QOMI’ AT-TUGHYAN
(Penghilang Kedhaliman)
Segala puji bagi Allah Dzat yang sempurna. Semoga
rahmat dan keselamatan senantiasa tercurahkan kepada nabi kita Muhammad SAW
yang telah diberikan mukjizat oleh Allah SWT beserta seluruh keluarga dan
sahabat yang senantiasa melakukan kebaikan-kebaikan dan menjauhi
kemungkaran-kemungkaran.
Pensyarah berharap dan berdo’a kepada Allah
SWT agar Muhammad Nawawi bin Umar yang telah mencurahkan segala pemikirannya
untuk mengoreksi nadzam milik Syekh Zainuddin bin Ali bin Ahmad diampuni
kesalahan-kesalahannya, dikabulkan cita-cita dan angan-angannya. Nadzam
tersebut berada di dalam buku yang dikenal dengan nama “syu’bul iman”.
Buku tersebut merupakan buku berbahasa Arab yang menjadi ringkasan dari buku syu’bul
iman yang berbahasa Persia yang dikarang oleh Nuruddin Al-Iijaa. Al-Iijaa
merupakan julukan yang dikaitkan dengan Ija, yaitu salah satu kota di Persia.
Nadzam tersebut memakai gaya bahasa bahr kamil
dengan rumus enam kali kataمتفاعلن danmemiliki 26 bait
syair yang biasanya bersifat محبونة.Kemudian ketika mensyarahinya
aku ingin menulis di dalamnya penjabaran yang bermanfaat bagi diriku dan
anak-anakku yang termasuk orang-orang yang menginginkan keberuntungan. Di
dalamnya Aku menambahkan tiga bait syair di awal dan 1 bait di akhir yang
ditambahkan oleh Abdul Mun’im, sehingga keseluruhannya berjumlah 30 bait syair.Saya
memberikan nama buku ini “qami’ at-tughyanala mandzumat syu’bil iman”.
Dan saya berdo’a kepada Allah SWT dengan rahmat dan kemuliaan-Nya semoga buku
ini bermanfaat. Karena pada-Nya lah segala sesuatu yang Ia kehendaki dan Ia lah
berhak mengabulkan segala do’a, Amin. Maka Saya katakan:
)الحمد لله الذي قد صَيَّرَا إيمانَ شخصٍ ذا شُعَبْ فتُتَمَّمُ(
Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan
iman seseorang bercabang-cabang kemudian menyempurnakannya
Ini mengibaratkan pada membiasakan rasa syukur
dengan mengucapkan hamdallah, hal ini berdasarkan bahwa pada dasarnya
semua pujian hanyalah milik Allah.Maksud dari bait ini ialah, bahwa perbuatan-perbuatan
iman mempunyai beberapa bagian dan karakteristik. Yang dimaksud dengan
perbuatan-perbuatan iman di sini adalah di mana amal seseorang dapat bertambah (positif)
jika ia melakukannya (perbuatan-perbuatan iman), dan sebaliknya dapat berkurang
jika meninggalkannya.
Adapun asal iman adalah pembenaran atas
sesuatu secara seratus persen, tanpa ada kurang sedikitpun. Karena jika di sana
terdapat kekurangan sekecil apapun, maka akan ada rasa ragu-ragu. Oleh karena
itu iman tidaklah sah jika dibarengi dengan karagu-raguan.
Pada bait di atas kata شُعَبْ merupakan bentuk jamak
dari شُعْبة. Dan pada kata فتُتَمَّمُ tersimpan dlomir
yang kembali pada الشعب.
)هذى بيوتٌ مِنْ كتاب الكُوشِنِي مَنْ قال بعد صلاتنا ونُسَلِّمُ(
)لِمحمّد ولآله وصحابتهْ ما دار شمسٌ في السماء وأَنْجُمُ(
Bait-bait ini diambil dari buku karangan syekh
Zainuddin bin Ali bin Ahmad As-Syafi’i Al-Kusyini Al-Fananni Al-Malibari, yaitu
orang yang berkata setelah saya membaca salawat dan salam kepada Nabi Muhammad
SAW, keluarga dan para sahabat beliau ketika matahari dan bintang-bintang
beredar diangkasa
Pembahasan ini merupakan sekumpulan bait yang
dinukil dari buku karangan syekh Zainuddin bin Ali bin Ahmad As-Syafi’i
Al-Kusyini Al-Fananni Al-Malibari, oleh karena itu jumlah kandungan yang ada
pada bait-bait tersebut setara dengan kandungan yang ada pada penjelasan yang
berupa kalimat prosa.
Kata الكُوشِنِي merupakan julukan untuk
pemilik makalah ini, bahwa ia dilahirkan di daerahكُوشِن yang terletak di kota
Malibari. Ia lahir setelah matahari terbit di hari Kamis tanggal 12 Sya’ban
tahun 872 H. Disaat masih kecil ia dipindahkan oleh pamannya ke daerah Fanan.
Ia mempunyai banyak karya, seperti; hidayah al-adzkiya’, tuhfah al-ahya’,
irsyad al-qashidin fi ikhtishari manhaj al-abidin karya Al-Ghazali.
Kata مَنْ قال merupakan athaf bayan.
Yang dimaksud di sini adalah bait-bait yang ada setelah penuturan salawat dan
salam kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya.
Adapun maksud dari kata بعد صلاتنا ونُسَلِّمُyang memakai kata ganti orang pertama jamak
adalah bahwa yang mengucapkan salawat dan salam bukan hanya penulis saja, namun
juga sang pengarang bait-bait ini syekh Zainuddin.
Nadhim berkata dalam nadham-nya:
)إيمانُنا بِضْعٌ وعَيْنٌ شُعْبَةً يَسْتَكْمِلَنْها أهلُ فَضْلٍ يَعْظُمُ(
Iman kita mempunyai tujuh puluh tujuh cabang
yang dipakai oleh para orang bijak untuk menyempurnakan dan meningkatkan
kualitas diri mereka
Cabang-cabang dari iman ada 77, sebagaimana
sabda Nabi SAW:
الإيمان بضع
وسبعون شعبة فأفضلها قول لآ اله الاّ الله وأدناها اماطة الأذى عن الطريق والحياء
شعبة من الإيمان (رواه المحدثون)
Iman mempunyai 77 cabang, yang paling baik
diantaranya adalah mengucapkan kalimat La Ilaha Illa Allah, sedangkan yang
terendah adalah menyingkirkan bahaya dari jalanan, dan malu termasuk salah satu
dari cabang iman.
Perkataan nadhim إيمانُنا adalah cabang-cabang
dari iman. Dan kataبِضْعٌ (di-kasrah atau
di-fathah huruf ba’-nya)menurut Al-Khalil yang dimaksud di sini
adalah bilangan tujuh (سبع), sedangkan pada kata عَيْنٌ yang dimaksud adalah
bilangan tujuh puluh (سبعون), karena huruf ‘ain
mempunyai nilai tujuh puluh sebagaimana huruf hamzah mempunyai nilai
satu, ya’ sepuluh, qaf seratus dan ghain seribu.
Kata شُعْبَةًadalah kata yang ber-i’rab nashabyang menjadi tamyiz.
Dan kata يَسْتَكْمِلَنْها di dalamnya terdapat nun taukidkhafifah,
sedangkan huruf sin adalah untuk menunjukkan artijumlah atau keperluan,
kata tersebut berbentuk fi’il mudhari’ yang fa’il-nya adalah ahlu
fadllin (orang bijak). Maksud dari bait ini adalahbahwa para orang bijak
menjadikan ketujuh puluh tujuh cabang iman ini sebagai sarana untuk menyempurnakan
diri mereka, karena dengannya dapat membuat segala urusan dunia menjadi benar, dan
segala urusan akhirat menjadi baik. Sehingga pada akhirnya mereka mendapatkan
kesempurnaan dari 77 cabang iman tersebut.
Nadhim berkata dalam nadham-nya:
)آمِنْ بربِّكَ والمَلائِكِ والكُتُبْ والأَنْبِيا وبيومِ يَفْنَى العَالَمُ(
Berimanlah kepada tuhan mu, para
malaikat(Nya), kitab-kitab (suci), nabi-nabi(Nya) dan hari di mana alam akan
hancur
Nadhim menyebutkan lima cabang iman pada bait ini. Sebagai
berikut:
1.
Iman kepada Allah SWT:
a.
Beriman bahwa Allah adalah Dzat yang Esa tidak
ada sekutu bagi-Nya
b.
Tidak ada yang menyamai-Nya sebagai Dzat
tempat semua makhluk bergantung
c.
Tidak ada yang menandingi-Nya
d.
Tidak ada awal dan akhir keberadaan-Nya,
karena Allah mempunyai sifat abadi,keberadaan-Nya tidak rusak karena
keabadian-Nya dan tidak berubah oleh waktu. Akan tetapi Ia adalah Dzat yang Awal-Akhir,
Dhahir-Bathin yang dibersihkan dari sifat jismiyah (badaniyah),
karena tidak ada yang menyamai-Nya.
2.
Iman kepada Malaikat:
a.
Beriman dan membenarkan keberadaan Malaikat
b.
Malaikat merupakan hamba Allah yang dimuliakan
yang tidak pernah membangkang terhadap apa yangtelah diperintahkan oleh Allah
kepadanya. Ia melakukan apa yang telah diperintahkan Allah kepadanya.
Malaikat adalah
jisim (tubuh) yang bersifat lembut yang memiliki ruh. Allah memberikannya
keahlian untuk menyerupai berbagai bentuk yang bagus-bagus.
3.
Iman pada Kitab
Yaitu beriman
dan membenarkan bahwa kitab yang telah dditurunkan oleh Allah kepada para
Nabi-Nya adalah wahyu dari Allah. Di dalamnya mengandung hukum-hukum dan khabar
(pemberitahuan)-Nya.
4.
Iman kepada Nabi:
a.
Beriman bahwa para Nabi jujur dalam
menyampaikan khabar dan wahyu dari Allah SWT
b.
Bahwa di antara para Nabi tersebut terdapat
Nabi yang diutus (Allah) kepada para umat untuk menunjukkan, menyempurnakan penghidupan
dan akhirat mereka.
c.
Mereka (para Nabi) dibekali (Allah) dengan Mukjizat-mukjizat
yang menunjukkan kejujuranmereka. Oleh karena itu Allah memberikan risalah (wahyu)
kepada mereka dan mereka menjelaskannya kepada orang-orang kafir.
5.
Iman pada Hari Hancurnya Dunia:
a.
Percaya terhadap kehancuran dunia.
b.
Percaya terhadap hari akhir (kiamat) beserta
apa yang ada di dalamnya, seperti pembalasan, penghitungan amal, penimbangan
amal, berjalan di jembatan shirath al-mustaqim, surga dan neraka.
Kata المَلائِكِdibaca dengan harakatkasrahpada huruf kaf-nya,
besertaan dengan pembuangan huruf ha’ (dhamir). Dan pada kata بيومِdibaca jar besertaan dengan pembuangan harakat
tanwin, inilah dianggap lebih fasih karena kata يوم di-idhafah-kan pada
jumlah fi’liyah (kalimat kerja) yang mu’rab (menerima i’rab),
oleh karena itu diperbolehkan untuk me-mabni-kan fathah(kata يومِ) dalam keadaan i’rab
jar.
Nadhim berkata dalam nadham-nya:
)والبَعْثِ والقَدَرِ الجَلِيْلِ وجَمْعِنا في مَحْشَرٍ فيْه الخَلائِقُ تَحْشَمُ(
Dan berimanlah pada pembangkitan (dari kematian), taqdir yang agung dan
berkumpulnya kita dipadang makhsyar, dan di sana semua makhluk akan merasa malu
Dalam bait ini Nadhim menyebutkan tiga cabang iman yang selanjutnya,
yaitu:
6.
Iman pada pembangkitan:
Yaitu beriman
bahwa Allah SWT akan membangkitkan makhluk-makhluk yang mati, baik ia mati
dikubur, mati karena tenggelam di air ataupun yang lainnya.Allah membangkitkan jasad
mereka (bukan ruhnya saja). Allah SWT berfirman:
زَعَمَالَّذِينَكَفَرُواأَنْلَنْيُبْعَثُواقُلْبَلَىوَرَبِّيلَتُبْعَثُنَّثُمَّلَتُنَبَّؤُنَّبِمَاعَمِلْتُمْوَذَلِكَعَلَىاللَّهِيَسِيرٌ
(٧)
Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka
sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah: "Memang, demi Tuhanku,
benar-benar kamu akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang
telah kamu kerjakan." yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (QS. At-Taghabun: 7).
7.
Iman pada taqdir
Yaitu yakin dan
percaya bahwa Allah menciptakan makhluk-makhluk-Nyadisesuaikan dengan sesuatu(taqdir)
yang sudah lampau, dan Allah telah mengetahui sebelumnya.Maka semua perbuatan
dan aktivitas makhluk-makhluk-Nya merupakan taqdir Allah SWT.Oleh karena itu
hendaknya para manusia ikhlas dan menerima segala apa yang sudah menjadi qadha’Allah.
Diceritakan oleh
syekh Afifuddin Az-Zahid, ia sedang berada di negara Mesir. Ia mengadukan
tentang peristiwa yang telah terjadi di Bagdad, peristiwa itu adalah pembunuhan
orang-orang kafir terhadap orang-orang muslim hingga ia porak-poranda mengalami
masa keruntuhan. Selama tiga tahun setengah kota bagdad lengang tanpa seorang
khalifah, orang-orang kafir mengalungkan mushaf-mushaf (Al-Qur’an) dileher binatang
anjing dan membuang buku-buku para imam ke sungai Tigris, sehingga tumpukan-tumpukan
buku tersebut menjadi sebuah jembatan yang dilewati oleh kuda-kuda. Ia pun
sangat geram dan mengutuk keras hal peristiwa itu, ia berkata: “Ya Tuhan,
bagaimana hal ini bisa terjadi, sedangkan di dalamnya terdapat banyak anak-anak
dan orang-orang yang tak berdosa”. Kemudian ia bermimpi ada seorang laki-laki yang
membawa sebuah buku, ia pun mengambil buku itu dari tangan laki-laki tersebut.
Ia pun menemui isi yang ada di dalamnya, sebagaimana yang ada pada dua bait nadhamyang
menggunakan bahr al-mutaqaribberikut:
دع الإعتراض فما الأمر لك ولا
الحكم في حركات الفلك
ولا تسأل الله عن فعله فمن خاض
لجة بحر هلك
Tinggalkanlah (kebiasaan suka) berkomentar
atau membantah, niscaya kamu tidak akan menemui masalah pada dirimu dan tidak
akan pernah ada hukum yang menjerat perjalanan lintasan hidup mu
Dan janganlah sekali-kali kamu bertanya kepada
Allahmengenai apa yang telah Allah kerjakan (tetapkan), oleh karena itu barang
siapa masuk ke dalam palung lautan yang dalam, maka ia akan rusak (tenggelam)
8.
Iman pada hari dikumpulkannya manusia di
padang makhsyar
Yaitu beriman
dan percaya bahwa kelak setelah proses pembangkitan (dari mati) semua makhluk akan
digiring dan dikumpulkan di tanah makhsyar, yaitu tempat pemberhentianakhir
para makhluk setelah digiring. Tempat ini berupa hamparan tanah datar yang
berwarna putih, di tanah lapang ini berbentuk rata tanpa ada bagian yang
berstruktur cembung (tinggi tanahnya) yang bisa dipakai untuk bersembunyi, dan juga
tidak ada yang berbentuk cekung (rendah tanahnya) yang bisa dipakai untuk
berlindung dari pengawasan-pengawasan yang ada.Mereka digiring dengan
berkelompok-kelompok dengan rapi. Di antaranya yaitu:
a.
Golongan yang menaiki kendaraan, yaitu
orang-orang yang bertakwa
b.
Golongan yang berjalan kaki, yaitu orang-orang
yang mempunyai amal baik sedikit
c.
Golongan yang berjalan menggunakan wajahnya
sebagai alas, itu adalah orang-orang kafir.
Setelah mereka
berkumpul di padang makhsyar, kemudian mereka bubar menuju surga atau pun
neraka dan melewati jembatan shirath al-mustaqim. Adapun untuk umat dari
Nabi Muhammad SAW akan terbagi menjadi tujuh macam golongan, yaitu; orang-orang
yang jujur, orang-orang yang berilmu agama, para wali pengganti, para syuhada’
(yang berjihad dan mati di jalan Allah), para haji (mabrur), orang-orang
yang taat (pada perintah dan hukum Allah) dan orang-orang yang suka melakukan
maksiat.
a.
Untuk orang-orang jujur akan melewati jembatan
shirath al-mustaqim seperti kilat yang menyambar
b.
Untuk para ilmuan agama akan melewati jembatan
shirath al-mustaqimseperti angin yang bertiup
c.
Untuk para wali pengganti akan melewati
jembatan shirath al-mustaqim seperti burung yang terbang dalam jangka waktu
beberapa jam saja.
d.
Untuk para syuhada’ akan melewati
jembatan shirath al-mustaqimseperti kuda pacuan yang berlari di tengah
hari.
e.
Untuk para haji (mabrur) akan melewati
jembatan shirath al-mustaqimhanya dalam jangka waktu satu hari saja.
f.
Untuk orang-orang yang bertakwa akan melewati
jembatan shirath al-mustaqimdalam waktu satu bulan saja.
g.
Sedangkan untuk orang-orang yang suka
melakukan maksiat, kaki-kai merekaakan diletakkan di atas jembatan shirath
al-mustaqim, diletakkanlah dosa-dosa mereka di atas punggung mereka dan
mereka pun menyeberang. Besertaan dengan itu di bawah mereka panasnya api
neraka menyala-nyala menyambar mereka. Dan ketika itu mereka melihat cahaya
iman di dalam hati mereka, seraya berkata: “Silahkan engkau berjalan lebih dulu
wahai orang yang beriman! Karena cahaya iman mu bisa meredam panasnya api
neraka”.Sebagaimana yang disebutkan oleh Muhammad
Al-Hamdaniy
Dalam bait ini, kata القدر dibaca dengan harakat
fathahhuruf dal-nya. Dan kata تحشمtermasuk dalam bab تَعِب يَتْعَب
yang mempunyai arti malu untuk diperlihatkan dan dibeberkan perihalnya ketika diadukan
kepada Allah Dzat Yang Maha Memaksa.
Maksud dari فيْه الخَلائِقُ تَحْشَمُyaitubahwa setiap orangakan sibuk mengurus
dirinya sendiri saat dipadang makhsyardan semua orang akan berdesak-desakan
dan bertumpuk-tumpukan layaknya hewan belalang yang tersebar di tanah. Di sana orang-orang
akan saling melihatantarsanak saudara mereka dan mengenalinya.Mereka tak bicara
sedikit pun dan berjalan tanpa alas kaki dalam keadaan telanjang. Nabi Muhammad
SAW bersabda:
يبعث الناس حفاة
عراة غرلا قد ألجمهم العرق وبلغ شحوم الآذان
Manusia akan dibangkitkan (dari kematian)
dalam keadaan telanjang, tak beralas kaki dan dalam keadaan belum dikhitanbenar-benar
tersumbat keringatnya dan sampai rusaknya telinga
Kata حفاة artinya adalah tidak
memakai sandal (alas kaki). Kata عراة artinya adalah tidak
tertutupi (telanjang). Dan kata غرلا artinya adalah tidak di-khitan.
Nadhim
berkata dalam nadham-nya:
(وبأنَّ مَرْجِعَ مُسْلمٍ لِجِنانِه وبأَنَّ مَرْجِعَ كافِرٍ لِجَهَنَّمُ)
Beriman
bahwa tempat kembali orang Islam adalah di surga dan tempat kembali orang kafir
adalah neraka jahanam
9.
Beriman bahwa surga adalah tempat bagi orang Islam dan neraka
adalah tempat bagi orang kafir
Bait ini bermaksud memberitahukan bahwa cabang iman yang ke-sembilan
yaitu beriman bahwa surga adalah tempat tinggal kekal (tetap) untuk orang Islam.Yang
dimaksud orang Islam di sini adalah orang yang meninggal dalam keadaan memeluk
agama Islam, walaupun sebelumnya iaadalah kafir dan kemudian ia berpaling untuk
memeluk agama Islam.Untukjenis orang yang kedua ini iatidak akan kekal
ditempatkan di neraka, melainkan setelah itu ia akan ditempatkan di surga sebagai
tempat tinggal tetapnya. Oleh karena itu ia tidak di siksa selamanya di neraka,
karena ia mati ketikasudah memeluk agama Islam.Ketika ia dimasukkan ke dalam
neraka, ia dalam keadaan mati dalam jangka waktu yang hanya diketahui oleh
Allah SWT, maka ia tidak akan dihidupkan sampai ia keluar dari neraka. Yang
dimaksud mati di sini bukanlah mati yang sebenarnya, yaitu mati dengan
keluarnya ruh dari badan, melainkan sebuah kiasan di mana ia dalam keadaan
tidak merasakan siksa neraka.
Kata جَهَنَّمُ merupakan
kata benda jamak dari kata نيران,
yaitutempat tinggal kekal (tetap) untuk orang-orang kafir. Orang kafir di sini
adalah orang yang mati dalam keadaan kafir, atau orang yang hidup lama dalam
keadaan Islam, namun kemudian ia berpaling menjadi kafir.Barang siapa yang bersikeras berangan-angan namun tidak
menemukan yang haq (kebenaran), dan meninggalkan taqlid (mengikuti orang
lain dalam melakukan syari’at agama, tanpa mengetahui dasar-dasar hukumnya),
dan anak-anak orang musyrik yang tidak masuk dalam ke kafiran, menurut pendapat
yang shahih maka tempat mereka kelak adalah di surga.
Label kafir dan muslim di sini tidak
hanya diperuntukkan bagi manusia saja, melainkan jin juga.
Kata لِجَهَنَّمُ dalam bait ini dibaca dengan harakat
dhammah pada huruf mim-nya, karena untuk menyesuaikan bentuk akhir
bait (dalam sastra Indonesia disebut rima).
Nadhim berkata dalam nadham-nya:
(واحْبُبْ إلَهَكَ خَفْ أَلِيْمَ
عِقابِه ولِرَحْمَةِ ارْجُ
تَوَكَّلَنْ يا مُسْلِمُ)
Cintailah Tuhan mu, takutlah akan sakitnya
siksa-Nya, harapkanlah rahmat-Nya dan bertawakallah kepada-Nya wahai orang
Islam!
Dalam bait ini nadhim menyebutkan empat
macam cabang iman yang selanjutnya, sebagai berikut:
10.
Mencintai Allah SWT
Sahl mengatakan
beberapa hal sebagai berikut:
a.
Ciri-ciri orang cinta kepada Allah adalah
cinta pada Al-Qur’an
b.
Ciri-ciri orang yang yang cinta Al-Qur’an
adalah cinta kepada Nabi Muhammad SAW
c.
Ciri-ciri cinta Nabi SAW adalah cinta pada sunah-nya,
ciri-ciri cinta pada sunah Nabi adalah cinta pada akhirat
d.
Ciri-ciri cinta akhirat adalah benci terhadap (kehidupan)
dunia
e.
Ciri-ciri benci dunia adalah dengan tidak
mengambil sesuatu yang berbau duniawi sebagai bekal untuk menuju akhirat.
Hatim bin Alwan
mengatakan bahwa barang siapa yang mengaku-ngaku atas tiga hal tanpa adanya
tiga hal yang lain, maka ia dinilai berbohong. Ketiga hal tersebut yaitu:
a.
Barang siapa yang mengaku-ngaku cinta kepada
Allah SWT tanpa menjaga dirinya dari hal-hal yang diharamkan oleh Allah, maka
ia telah berbohong.
b.
Barang siapa yang mengaku-ngaku mencintai Nabi
SAW tanpa mencintai orang-orang fakir, maka ia telah berbohong.
c.
Barang siapa mengaku-ngaku mencintai surga
tanpa menginfakkan hartanya, maka ia telah berbohong.
Sebagian
orang-orang bijak mengatakan bahwa ketikasebuah iman berada pada kulit hati,
maka iman itu adalah cinta kepada Allah yang hanya berukuran sedang. Namun
ketika iman itu berada di dalam hati, maka iman tersebut adalah benar-benar
sangat mencintai Allah dan meninggalkan kemaksiatan.
Ada beberapa dakwaan
cinta yang sangat mengkhawatirkan. Oleh karena itu Al-Fadhil mengatakan;
“Ketika dikatakan kepada mu: Apakah kamu mencintai Allah? Maka hendaklah engkau
diam, karena jika kamu mengatakan “tidak”, maka kamu telah kufur. Namun jika
kamu mengatakan “iya”, maka kamu bukan termasuk orang-orang yang cinta (kepada
Allah)”.
BAGI YANG MAU DOWNLOAD VERSI MS WORD BISA LEWAT SINI
BAGI YANG MAU DOWNLOAD VERSI MS WORD BISA LEWAT SINI
Makna mahbunah itu apa ya? Saya kurang faham
ReplyDeleteBilang dong kalo gak bisa didonlot
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteBarakallah fiikum
ReplyDelete