keadaan tidak merasakan siksa neraka.
Kata جَهَنَّمُ merupakan kata benda jamak dari kata نيران, yaitutempat tinggal kekal (tetap) untuk orang-orang kafir. Orang kafir di sini adalah orang yang mati dalam keadaan kafir, atau orang yang hidup lama dalam keadaan Islam, namun kemudian ia berpaling menjadi kafir.Barang siapa yang bersikeras berangan-angan namun tidak menemukan yang haq (kebenaran), dan meninggalkan taqlid (mengikuti orang lain dalam melakukan syari’at agama, tanpa mengetahui dasar-dasar hukumnya), dan anak-anak orang musyrik yang tidak masuk dalam ke kafiran, menurut pendapat yang shahih maka tempat mereka kelak adalah di surga.
Label kafir dan muslim di sini tidak hanya diperuntukkan bagi manusia saja, melainkan jin juga.
Kata لِجَهَنَّمُ dalam bait ini dibaca dengan harakat dhammah pada huruf mim-nya, karena untuk menyesuaikan bentuk akhir bait (dalam sastra Indonesia disebut rima).
Nadhim berkata dalam nadham-nya:
(واحْبُبْ إلَهَكَ خَفْ أَلِيْمَ عِقابِه             ولِرَحْمَةِ ارْجُ تَوَكَّلَنْ يا مُسْلِمُ)
Cintailah Tuhan mu, takutlah akan sakitnya siksa-Nya, harapkanlah rahmat-Nya dan bertawakallah kepada-Nya wahai orang Islam!
Dalam bait ini nadhim menyebutkan empat macam cabang iman yang selanjutnya, sebagai berikut:
10.  Mencintai Allah SWT
Sahl mengatakan beberapa hal sebagai berikut:
a.       Ciri-ciri orang cinta kepada Allah adalah cinta pada Al-Qur’an
b.      Ciri-ciri orang yang yang cinta Al-Qur’an adalah cinta kepada Nabi Muhammad SAW
c.       Ciri-ciri cinta Nabi SAW adalah cinta pada sunah-nya, ciri-ciri cinta pada sunah Nabi adalah cinta pada akhirat
d.      Ciri-ciri cinta akhirat adalah benci terhadap (kehidupan) dunia
e.       Ciri-ciri benci dunia adalah dengan tidak mengambil sesuatu yang berbau duniawi sebagai bekal untuk menuju akhirat.
Hatim bin Alwan mengatakan bahwa barang siapa yang mengaku-ngaku atas tiga hal tanpa adanya tiga hal yang lain, maka ia dinilai berbohong. Ketiga hal tersebut yaitu:
a.       Barang siapa yang mengaku-ngaku cinta kepada Allah SWT tanpa menjaga dirinya dari hal-hal yang diharamkan oleh Allah, maka ia telah berbohong.
b.      Barang siapa yang mengaku-ngaku mencintai Nabi SAW tanpa mencintai orang-orang fakir, maka ia telah berbohong.
c.       Barang siapa mengaku-ngaku mencintai surga tanpa menginfakkan hartanya, maka ia telah berbohong.
Sebagian orang-orang bijak mengatakan bahwa ketikasebuah iman berada pada kulit hati, maka iman itu adalah cinta kepada Allah yang hanya berukuran sedang. Namun ketika iman itu berada di dalam hati, maka iman tersebut adalah benar-benar sangat mencintai Allah dan meninggalkan kemaksiatan.
Ada beberapa dakwaan cinta yang sangat mengkhawatirkan. Oleh karena itu Al-Fadhil mengatakan; “Ketika dikatakan kepada mu: Apakah kamu mencintai Allah? Maka hendaklah engkau diam, karena jika kamu mengatakan “tidak”, maka kamu telah kufur. Namun jika kamu mengatakan “iya”, maka kamu bukan termasuk orang-orang yang cinta (kepada Allah)”.


BAGI YANG MAU DOWNLOAD VERSI MS WORD BISA LEWAT SINI 

4 comments: